Turnamen Futsal Tingkat SMA

40 7 1
                                    

Turnamen futsal tingkal SMA segera dilaksanakan hari ini. Semua elemen panitia sibuk sekali apalagi tim yang akan bertanding. Cempaka dan teman-temannya sudah bersiap di barisan penonton. Ada beberapa sekolah yang ikut dalam turnamen ini. Hadiahnya lumayan bagi pelajar seperti mereka 5000.000 untuk juara pertama, 3500.000 untuk juara kedua dan 2000.000 untuk juara ketiga.

Di pinggir lapangan sana Sesilia dan teman-temannya sudah bersiap sebagai tim sorak.

"Wah Ragil kece banget dah" Cika melongo melihat Ragil yang sedang memasuki lapangan.

"Adit paling kece sih" Lili setia makan cemilannya seraya mata mengawasi tim Adit yang sibuk mengoper bola kesana kemari.

Sedangkan Cempaka sibuk mengibas mukanya dari terik matahari yang begitu panas.

"Huuuuuu" suara tepuk tangan ceria dan sorakan-sorakan terdengar membahana di sekeliling lapangan futsal.

Aditya dengan bangga melambaikan tangannya bangga pada penonton setelah berhasil memasukan bola ke dalam gawang lawan. Teman-teman setimnya memeluk Aditya dengan tertawa. Bahkan ada yang mengejek tim lawan.

"Sial" kapten tim lawan bernama Derian dengan nomor punggung 1 itu berdecak kesal. Timnya menunduk lesu.

Hingga tiba waktunya istirahat untuk babak kedua.

"Pokoknya kalian harus menang melawan SMA Garuda XI bagaimanapun caranya" pelatih SMA Budi Pekerti menetap satu persatu anak didiknya dengan mata culas.

"Tapi pak mereka begitu kuat pak" ujar salah satu anak didiknya.

Pelatih itu memandang pembuat suara dengan tatapan tajam "kalau tidak bisa dengan cara jujur saya rasa kalian tahu apa maksud perkataan saya" sih pelatih tersenyum misterius.

Kapten mereka bernama Derian itu menatap mata sih pelatih dengan senyum sama culasnya.

Untuk Tim SMA Garuda XI dengan kapten Aditya Pangestu mereka sedang bersantai dan kembali mengatur strategi. Lawan mereka tinggal satu yakni SMA Budi Pekerti yang terkenal kuat.

"Bos Adit harus menang Bos" Joy memijat bahu Adit dengan semangat. Joy ini bukan tim Adit. Ia hanya penonton, Joy termasuk siswa malas olaraga.

"Woy Joy bahu gue kek lo pijat juga" sih hitam manis Rohim memprotes keras sambil menatap Adit iri.

"Eh enak aja sih Joy anak buah gue" tolak Adit yang mendapat uluran lidah mengejek dari Joy untuk Rohim.

"Yayang Adit, Sesil bawa minum untuk yayang" Sesil dengan gaya Centilnya menyodorkan sebotol minum kepada Adit.

Adit ngerih sebenarnya menerima minuman ini, takut ada pelet atau jampi-jampi. Bisa berabe kalau esok hari ia tergila-gila dengan Sesil. Gempar SMA Garuda XI nanti "bukan air dari dukun kan?" Tanya Adit memicing menatap Sesil yang cengengesan penuh harap.

"Ih yayang Adit, fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan tahu" Sesil mengerucutkan bibirnya sambil memukul lengan Adit manjan dengan pom-pomnya.

Adit menjauh "iya terima kasih deh"

"Tapi ayang balikin ya taperwarenya nanti mama Sesil marah kalau ilang" Sesil nyengir.

Adit mengangguk saja. Ibu ibu dan taperware adalah paket lengkap. Ilanh sayu saja tampangnya seperti raja singa kehilangan mahkota. Adit tahu betul begitulah maminya.

Buru-buru Adit membahi minuman itu dengan teman-temannya supaya cepat habis dan Sesil centil ini segera pergi sejauhnya "nih Sil, makasih banyak banyak sekali" kata Adit menyerahkan botol berwarna ungu itu pada Sesil yang terpesona dengan cara Adit menyerahkan botolnya yang kosong.

JURNAL SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang