43 . Pengakuan

7 2 1
                                    

Selamat dan semangat membaca!

****

"Mas Erdi."

Mata Erdi terbuka sempurna, ia menegakkan duduknya. Kini pandangannya teralih pada sosok perempuan yang semakin melangkahkan kakinya ke dalam ruangan.

"Lira."

Perempuan itu adalah Lira. Dia berdiri di samping Erdi menghadap bangkar. "Maaf, saya lancang datang kesini. Saya hanya ingin melihat kondisi istri mas Erdi." ucap Lira.

Erdi masih bergeming menggengam tangan Giana. Sejujurnya ia sedikit risih dengan kedatangan Lira, untuk apa dia kemari dan kenapa? Siapa juga memberitahu?
Melihat Erdi yang masih diam, Lira menghela napas perlahan. Tidak adakah pria itu ingin bicara padanya?

"Mas Erdi, niatku kemari baik, tidak adakah kamu ingin bicara denganku?" Lira berkata lirih.

Erdi membuka matanya sejenak, "Terima kasih." ucapnya singkat.

Lira bergeser untuk lebih dekat dengan Erdi, lalu tangannya memegang pundak pria itu mesra. "Mas Erdi aku turut bersedih atas musibah yang menimpa istri mas."

"Jaga sikapmu Lira, kau berlebihan!" Erdi melepas tangan Lira kasar, perempuan itu sudah melewati batasnya.

"Kenapa mas Erdi." tanya Lira seakan perbuatannya tadi tak berefek apapun.

"Saya nggak tahu niat kamu kemari. Tapi saya minta kamu keluar, tinggalkan saya bersama Giana." ucap Erdi dingin, situasinya sedang tak memungkinkan.

"Tapi mas-,"

"Aku mohon kamu keluar!" perintah Erdi tegas, "Apa kamu pikir saya nggak tahu tujuan kamu kemari?. Saya nggak bodoh jika hanya menyadari kalau kamu punya perasaan lebih pada saya?" jelas Erdi. Erdi sudah merasakan hal itu sejak lama, namun ia hanya diam karena ia pikir rasa itu akan hilang dengan sendirinya, namun dugaannya salah, Lira semakin melewati batas wajarnya.

Lira yang sudah tak kuasa menahan air mata, hanya bisa menangis dalam diam, ia mendongak. "Apa aku salah kalau aku punya perasaan lebih sama mas Erdi? Apa aku salah kalau rasa ini tumbuh di hatiku?"

"Kau berlebihan, aku sudah menikah dan aku tidak akan membalas rasamu itu."

"Aku juga tidak meminta rasa ini tumbuh, dan kalaupun tumbuh aku tidak mau rasa yang terus berkembang pada hati yang nggak semestinya."

Erdi tertegun dengan pengungkapan Lira. Kalau perempuan ini sudah menyadari jika rasanya salah kenapa ia masih berusaha mengejar?

"Tapi kau berlebihan, sikapmu itu.. jika Giana melihatnya, dia pasti tidak akan memaafkanmu."

"Aku tahu aku salah."

"Lalu kenapa kau melakukannya?"

"Aku hanya ingin mas Erdi tahu perasaanku dan aku tidak berharap rasa itu terbalas. Maaf, aku lancang mengatakan ini di saat kondisi istri mas Erdi tidak baik. Terima kasih sudah mau mendengarkanku. Aku permisi." Lira segera berbalik dan melangkahkan kakinya.

Erdi masih memandangi kepergian Lira, sejujurnya ia juga tak tega membuat perempuan menangis karenanya

****

27 Juli 2020

Jerat Rindu ( Telah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang