Jisoo telah menghabiskan selama waktu skros-nya di rumah sang nenek. Tidak terlalu buruk baginya. Bahkan sangat baik, karena di sana dia justru mendapatkan sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Nenek Jisoo begitu perhatian padanya, tak jarang ceramah panjang tentang kandungan sayur-sayuran bahkan Jisoo dapati ketika dia bersikukuh untuk menolak makan menggunakannya. Jisoo sangat membenci sayuran hijau karena itu terasa pahit di lidahnya."Jisoo! Cuci tanganmu terlebih dahulu!"
Suara kencang wanita paruh baya itu menghentikan tangan Jisoo yang hendak menyentuh ayam goreng di atas meja makan. Namun, satu detik setelahnya tangan itu sudah bergerak cepat mengambil ayam dan memakannya lahap. Jisoo malah terkekeh saat mendengar omelan panjang lebar tentang betapa bahayanya seekor kuman dari sang nenek.
"Lain kali aku akan menghukummu jika kau tidak mau mencuci tanganmu, Jisoo," ucap nenek sembari memukul kepala Jisoo dengan spatula yang dibawanya pelan.
"Aku baru saja mandi, halmeoni. Tanganku ini masih terlalu bersih untuk kembali dicuci," terang Jisoo seraya melihat ke arah sang nenek.
Tuk!
"Auh!" dengus Jisoo, kali ini spatula itu mendarat cukup keras di kepalanya.
"Kau mandi sudah dua jam yang lalu anak muda. Kau pikir ponselmu itu tidak dipenuhi oleh ribuan kuman?"
Jisoo menyengir,"Ponselku ini higienis halmeoni!" bisiknya di telinga sang nenek. Kemudian buru-buru ia meninggalkan ruang makan, menghindari omelan yang sudah diduganya akan berlanjut dan melebar.
Wanita paruh baya itu hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan cucu semata wayangnya.
.
.
.
Jisoo berdiri di depan pintu, siap mendengar pesan yang akan diberikan oleh sang nenek padanya. Sebab hari ini dia akan kembali ke seoul dan berpisah dengan neneknya.
"Aku tidak tahu apa yang sudah kau lakukan sampai kau diskors dari pihak sekolah. Tapi, sekarang kau harus berjanji padaku jika kau tidak akan mengulanginya lagi, Jisoo-ya."
"Haruskah aku mengatakan, iya?"
Wanita paruh baya itu langsung menatap Jisoo datar. Jisoo tertawa dibuatnya.
"Ya, aku akan berjanji padamu kalau pihak sekolah tidak akan bisa men-skors diriku lagi, halmeonie," ucap Jisoo sambil menahan senyumnya.
Sang nenek berkerut karena ucapan Jisoo yang tidak begitu nyaman didengarnya. Namun, sedetik setelahnya ia mengangguk."Tentu saja pihak sekolah tidak akan bisa men-skors cucuku yang baik dan imut ini." Seraya tersenyum dan menepuk-nepuk pundak Jisoo."Hati-hati di jalan, sampaikan salamku pada eomma dan appa-mu, Jisoo. Katakan padanya, jangan terlalu giat bekerja sampai melupakan siapa wanita tua yang sedang kesepian ini."
Mendengar itu Jisoo mendengus,"Bukankah sudah kubilang, mereka itu tidak termasuk dari kelompok manapun di dunia ini," ucapnya, kemudian merengut, kesal.
"Aigoo, imut sekali cucuku ini!" Wanita itu malah tertawa sembari mencubit pipi berisi Jisoo, gemas.
"Ya! Jangan perlakukan aku seperti anak kecil, halmeonie!"
○°•°○
-- Seoul international high school --
Siapa yang tidak mengenal sekolah elit menengah ke atas ini. Tentu saja seluruh warga korea mengerti betapa bergengsinya sekolah itu, terlebih lagi memiliki anak yang berhasil mencetuskan nama di daftar buku tahunan para murid. Selain hanya para chaebol yang bisa memberikan pendidikan pada anaknya di sana, kecerdasan pun menjadi penentu selanjutnya untuk anak mereka. Karena sekolah itu hanya menerima beberapa gelintir murid yang berprestasi saja. Namun, tak heran jika itu semua justru menjadikan murid Seoul international high school terkenal dengan kesombongan dan keangkuhannya di kalangan masyarakat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kereta api || revisi
RomanceBerawal dari sebuah gerbong kereta, hingga coat hangat yang ia terima dari pemuda berkulit tan itu dengan terpaksa. Pemberian yang terkesan 'sederhana', tetapi mampu menciptakan perasaan rumit yang tertinggal dalam hati pemuda berparas cantik itu. N...