41 . Gedoran Hati

4 2 0
                                    


Selamat dan semangat membaca!

****

Sudah empat puluh menit lebih Erdi mencari keberadaan Giana. Sejak bangun tidur ia tak mendapati istrinya itu, nenek bilang Giana pamit pergi ke kampus. Namun sudah ia kelilingi ke kelas dan ruang musik, menanyakan pada teman-teman Giana namun gadis itu tak menampakkan diri.
Erdi semakin khawatir, ia sedah menelfon tapi tak satupun panggilan terjawab. Perasaannya semakin tidak enak.

Erdi mengacak rambutnya frustasi, ia menghembuskan napas kasar. Kemana lagi ia akan mencari?

Erdi memasuki mobilnya gusar. Kali ini ia akan ke rumah mamanya. Mungkin Giana ada di sana. Perubahan sikap Giana yang tiba-tiba membuatnya curiga, gadis itu pasti menyembunyikan sesuatu.

Erdi masuk begitu saja tanpa salam memasuki rumah, mengabaikan suara sang adik yang bertanya dan beberapa orang yang ada di sana. Erdi kacau, khawatir. Ia hanya ingin segera melihat Giana.

Herlina yang semula berada di dapur berjalan dengan tergesa saat putranya memanggil dengan suara yang sedikit meninggi.

"Erdi, nggak perlu teriak-teriak. Mama dengar kok." peringat Herlina, namun agaknya Erdi tak menggubris.

"Ma, tadi Giana kesini?" tanya Erdi to the point. Herlina mengangguk singkat.

"Iya."

Erdi menghembuskan napas lega, "Sekarang dia dimana?" tanyanya lagi.

"Dia pamit ke kampus."

Erdi mengernyitkan dahi, "Erdi habis dari sana tapi nggak ada ma, bahkan temannya bilang dia nggak masuk kelas." Erdi mengacak rambutnya lagi.

"Giana, nggak pamit sama kamu?" Erdi menggeleng. Herlina menghentikan napasnya sebentar. Dugaannya benar, pasti ada hal yang terjadi antara putra dan menantunya.

"Sebelum Giana pamit, dia sempat tanya ke mama," Herlina menjeda sebentar.

"Ada hubungan apa kamu sama Ginanda." Jelasnya lirih.

Erdi menegang seketika, kali ini ia menatap mamanya serius. "Terus mama bilang apa?"

"Mama jawab yang sejujurnya, kalau kamu memang punya hubungan dengan Giananda sebelumnya."

Mata Erdi membulat sempurna, napasnya memburu. Ia menjambak rambutnya kian frustasi. "Kenapa mama bilang?"

"Apa mama salah kalau mama mengatakan yang sebenarnya? Memang benar kan kamu punya hubungan sama Ginanda?"

Napas Erdi semakin memburu, sekarang dia tahu penyebab sikap Giana yang berubah.

"Mau sampai kapan kamu terus sembunyikan?, Bukannya mama ikut campur tapi ada baiknya kamu jujur." nasehat Herlina, sejujurnya ia juga takut jika hal ini akan terungkap pasti Giana akan kecewa.

"Aku pasti bicara ma, tapi untuk sekarang bukan waktu yang tepat."

"Sekarang atau nanti, semua yang kamu sembunyikan pasti akan terungkap."

Erdi bungkam, dia mendudukkan diri di sofa dan mengusap wajahnya kasar. Apa yang akan ia katakan nanti jika ia bertemu Giana?

"Erdi akan mengatakannya ma," cicit Erdi.

"Jika kamu bersungguh-sungguh kamu harusnya sudah mengatakan sejak awal kan?"

"Aku.. aku takut Giana kecewa."

"Tanpa kamu sadar, kamu sudah buat Giana kecewa. Dia mengetahui semuanya sebelum kamu cerita."

Erdi menggeleng lemah, bukan maksudnya menyembunyikan hal sebesar ini. Takut jika Giana akan membencinya.

"Aku harus gimana ma?" tanya Erdi putus asa, ia sudah tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan.

"Cari Giana, jujur sama dia. Kalau kamu memang cinta sama dia kamu harus lakukan yang yang terbaik, terima apapun yang yang terjadi setelahnya." Erdi mendongak, mendadak ia teringat pada kedai yang seminggu lalu ia kunjungi bersama Giana. Kedai itu milik Giana, pasti gadis itu ada di sana.

Erdi berdiri, "Aku akan cari ma." ucapnya dengan penuh semangat. Lalu ia berjalan keluar rumah setelah memeluk mamanya.

Drrtt.. drrtt..

Saat hendak membuka pintu mobil, ponselnya berdering ia melihatnya sebentar. Panggilan dari Akbar. Erdi mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.

"Hallo."

"Lo dimana?" tanya Akbar dari seberang sana dengan nada yang tak seperti biasanya. Erdi mengernyitkan dahi, kenapa dengan Akbar?

"Akbar Lo sebenarnya kenapa-,"

"Giana kecelakaan!"

Mata Erdi membulat seketika, napasnya memburu, dadanya bergemuruh, jantungnya berdetak kencang.Tanpa aba-aba dia memasuki mobil dan melajukannya dengan brutal. Ia tak peduli dengan keselamatannya sendiri, sekarang yang terpenting adalah.. Giana. Erdi tahu Giana kecelakaan sebab dirinya, dan jika hal buruk terjadi dengan gadis itu, Erdi tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

****

25 Juli 2020

Jerat Rindu ( Telah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang