20. Past Time [Pt.2]

39 6 0
                                    

"Oke, kita damai, dan kita sahabatan mulai saat ini."
.
.
.

HUJAN turun lebat, dengan petir yang sesekali muncul. Koridor di SMA paling bergengsi di Kota Jakarta terlihat ramai murid-murid, rata-rata dari mereka duduk di pinggir koridor, dan ada pula yang memilih ke Kantin dengan berlarian. Tidak untuk seorang cowok berambut hijau yang sedang membawa tumpukan buku-buku menuju Perustakaan, salah satu guru di sekolahnya memang menyuruhnya untuk mengantarkan buku-buku tersebut, awalnya cowok bernama Zhong Chenle itu jelas menolak, namun apa daya gurunya tetap berusaha membuatnya takluk, terlebih statusnya adalah anak baru, dia tidak mau dicap senagai murid belagu oleh para kakak kelasnya. Walau sebenarnya dia bisa saja bertindak semena-mena saat awal pertama masuk bersekolah, mengingat dirinya adalah anak dari keluarga Zhong, alias Keluarga konglomerat atas yang mempunyai cabang usaha tak terhingga.

BRUK!

Buku-buku yang semula tersusun rapih diatas kedua tangannya terjatuh ke lantai berwarna putih mengkilat akibat seorang cewek dengan rambut yang diikat kuda. Chenle sontak berdecak kesal.

"Lo bisa liat gak sih ada gue lagi jalan?!"alih-alih cowok itu yang murka, namun cewek dengan rambut yang terkuncir kuda itu justru berkacak pinggang dengan wajah jutek. Merasa di rendahkan begitu saja, Chenle bangkit, dengan tangan yang dilipat di bawah dadanya. Cukup. Kesabarannya sudah habis.

"Tadinya gue mau sabar. Tapi lo kayaknya berisikeras ngajak gue ribut! Berani juga lo nantang gue? Belum tau aja gue siapa!"balas Chenle penuh keangkuhan.

"Emangnya lo siapa?! Paling, lo hanya murid biasa dari keluarga yang biasa! Jadi gak usah songong, deh, lo!" Cewek itu ingin mendorong sebelah pundak Chenle, namun Chenle berhasil menghindar secepat mungkin.

Cowok berambut hujai muda itu mendelik kearah name tag yang bertuliskan Veronica Park. Tapi tak lama kedua lengan cewek itu bersilang, yang membuat pandangan Chenle menjadi teralihkan oleh kedua tangannya. Dengan cepat cowok itu menegapkan tubuhnya, lalu berdehem. "Gak usah GR, jijik! Gue cuman mau liat name tag lo!"elak Chenle cepat.

"Veronica. Nama yang bagus, wajah yang lumayan, namun sayang not have akhlak." Chenle menyungginggkan senyumnya, sedangkan cewek bernama Veronica itu memandang kesal Chenle setengah mati.

"Terserah lo mau bilang gue apa. Yang jelas di sekolah ini gue berkuasa! Papa, mama gue pengusaha kayak raya! Lo bisa apa yang hanya sebatas masyarakat jelata?"Mereka berdua kompak menatap pandangan permusuhan diantara keduanya.

Chenle sontak tertawa sakras, sebelum akhirnya menatap dingin cewek di hadapannya. Dia tidak menyangka, ada seorang cewek yang berani-beraninya menganggap dia hanya seorang masyarakat jelata. Dahulu saat masa Sekolah Dasar tak jarang banyak teman-temannya yang ikut menuduhnya hanya sebatas masyarakat jelata, namun saat dia membuktikan fakta yang sebenarnya, teman-temannya lantas tidak berani lagi mencari keributan dengan Chenle. Namun cewek itu tampak berbeda, bahkan dia tidak terdapat ekspresi takut sedikit pun dengannya.

"Berkuasa?—Maksud lo, lo akan menguasai gue selayak babu? Cuih! Sebelum itu gue yang akan lebih dulu menguasai lo!"kata Chenle tak mau kalah.

Mereka berdua saling bertatapan. Bukan tatapan suka atau cinta, melanikan saling melontarkan tatapan tajam seolah-olah mengibaratkan perselisihan diantara keduanya.

***

Seiring berjalannya waktu, Chenle mau pun Veronica kompak bosan dengan status mereka sebagai musuh. Jika di fikir-fikir lagi usia mereka sudah cukup besar jadi tidak seharusnya bermusuhan selayaknya anak kecil, hanya untuk merebuti kekuasaan.

My Rabbit•Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang