21. Affection

36 6 2
                                    

"Bo-boleh..kita...berteman..?'
.
.
.

"ENGGAK!"seru Jisung secara sontak. Hening. Tak ada suara satu pun, sebelum akhirnya Chenle menoleh kearah Jisung dengan sebelah alis yang terangkat. "Kenapa?"

"Lyra masih belum pulih! Dan Lyra harus beristirahat lebih dulu!"lanjut Jisung, cowok itu sedikit meninggikan nada suaranya.

Tanpa Jisung sadari, perkataan Jisung terngiang-ngiang di fikiran Lyra. Entah kenapa cewek itu selalu menganggap kalau perkataan Jisung adalah sebuah bentuk kepedulian. Tapi hatinya menganggap, bahwa itu hanya ketidak sengajaan, atau bisa jadi karena sifat Jisung yang memang lugu. Jisung. Cowok itu selalu saja membuatnya berharap lebih. Rasanya tentu aneh, pasalnya perasaan seperti itu hanya muncul ketika ia melihat kakak kelasnya, Jeno. Namun kini rasa itu muncul saat berhadapan dengan Jisung.

Lyra tersenyum kecut, ia takut kalau sewaktu-waktu Jisung akan pergi meninggalkannya, dan membuatnya berharap berkepanjangan seorang diri. "Gue..terima tawaran lo, Le,"ucapnya memutuskan.

Sontak Jisung terbelalak, dan melontarkan pandangan bertanya-tanya. "Gak boleh!—"

Sudah cukup. Lyra tidak boleh membuat dirinya terlaku tersiksa akan harapan itu yang selalu muncul. Ia berdehem, dan menatap nanar Jisung. "Emangnya lo siapa gue, Sung? Sampai lo berani larang-larang gue?"

Jisung berhasil dibuat bungkam, perkataan Lyra begitu menohok hatinya, dan perlahan-lahan dia mulai sadar. Benar. Dirinya hanya lah "Siluman Kelinci" yang beruntung menemukan seseorang sebaik Lyra, dan akhirnya diangkat menjadi peliharaan cewek itu. Harusnya dia sadar bahwa Lyra adalah impian yang sangat sulit dia gapai. Rasanya seperti ada sebuah dinding yang menjulang tinggi di antara mereka berdua—Lyra dengan statusnya sebagai manusia normal, sedangkan Jisung yang statusnya hanya sebagai manusia setengah hewan. Dunia mereka berbeda, tempat mereka berbeda, dan angan-angan mereka tentu berbeda. Seperti Teluk Alaska yang sangat dekat, namun sulit untuk bersatu. Dunia memang penuh kejutan.

Jisung..Sayang Lyra.

Perkataan itu hanya bisa diucapkan di dalam batin seorang cowok dengan tubuh jangkung itu. Apakah mungkin dia benar-benar mencintai Lyra?

***

Suara riuh murid-murid yang sedang berkumpul di lapangan yang terasa sangat panas terdengar jelas. Mereka tentu senang, karena mulai esok sekolahnya akan mengadakan libur untuk dua minggu ke depan, tapi saat libur berakhir sayangnya mereka langsung dihadapi dengan masa ulangan. Masa-masa yang paling di benci oleh semua murid, tentu saja terkecuali bagi Lyra dan Jisung, kedua orang itu justru tak sabar menantikan ulangan; Lyra yang tak sabar karena ingin mencapai hasil nilai yang memuaskan, sedangkan Jisung yang terlalu semangat ingin merasakan masa-masa ulangan kembali. Walau begitu hari libur tetap menjadi kebahagiaan mereka berdua.

Seorang cowok dengan dasi sekah yang diikat dikepala mengampiri Lyra dan Jisung yang sedang duduk untuk melepas penat karena berpanas-panasan terlalu lama. Jisung merasakan haus, namun apa daya dia yang tidak pernah membawa minum saat bersekolah. Lyra yang peka akan hal itu, tanpa aba-aba cewek itu memberikan botol air mineralnya yang masih tersisa setengah botol air, dan di sodorkannya kearah Jisung. "Buat lo."

Jisung tersenyum tipis, tanpa penolakan cowok itu mengambilnya, lalu meneguknya.

Lyra terkekeh kecil ketika melihat air yang Jisung minun sedikit tumpah mengenai seragam abu-abunya. Persis saat ia kecil. "Minum tuh pelan-pelan."

Jisung hanya tersenyum lebar, lalu menepuk pucuk kepala Jisung hingga rasanya wajah Lyra mulai memanas, ia yakin pipinya sudah semerah tomat. Namun tak lama suara deheman terdengar, Jaemin, cowok dengan dasi yang diikat di kepalanya mencibikkan bibirnya, jengkel setengah mati.

My Rabbit•Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang