Ekstrakulikuler

72 7 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari kamis memang padat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari kamis memang padat. Semua jadwal eskul berada di hari ini entah kenapa sekolah berbuat demikian. Ada rohis yang di halaman musholah, ada PMR di teras gedung sekolah, ada OSIS di ruangannya, ada Paskibraka di lapangan dan ada futsal di lapangan sebelah Paskibraka. Selain itu ada juga tim sorak yang setia berteriak menyemangati rombongan Adit dan teman-temannya yang sedang berlatih. Ada juga pramuka tapi hari ini sedang tidak ada di tempat katanya mereka sedang ada kemah-kemah gitu Cempaka gak terlalu mengerti.

"Huuuui Adit!"
"Yayang Adit semangat,"
"Uluh ulu Adit ganteng banget."
"Pengen banget ngelap keringat Adit,"
Dan masih banyak lagi kehaluan gadis-gadis sekolah mereka.

Sedangkan Cempaka hanya duduk sambil sesekali mengoreksi gerakan juniornya jika salah.

"Balik kanan dek ngak ada balik kiri." koreksi Cempaka dengan tegas saat junior yang ia suruh salah mengeluarkan instruksi.

"Siap kak!!" Balas mereka.

Adit menyeringai melihat Cempaka yang mengibas wajahnya menghalau panas. Laki-laki itu bersiap ingin menendang bola namun nampaknya bergerakan Adit terlihat dan dapat dibaca oleh Cempaka dengan gesit tubuh gadis itu menyingkir menjauhi bola yang Adit tendang kearahnya hingga bola itu mendarat tepat di kepala mang sardi tukang kebun sekolah sampai lelaki paruh baya itu pusing tuju keliling dengan kepala berkunang-kunang.

"Adu." Adit menepuk keningnya kesal tendangannya tak mengenai target.

Cempaka menatap Adit dengan senyum meremehkan. Sedangkan mang Sardi telah terjatuh digotong anggota PMR. Cempaka sudah sangat sering terkena tendangan Adit maka dari itu ia sekarang ini sudah waspada tingkat maksimal tidak ingin mengulangi kesalahan entah yang keberapa puluh kali.

"Ah lo mah Dit nendang kok kesana sih?!" Temannya yang saat ini lawannya latihan melangkah berlari mengejar bola.

Kebetulan hari ini lapangan futsal mereka  sedang tidak dipasang pembatas pembatasnya baru akan dipasang saat ada turnamen saja. Setim dan semua yang ada di lapangan saat ini tentu saja tahu jika Adit ingin mengerjai Cempaka. Semua orang tak ambil pusing karena Cempaka dan Adit ini memang seperti tom and jerry dalam satu waktu bermusuhan tapi tak jarang juga berbaikan akrab seperti sahabat.

"Langkah tegap maju jalan."

suara-suara intruksi junior paskibraka membahana memenuhi porsi mereka tanpa pedulih keributan di lapangan sebelah.

"Istirahat dulu yuk minum." ajak Cempaka pada adik-adiknya setelah dirasa sudah cukup lama latihan dan matahari sore begitu menantang.

Anak-anak paskibraka tersenyum lega. Mereka membubarkan diri setelah mendapat instruksi dari pemandu. Cempaka membagikan segelas air putih pada masing-masing orang. "yang masih haus bilang ya," ujar Cempaka pada adik-adik pastibrakanya.

Begitupun Adit dan teman-temannya yang juga ikut beristirahat. "yayang sini Sisil lapin!" gadis centil itu mendekati Adit dengan membawa handuk kecilnya.

Adit menolak risih. "yayang diem ih," Sesilia terus mendekati handuknya mengelap keringat di dahi Adit. Aditya pasrah sajalah ia juga sudah mulai letih setelah beberapa jam bermain tanpa istirahat.

"Sesil Adit risih lo lapin mending lapin gue aja." Rohim sih hitam manis dari atas kepala hingga ujung kaki mengeluarkan suaranya menegur Sesilia yang masih berusaha menahan gelengan Aditya.

"O to the gah OGAH!!!" balas Sesil sejenak melihat arah Rohim sebelum kembali melanjutan mengelap keringat Adit..

Rohim mendumel kaku mendapat balasan Sesilia yang sadis itu sedangkan teman-temannya tertawa terbahak "lo sih Im sok-sokan, ditolak kan lo" temannya menepuk bahu Rohim sambil menahan tawa. Rohim menatap temannya dengan muka kecut.

Tepat setelah Enam sore semua siswa yang sedang Eskul membubarkan diri. Sesil and the geng sudah pulang duluan. Cempaka menghampiri Adit, abangnya tadi sudah menghubungi Cempaka bahwa tak bisa menjemputnya jadi Cempaka menebeng pada Adit saja.

"Ikut pulang dong Dit." Cempaka memelas penuh harap.

Adit menaikkan alisnya. "kalau gue ngak mau?"

Cempaka mencebikkan bibirnya beberapa senti. "ayolah Aditya Pangestu yang baik hati." mohon Cempaka dengan merayu Adit.

Adit makin menaikkan alisnya tinggi. "ogah ntar motor gue tercemar," balas Adit seraya ingin meninggalkan Cempaka.

"Hallo tante, iya tan Adit-nya ngak mau Cempaka tebengin." Cempaka berpura-puta menelfon mami Adit. Pada belum tahukan jika Cempaka ini adalah tetangga kesayangan Maminya. Kalau sudah begitu Adit hanya pasrah saja.

"Iya udah iya udah ayo ke parkiran. Gitu aja ngadu dasar ngaduan," gerutu Adit kesal luar biasa terhadap Cempaka. Ia akan kembali tekena omelan maminya nanti jika sampai nekad meninggalkan Cempaka di sekolah yang sudah sepi ini.

Cempaka menyeringai penuh kemenangan.

Dasar bodoh gue kan cuma pura-pura Cempaka tertawa cekikikan dalam hati.

"Cepatan naik gue tinggal juga lo!" ancam Adit.

Cempaka belum juga selesai memasang helmnya Adit sudah menghentak-hentak mendesaknya untuk segera naik. "sabar, ini gimana sih?" Dumel Cempaka saat helm itu tak mau mengunci.

"Dasar norak masang helm aja ngak bisa," Adit dengan kasar memasang kembali standarnya dan turun untuk membantu Cempaka memasang pengunci helm itu.

"Nah sudahkan."

"Terima kasih," balas Cempaka dengan senyum terpaksa.

Adit tak pedulih. "Naik buruan woi gue udah laper nih." protes Adit tak sabar menunggu Cempaka yang masih menurunkan injakan kaki di sepeda motor Metic Adit.

"Sabar napa sih!" Cempaka tak kalah jengkelnya dengan sebal Cempaka menaiki sepeda motor itu. "udah," kata Cempaka setelah gadis itu sudah duduk mantap di belakang Adit.

"Siap ya ini mau ngetrek," Adit bersiap ingin mengangkat stang motornya yang mendapat satu cubitan keras di pinggangnya.

"Adawww," teriak Adit mengurungkan mengangkat stang motornya, tangannya menggosok pinggangnya sendiri untuk meredahkan rasa ngilu bekas cubitan Cempaka.

"Rasain, mau ngebut lagi gue tonjok!" ancam Cempaka.

Adit bergidik ngerih dengan pelan ia putar gas motornya menjauhi arena sekolah.

Bersambung...

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesilia

JURNAL SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang