6. pertempuran

108 22 0
                                    

Bagi yang sudah baca chapter sebelumnya-chapter lima- disarankan-keras- untuk membaca ulang, karena ada kesalahan teknis terkait karakter Mingyu, terpaksa saya rombak kembali.

[Double UP!]

* * *



"Ceritakan padaku tentangnya." Mata elangnya menatap lurus ke depan.

"Maksudmu, Hong Jisoo?" tanya Taeyon memastikan.

"Ya," jawabnya singkat.

"Apa kau tidak mengenalnya, Mingyu?" Taeyon menoleh, menatap Mingyu sarat ketidak percayaan. Dia tidak menyangka, seorang yang sangat terkenal seperti Jisoo ada juga yang tidak mengenalnya.

"Tidak," sahut Mingyu dingin.

Taeyon tersenyum canggung kala mendapati aura Mingyu yang lebih dingin dari sebelumnya. Sesaat ia berpikir untuk mencairkan suasana."Ahh, tentu saja. Dia di-skros oleh kepala sekolah selama satu minggu, dan menginjak hari ketiganya kau datang. Jadi, kau pasti tidak mengenalnya." Taeyon mengangguk-aggukkan kepala.

"Jadi, itu sebabnya dia datang seperti orang gila." Mingyu berkata dengan wajah datarnya.

Taeyon tercengang dengan kedua matanya yang membola. Dia terlalu terkejut mendengarnya, dan dia tidak menyangka akan bertemu seorang yang berani mengatakan seperti itu kepada Jisoo. Seumur dia sekolah tidak ada satupun manusia yang berani mengatakan sesuatu yang buruk mengenai Jisoo, sekalipun di belakangnya, terlebih lagi melawannya, sesuatu yang teramat mustahil sekali.

Tentu saja, makhluk hidup mana yang tidak mencintai nyawa mereka? Sebab melawan Jisoo sama dengan berharap takdir buruk menimpa dirinya. Apa itu berarti Mingyu mengharapkan hal buruk itu datang padanya? Entahlah, yang Taeyon rasakan hanya Mingyu pasti memiliki sesuatu yang besar untuk mengalahkan Jisoo, dan Taeyon sangat berharap Mingyu benar bisa melakukannya, karena dia sangat ingin agar pembulian segera punah dan jangan hadir lagi selamanya. Kemudian satu perkara lagi yang sangat ia syukuri, ini mengenai pilihannya untuk duduk di bangku paling depan. Sebab itu dia jadi memiliki kesempatan untuk menjadi lebih dekat dengan Mingyu. Bukankah itu fakta yang bagus?

Taeyon tersenyum, lantas berkata,"Mingyu, kau bisa berbahaya jika Jisoo mendengar ucapanmu, ahh-tidak, kurasa sekarang kau sudah dalam bahaya karena sudah berani mencampuri urusannya."

Mingyu hanya diam, mendengarkan tanpa berkomentar, dan itu membuat Taeyon kembali melanjutkan ocehannya tentang Jisoo."Mingyu, kau harus berhati-hati dengan Jisoo. Dia bukan murid biasa, bahkan Jisoo memiliki banyak anak buah yang kuat, meski yang selalu terlihat disampingnya hanyalah seorang wanita, tetapi Minjung bukan wanita biasa! Dia adalah atlet taekwondo yang berhasil meraih sabuk hitamnya. Selain itu Jisoo juga memegang kendali besar di sekolah, bahkan para guru pun takut pada Jisoo, karena orang tua Jisoo penanam saham terbesar di sekolah." Taeyon menjelaskan dengan semangat, sedang Mingyu hanya menampilkan wajah dinginnya.

"Dari semua yang kau katakan, hanya menjelaskan kalau dia hanyalah parasit yang menempel pada barang-barang berharga," sarkasnya.

Taeyon terdiam, jawaban Mingyu sangat menohok. Sebuah pemikiran yang tak pernah melintasi isi kepalanya. Namun, begitu cepat ia langsung menyetujuinya.

.

.

.

Mingyu berjalan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku-setelah ia mengantarkan Taeyon pada kediamannya. Dia sedang berpikir untuk menghubungi Joohyuk-sepupunya-untuk menjemput dirinya, mengingat tempat tinggal Taeyon yang ternyata tak jauh dari rumah Joohyuk, dan mungkin ia juga bisa bermalam di sana, karena ia merasa jenuh untuk pulang jika harus melihat wanita itu kembali.

Kereta api || revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang