39 . Tak Terjabarkan

12 2 0
                                    


Ku ucapkan innalillahi untuk rasa yang pernah singgah di hati. Maaf, namamu sudah tak terpatri

•Herdinan Pramuda•
Jerat Rindu

Ig @windanur_halizah

Selamat dan semangat membaca!

****

Deg!

Giana mematung seketika. Tubuhnya bagai di sambar petir, tubuhnya tremor, jantungnya berdetak kencang dan dadanya bergemuruh hebat.
Apa itu? Apa dia tidak salah dengar?. Kakaknya meminta Erdi untuk kembali. Kembali?, Itu artinya mereka pernah berhubungan sebelumnya.

Giana membekap mulutnya agar tak mengeluarkan isakan. Air bening menyusuri pipinya tanpa bisa ia cegah.

Dengan sekuat tenaga ia lari menuju kamarnya. Suara Rasmi yang terus memanggilnya tak dia hiraukan. Perasaan Giana.. hancur.

****

"Erdi .. aku mohon, aku kira bakalan baik-baik aja setelah kamu sama Giana, nyatanya aku nggak bisa. Aku semakin sakit saat lihat kamu sama Giana. Aku tahu umurku nggak bakal lama lagi. Jadi.. aku mau kamu kembali sama aku."

Erdi menegang sesaat mendengar ucapan gadis di depannya. Kemudian ia terkekeh. "Bukankah ini kemauan kamu?" Erdi tersenyum miring menatap rendah ke arah Ginanda.

"Iya." Ginanda menjawab lirih sambil menunduk.

"Kenapa kamu berubah pikiran? Apa kamu sadar apa yang akan terjadi sama Giana kalau dia tahu semuanya?" Erdi membuang muka sesaat dan menatap Giananda lagi, "Dia hancur. Pasti hancur. Apa kamu nggak memikirkan perasaan Giana?" Ucap Erdi penuh penekanan.

Ginanda perlahan mendongak, "Perasaan Giana? Lalu bagaimana dengan perasaan aku?" Ginanda sudah berkaca-kaca. Erdi membuang mukanya asal.

"Aku menyesal, harusnya aku nggak nyuruh kamu nikahi Giana. Aku mohon.. kembali sama aku. Kita mulai dari awal lagi Erdi." Ginanda meraih tangan Erdi namun segera di tepis kasar oleh Erdi.

"Jika kamu anggap pernikahan ini hanya perjanjian, maaf.. tapi aku telah mencintai Giana." Jelas Erdi penuh penekanan, selanjutnya ia pergi dari hadapan Giananda yang masih menangis di tempat.

Ginanda tidak menyangka rasanya akan semenyakitkan ini. Jika tahu akhirnya, sejak awal dia tidak akan membuat perjanjian yang akan membuatnya semakin sakit.

****

Apa rasanya jatuh cinta semenyakitkan ini?
Saat Giana mulai menyadari perasaannya, satu faktu justru terungkap tanpa ia duga dan tanpa ia minta. Fakta yang selama ini bersembunyi dengan sangat rapi. Dia di bohongi. Semua ucapan manis Erdi tidak benar-benar tulus untuknya, itu hanya palsu.

Lalu kenapa orang-orang di luar sana mengatakan kalau cinta adalah hal yang terindah dalam hidup? Sedangkan Giana sendiri yang merasakannya malah semakin sakit. Hatinya di permainkan.
Dia merasa menjadi orang yang paling jahat disini, dia belum bisa memaafkan orang tuanya dan sekarang.. dia menjadi penghalang antara kakaknya dan Erdi.

Giana semakin menguatkan petikan gitarnya, hawa dingin tak dia hiraukan saat mendengar suara pintu terbuka. Ia tahu, itu pasti Erdi.

"Giana." Panggil Erdi saat tiba di depannya dengan membawa nampan berisi makanan dan iar putih. Giana melirik sekilas lalu membuang muka. Rasanya sakit jika memandang wajah itu, wajah yang selalu menunjukkan kebahagiaan, kekaguman terhadap dirinya namun semua itu palsu. Dan yang paling menyakitkan adalah mendengar pengakuan cinta dari mulutnya.

Erdi mengambil duduk di depan Giana sambil memangku nampannya.

"Kata nenek kamu masak buat aku, makasih ya." Erdi berniat membuka suara, rasanya sangat aneh tidak seperti biasanya. Meskipun Giana tidak banyak bicara dengannya tapi gadis itu tidak akan terus diam tak peduli seperti ini.

"Ayo Gi, kita makan. Kamu belum makan kan?" Tanyanya lagi. Namun Giana masih bergeming.

Erdi bisa menangkap kilatan marah dan kesal dari wajah Giana, sebenarnya ada apa?

"Gi, apa aku--"

"Ssshhh." Erdi terlonjak kaget, segera dia menaruh nampan di pangkuannya dan berjalanemdekati Giana, berjongkok di depannya sambil memegang jari yang berdarah akibat terlalu kuatnya petikan gitar.

"Hati-hati."

Giana tampak menahan sakit. Tidak terlalu parah namun darahnya terus keluar. Erdi menarik Giana masuk ke dalam dan mendudukkannya di petiduran. Giana hanya diam saja, rasa perih ini tidak sebanding  dengan perih yang ada di hatinya.

Erdi membuka laci nakas dan mengeluarkan kotak P3K. Ia membantu Giana membersihkan lukanya.

Giana tertegun, raut wajah Erdi tampak khawatir namun hal itu malah semakin menyakiti perasaannya. Kekhawatiran itu.. palsu.

Erdi mendongak menatap Giana namun gadis itu memalingkan wajahnya. Pasti gadis itu menyembunyikan sesuatu darinya, ia ingin tahu.

"Bukannya aku ikut campur, tapi kalau kamu-"

"Aku mau tidur. Ngantuk."

Ucapan Erdi terputus seketika. Giana membaringkan tubuhnya dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Tak perduli dengan reaksi Erdi yang masih di sebelahnya. Giana.. kecewa.
Erdi hanya menghela napas, ia berdiri masih dengan mata yang menyorot Giana. Mungkin istrinya itu butuh waktu, besok akan ia tanyakan perihal perubahan sikapnya itu.

Erdi berjalan memasuki kamar mandi ingin membersihkan diri terlebih dahulu. Namun samar-samar ia mendengar suara tangisan. Ia menghentikan kegiatannya, membuka sedikit pintu kamar mandi, melirik Giana yang masih berkeribut selimut tebal. Itu tangisan.. Giana. Jelas suara Giana. Namun kenapa gadis itu menangis?

****

23 Juli 2020

Jerat Rindu ( Telah Terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang