9. Jiwa yang bersorak

105 23 0
                                    

Jisoo tak henti-hentinya menyungging senyum lebar. Sport merahnya melintasi halaman dengan deruman yang dipermainkan, layaknya pebalap yang hendak memulai atraksi mereka.

Kemudian salah satu penjaga gerbang bergegas menghampiri Jisoo begitu laju mobil itu berhenti di ujung beranda.

Jisoo keluar dengan wajah yang teramat sumringah, dia melempar kontak mobil tanpa melihat posisi orang yang akan menangkapnya. Untungnya penjaga gerbang itu menangkap dengan baik, karena hal itu telah menjadi salah satu pekerjaannya. Menyambut kedatangan Jisoo, lalu memasukkan mobil itu ke garasi.

Begitu melintasi pintu utama, Jisoo membiarkan para maid yang langsung mengambil atribut yang menempel pada tubuhnya. Dia berjalan layaknya pengeran yang mengumbar kepercayaan diri. Biasanya dia tidak begitu memperdulikan keadaan ini, tetapi sekarang dia begitu menikmati bagaimana semua orang memperlakukan dirinya 'dengan baik'.

Jisoo membuka lebar-lebar pintu kamarnya, dia keluar menuju balkon, kemudian merentangkan kedua tangan ke atas. Kejadian air soda yang menyembur ke wajah sok tampan Mingyu, membuat dia kembali tertawa kencang. Terbahak-bahak, seolah kehilangan kendali untuk mengakhirinya, dia memegangi perutnya yang tersengat sakit sebab tawanya yang tak kunjung reda.

Benar-benar hari yang begitu meriah. Dia jadi ingin merayakannya. Ya, tentu saja dia harus merayakan kemenangannya. Sesuatu yang besar tidak boleh terlewatkan begitu saja. Lantas Jisoo mengambil ponsel, lalu menghubungi Minjung. Namun, Minjung tak kunjung mengangkat panggilannya. Dia berdecak kesal, lalu mengirim pesan padanya, dan beberapa nomor lain yang hendak dia hadirkan dalam pestanya.

Jisoo mendudukkan dirinya pada kursi bulat yang selayak sarang burung tebal itu, sebelum ia menghubungi para maid bagian dapur."Siapkan makanan-makanan yang spesial, nanti malam aku akan mengadakan pesta kecil berama temanku," ucapanya, sebelum sambungan itu mati dan mendapat persetujuan yang pasti.

●°○°●


Akhirnya, pesta yang ditunggu-tunggu pun datang. Minjung dengan Audi hitamnya melesat di halaman mansion Jisoo. Sebenarnya, dia tidak begitu yakin dengan apa yang dia hadiri, tetapi membaca pesan Jisoo yang tampak sangat menekan kata-katanya, membuat Minjung merasa harus datang.

Minjung memastikan dirinya pada badan mobil yang mengkilat. Jins hitam di padu kemeja berlapis blazer kotak-kotak serupa. Cukup baik. Dia merasa penampilannya sudah sangat mumpuni untuk berpesta.

Minjung memicing begitu menyadari deretan mobil mewah yang terpakir di sampingnya. Dia jadi menimang, pesta apa yang sebenarnya diadakan Jisoo? Jika diingat-ingat Jisoo tidak membalas pertanyaannya. Apakah sesuatu yang sangat spesial, hingga Jisoo bermain rahasia dengannya? Minjung mengedikkan bahu, dia hanya akan mengetahui setelah dia masuk ke dalam.

.

.

.

Minjung membeliak, begitu pandangannnya disambut langsung dengan keberadaan para wanita dengan pakaian minim yang menjijikkan. Dia menginjak lantai dengan gagasan kuat, menghampiri Jisoo yang nampaknya belum menyadari kedatangannya, hingga akhirnya Jisoo menoleh kepadanya.

"Hai, akhirnya kau dat—"

"Kau bercanda, mengundang para jalang ini?" Jarinya menunjuk kepada yang dimaksud secara terang-terangan.

"Apa?" Jisoo melirik sekilas para wanita itu, kemudian tertawa kecil."Mereka hanya figuran yang diperlukan. Pesta tidak akan meriah jika hanya kau dan aku, kau tahu itu. Jangan terlalu memperdulikan mereka."

Minjung berdesis, lantas menghempaskan bokongnya di samping Jisoo."Aku tahu mereka kekasihmu," ucapnya, sebelum meraih jus jeruk di atas meja.

Jisoo melihat Minjung sebentar, lalu turut meminum jusnya."Ya, kekasih satu hari, aku akan memutuskan mereka begitu pesta ini berakhir," ucapnya, lalu meletakkan gelas kosong itu di atas meja."Ngomong-ngomong, aku tidak melarang jika kau ingin menggandeng kekasihmu, justru akan bagus agar pesta ini semakin meriah."

Kereta api || revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang