Sambil memasang kuda-kuda, Jisoo menatap para berandal di hadapannya tajam. Mau tidak mau dia harus turun tangan dan menghadapinya sendiri. Karena tidak ada alternatif lain selain melawan. Preman Gyeoggi-do telah menjebaknya. Dia tidak tahu, ternyata ketua mereka yang busuk itu menyimpan dendam pada dirinya.
Jisoo tidak pandai berkelahi. Selama ini dia tak pernah terjun dalam sebuah perkelahian, karena ada Minjung di sisinya yang akan menangani masalah itu. Namun, kali ini ia terlalu gegabah dalam memutuskan perjanjian dengan para preman Gyeonggi-do. Harusnya dia mempertimbangkan, bertemu di gang sepi yang gelap termasuk perkara yang harus dicurigai. Namun, memikirkan perkara yang telah berlalu saat ini sangatlah tidak penting. Melihat tujuh lelaki berotot yang akan menjadi lawannya saat ini seperti hendak menonton kekalahannya sendiri.
"Hei, Hong Jisoo! Kau pikir kenapa tujuh lelaki perkasa seperti kami berkumpul?"
Lelaki yang memiliki postur paling tinggi diantara mereka berkata dengan raut muka menantang. Dia berjalan mendekati Jisoo. Sepasang smirk tercipta di bibirnya. Kemudian tangannya mencengkram kuat dagu Jisoo dan mengangkatnya.
"Apa kau ingin tahu jawabannya?" tanya lelaki itu sembari menyeringai.
Jisoo memikirkan cara lain untuk menghajar lelaki yang dengan brengseknya menyentuh dagunya. Dia tahu diri jika beradu kekuatan adalah tindakan yang sangat gegabah, mengingat ototnya yang bahkan belum terbentuk sama sekali. Sesuatu yang menonjol di balik celana lelaki tinggi itu membuat Jisoo menyeringai. Kemudian ia sedikit menekan kakinya kearah belakang. Lalu ....
Duak!
"AAARGH! MILIKKUU!!" Lelaki itu berteriak kencang dan reflek menjauhkan dirinya dari Jisoo.
Jangan remehkan Jisoo, dia sangat ahli dalam urusan tendang-menendang, karena dia sangat pandai bermain olahraga terkenal dengan nama sepak bola itu. Namun, seperti membangunkan para singa yang sedang kelaparan, para preman yang mulanya senang menyaksikan tindakan kawannya, langsung menyerbu Jisoo dengan ledakan amarah yang membara.
"BRENGSEK!!"
Satu tendangan langsung melayang dengan cepat dan mengenai tulang keringanya. Jisoo tidak bisa menghindar, terlalu cepat, dia bahkan sangat buruk sekali dalam urusan perkelahian, dan itu membuatnya langsung terjatuh dan terperosok. Jisoo segera mencoba untuk berdiri sebelum serangan yang lebih buruk akan mengenainya. Namun, belum sempat ia menggunakan keseimbangannya, sepatu kulit hitam langsung menginjak kuat punggungnya.
"Argh—" erang Jisoo tertahan.
Buagh!
Satu tendangan yang lain melempar tubuhnya hingga menabrak tong sampah di belakngnya. Meski kemenangan seratus persen tidak akan dia dapatkan, dia tetap tak mau menyerah. Ia mencoba berdiri kembali dengan tubuhnya yang mulai terasa sedikit lunglai, serta kedua kakinya yang dirasa bergetar.
"Ck! Aku merasa bodoh harus mengeluarkan energi untuk melawan lelaki jadi-jadian seperti dirimu, tetapi melihat wajahmu membuatku sangat jijik!" Lelaki yang terkena tendangan Jisoo lantas mengepalkan tangannya dan meninju rahang Jisoo dengan kuat.
BUK!
Darah segar mengalir melewati dagunya. Jisoo merasakan bibirnya sangat perih. Lantas punggung tangannya terangkat dan mengusap ujung bibirnya. Sementara matanya menatap lelaki di hadapannya tajam.
"Masih tidak ingin menyerah?" Lelaki itu tertawa, menyeringai. Kemudian ia mengayunkan kakinya, menendang perut Jisoo. Kemudian satu tinjuan ia layangkan ke rahangnya, lalu kaki kanannya kembali terangkat hingga menghantam tulang kering Jisoo dengan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kereta api || revisi
RomanceBerawal dari sebuah gerbong kereta, hingga coat hangat yang ia terima dari pemuda berkulit tan itu dengan terpaksa. Pemberian yang terkesan 'sederhana', tetapi mampu menciptakan perasaan rumit yang tertinggal dalam hati pemuda berparas cantik itu. N...