"Dit, Dit lihat tuh,"
Adit menoleh kearah jari telunjuk Rohim. Di sana ada dua orang berdiri saling berhadap-hadapan, satu laki-laki dan satu lagi perempuan, yang perempuan tentu Adit tahu betul siapa dia meski ia hanya dapat melihat punggung sih perempuan tanpa bisa melihat bagian depannya.
"Cempaka kan?!" Ujar Ragil.
Hati Adit seperti terbakar. Entah apa lagi ini sih pemilik hatipun tidak mengerti.
Ragil menyenggol tubuh Rohim mengkode reaksi temannya itu. "Ekhem cemburu nih ye!!" Goda Ragil dengan senyum tertahan.
Adit tentu saja tergagap, dengan sebisa mungkin ia tampak kembali cool dan slengekan. "Elah biarinlah, cus kantin." Ajak Adit seolah tak pedulih pada kedua orang sana.
"Woy, ninggalin tuh anak."
Rohim dan Ragil saling sikut berlarian mengejar Adit yang sudah menjauh.
"Bos anak baru itu berani deketin cem ceman bos Adit masa?!" Rohim mulai pembicaraan setelah menyedot banyak es teh dalam gelasnya.
"Emang siape cem ceman bos Adit?" Tanya Alan yang kini menyusul sohibnya ke kantin setelah beres remedial MTK Peminatan bu Wiwit.
"Lah lo ngak tahu bos Adit kan suka ama Cempaka!" Jawab Rohim dengan begitu santai.
Byur Uhuk uhuk
Spontan Adit terbatuk parah es teh yang tadi ia minum keluar lagi membasahi wajah Ragil.
Uhuk uhuk
"Kompret lo Dit," Ragil mengambil tisu di atas meja sebanyak-banyaknya untuk mengelap bekas minuman Adit yang muncrat kemana-mana. Rohim dan Alan terbahak menertawakan Ragil yang misu-misu.
"Sorry sorry." ujar Adit dengan menengadahkan tangan kirinya ke Ragil sedangkan tangan kanan memukul-mukul dada untuk meredahkan batuk serta rasa nyeri akibat tersedak air.
"Bos lo ngak apa-apakan? Atau lo bentar lagi bos? Aduh bos nanti dulu lah mati, lo belum kaya kita-kita ngak ada harta warisan nanti kalau lo mati sekarang..." oceh Rohim panjang lebar dengan membantu Adit yang masih terbatuk hebat.
PLAK
Adit memukul samping wajah Rohim keras. "Sembarangan kalau ngomong.""Hehehe sorry bos abisnya batuk lo ngak redah-redah gue kan khawatir,"
"Rohim Rohim rasain lo," ledek Alan yang santai memakan siomai di piring Rohim.
"WOY PUNYA GUE, lo abisin lagi," protes Rohim merebut paksa piring berisi siomai yang belum sempat ia sentuh.
"Dikit doang pelit amat," jawab Alan tanpa merasa bersalah dengan Rohim yang masih menggerutu sedih melihat isi piringnya hanya tinggal separuhpun tak sampai.
"Awas lo Lan sakit perut ntar disumpahin Rohim, ayo Im Babe lo kan dukun, santet aja sih Alan sekalian," Ragil memanasi Rohim.
"Eh sin Anjir pake manas-manasin lagi."
Dug
"Awww" Ragil mengusap tulang keringnya yang ditendang Alan dari bawah meja. "Sadis amat sih lo Lan, sakit tahu."
"Bodoh" jawab Alan mencomot bakwan Adit di piringnya.
"Udah udah ribut mulu." Adit menengahi teman-temannya setelah dirasa dadanya sudah cukup redah dari rasa nyeri.
***
"Hai, gue Delon sepupunya Indri, lo Cempaka kan?" Delon menegur Cempaka yang berpapasan dengannya di perpustakaan sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
JURNAL SMA
Comédie"Adit, bayar duit kas!!!" cukup nyaring suara itu hingga wajah Aditya pengestu memerah malu dilihat semua orang apalagi adik tingkat yang memang lagi berjubel di kantin pada saat jam istirahat seperti sekarang ini. "Lo bisa ngak sih nagihnya nanti n...