25. Bye

32 7 2
                                    

SEPI dan sunyi, tidak ada seorang pun yang memasuki kamar dengan tema feminim, terkecuali hanya dirinya yang masih berdiam diri dipinggir kasur. Jisung terlamun. Namun tak lama dari itu suara derap kaki yang muncul membuyarkan lamunannya. Derap kaki itu terlalu bising, seperti bukan hanya seorang. Dia tercekat, dan lantas bingung. Bagaimana jika itu bukan seseorang yang dicarinya?

Tubuhnya membeku ketika pintu kamar itu terbuka, memperlihatkan kedua pria dengan wajah sangat asing. Terlambat. Seseorang sudah melihatnya.  Seraya memaki dirinya sendiri, Jisung keluar melewati jendela, lalu melakukan ritual seperti sebelumnya. Kedua pria yang sangat asing dimatanya itu sudah berupaya menangkapnya, namun gagal, Jisung sudah lebih dulu melarikan diri.

Gawat. Salah satu pria asing tadi kini mengejarnya, maka dari itu dia tidak ingin mengambil pilihan merubah dirinya menjadi Kelinci, karena pasti jati diri yang sebenarnya akan terungkap.

Dengan terpaksa Jisung memanjat dinding rumah Lyra yang begitu tinggi. Tak butuh waktu lama, dia berhasil memanjat dinding tersebut dengan lihai. Padahal sebelumnya dia tidak pernah memanjat dinding setinggi itu—entahlah keahliannya dari mana.

Dia terus berlari dengan kencang, sebisa mungkin dia akan menghilangkan jejaknya dari pria yang masih berwajah muda tersebut. Tidak ada tujuannya selain pergi ke rumah Taeyoung—sahabat terdekatnya yang sudah dia anggap sebagai abang kandungnya.

***

Lyra yang sedang bersama ketiga cowok berwajah tampan kompak bangkit saat melihat Ten—pengawal pribadi Chenle berlarian keluar rumah. Sudah berkali-kali Chenle meneriaki Ten, tapi tak kunjung di balas, pria itu tetap sibuk berlari, seperti sedang mengejar sesuatu.

Tak lama dari itu, Kun—supir pribadi Chenle berjalan tertatih-tatih menuju pemuda dengan statusnya sebagai 'anak konglomerat atas'. Pria berambut biru itu sempat tak teratur nafasnya, sebelum akhirnya dia menarik nafas panjang dan segera menghempaskannya.

"Tadi ada cowok dikamar Non Lyra,"ucapnya.

Henderey yang baru beberapa menit datang lantas dibuat terbelalak, sedangkan Lyra, Jaemin, dan Chenle saling melemparkan tatapan tanda tanya. Mereka yakin itu pasti Jisung.

"Kayaknya itu maling non.. Makanya Ten sedang berusaha mengejarnya. Semoga saja tertangkap. Apa perlu kita memanggil Polisi?"tanyanya.

Lyra terkesiap, sontak menggeleng. "Jangan!"sanggahnya cepat.

"Lho, kenapa jangan? Kalau ternyata dia maling aja? Atau kalau ternyata dia perampok??" Henderey mengernyitkan dahinya. Yang langsung mendapat sikutan dari Chenle. "Maling sama perampok sama aja, bang!"titah Chenle.

Jaemin hanya menggeleng, tak mengerti lagi dengan tipikal orang seperti Henderey bila disatukan dengan tipikal seseorang macam Chenle.

Lyra sibuk dengan kemurungannya. Ia sangat yakin kalau itu Jisung. Cowok itu pasti ingin berbicara dengannya, dan ia pun sebenarnya sangat ingin berbicara dengan Jisung—setidaknya untuk yang terakhir kalinya. Namun gengsinya lebih tinggi dari kemauan yang sebenarnya.

Jaemin melirik Lyra, dia tahu ada yang tidak beres disini. Dari mulai semalam saat Lyra hujan-hujanan seorang diri tanpa di temani Jisung. Diam-diam dia merasa kesal. Jisung, cowok itu ternyata belum juga mengikuti nasehatnya.

"Maaf Bang Kun, lebih baik lo panggil Bang Ten kesini aja. Itu mungkin cuman maling iseng. Dan lebih baik kita langsung pergi ke Bandara."

'Maling iseng' sepertinya asalannya itu memang tak masuk diakal. Namun perintah Lyra membuat tanda tanya bagi mereka semua.

***

Bandara Soekarno Hatta—bandara internasional di Indonesia, lebih tepatnya berada di Jakarta. Ramai orang-orang disana, ada yang sedang melepas rindu dengan keluarga, atau berduka karena terpaksa berpisah dengan keluarga mereka.

My Rabbit•Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang