45 . Kosong

5 2 0
                                    

Selamat dan semangat membaca!

****

Giana benar-benar memenuhi ucapannya, dia pergi entah kemana setelah kepulanganya dari rumah sakit. Meninggalkan sesal bagi siapa saja yang pernah membuatnya kecewa.

Erdi benar-benar di buat gila dengan kondisinya sekarang. Ia terus mengutuk dirinya sendiri yang tak mampu berkutik sedikitpun di depan Giana. Ia.. menyesal. Kepergian Giana mampu memutar seratus delapan puluh derajat dari kehidupannya yang dulu.
Tidak ada sapaan ramah dari mulut pria itu, tidak ada senyum yang tercetak dari bibir itu, tidak ada ucapan yang membuat orang betah bersama dengannya. Yang ada hanyalah tatapan dingin membunuh dari netra yang menyilaukan kehampaan. Erdi benar-benar kacau.

Sudah satu bulan berlalu, dua surat yang datang di tujukan Giana pada Erdi tapi pria itu selalu merobeknya dan membakarnya. Ia tak ingin melihat surat itu, yang hanya akan menambah kesesakan yang ada di dadanya. Satu bulan berlalu namun tak ada tanda-tanda keberadaan gadis itu. Erdi terus mencari namun tak sekalipun membuahkan hasil.

Kondisi rumah berubah total. Rasmi yang tak bisa menahan Giana pergi hanya mampu menangis.

Ginanda, sejak hari itu kondisi kesehatannya kian menurun. Terhitung dalam sebulan ini sudah empat kali dilarikan ke rumah sakit. Dan kali ini adalah hitungan yang ke lima. Sejak dua hari lalu ia terbaring di bangkar sambil terus menangis memanggil nama adiknya.

"Giana.." nama itu lolos dari bibir pucatnya, beberapa alat medis menempel di tubuhnya.

Rasmi terus menggenggam tangan cucunya itu. "Adikmu pasti segera kembali, kamu yang sabar." Rasmi mencoba menghibur Ginanda, meski ia sendiri tak yakin kapan cucunya itu kembali. Ia telah gagal mendidik cucu-cucunya.

"Nanda nggak kuat Uti.." Ginanda meringis kesakitan. Kondisinya kali ini benar-benar sakit.

"Nanda capek.. Nanda pengen tidur.." Rasmi menggenggam tangan Ginanda kian kuat, ia menggeleng.

"Kamu harus kuat sayang, kamu pasti bisa.. nggak boleh nyerah." Rasmi masih menangis kala melihat kondisi Ginanda yang jauh dari kata baik-baik saja.

Seorang pria dengan penampilan yang jauh dari kata rapi, rambutnya di biarkan berantakan dan lingkar dibawah matanya kian hitam berjalan mendekati Rasmi dengan netra yang tak lepas dari benda pipih yang ia genggam. Pria itu mengacak rambutnya gusar.

"Sudah saya coba puluhan kali namun tetap tak ada balasan nek." ucap pria itu. Rasmi mendongak sebentar, ia semakin terisak.

"Nenek mohon nak Erdi, tolong temukan Giana. Nenek mohon, nenek hanya ingin dia melihat kakaknya." Rasmi menggenggam tang Erdi penuh memohon.

Erdi mencoba melepaskan, ia beralih menatap Ginanda yang terbaring. "Saya akan berusaha nek." ucapnya.
Erdi juga merindukan Giana, keberadaan gadis itu sudah menjadi candu baginya. Candu yang membuatnya semakin terjerat pada sosok dingin yang membuatnya gila.

"Saya akan berusaha nek." ucap Erdi tegas, ia bebalik badan dan melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan itu. Tanpa di minta pun ia akan terus mencari Giana. Karena Giana adalah.. miliknya.

****

29 Juli 2020

Jerat Rindu ( Telah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang