26. Animal

28 7 0
                                    

Kembali lagi sama aku! Udah lama gak up My Rabbit lagi, maapkeun abisnya tugas sekolah aku numpuk😐. Huaaa, sebenarnya aku sih pengen banget namatin cerita ini, tapi lagi-lagi aku kena block writing😥. Pengen cepet-cepet namatin cerita My Rabbit dulu, soalnya masih ada satu cerita aku lainnya yang belum tamat, udah gitu cerita Aulia lagi proses revisi.

Tapi tenang aku gak bakal ngeluh!

Fighthing headweh! Kalian juga harus semangat, inget terus kata-kata Lucas!😤

Btw...nih cerita udah mau tamat, gak tau sih sampe chapter berapa, tapi patokan aku sih chapter 30 (masih cukup lama sih..hehehe).

Udah gak usah banyak omong lagi. Ralat. Banyak ngetik lagi, wkwk. Kasian kaliannya yang udah gak sabar nungguin cerita My Rabbit (mode geer on).

HAPPY READING..

"KELINCI makanannya apa, ya..?"gumam seorang cowok dengan rambut sedikit panjang berwarna hitam pekat. Dia menggaruk rambutnya merasa frustasi, karena belum juga menemukan jawaban dari pertanyaan yang terus terngiang-ngiang diotaknya.

Sepupunya yang duduk bersebelahan dengannya di dalam pesawat yang pada saat itu mulai melepas landas, lantas menoleh, mengernyitkan dahinya. "Ya wortel lah, bang! Lo dari tadi nanya sendiri, pusing sendiri—muak gue!"jawab sepupunya dilanda rasa terheran-heran.

"Gue tau wortel...tapi itu kuno, dan gue lebih suka makanan Kucing," balas cowok  dengan rambut sedikit panjang tersebut.

"Tuh! Lo mah aneh bang..ya Kelinci makanannya sayur-sayuran! Kucing beda lagi ceritanya. Ya kali Kelinci lo mau kasih makanan Kucing!" sewet Chenle yang di balas cengiran oleh Hendrey.

Jaemin hanya menggeleng ketika mendengar perdebatan tak berfaedah kedua sepupunya, tanpa berniat ikut menambahkan argumen.

"Jae, tadikan gue udah ceritain semuanya ke lo perkara gue dan Jisung, menurut lo gimana?" tanya Lyra yang duduk di sampingnya dengan kepala tertunduk.

Jaemin menoleh, dia memincingkan matanya. "Ya..mau gimana lagi? Lo udah terlanjur marah sama dia, dan gak mau selesaiin masalahnya bareng sama dia, yaudah tinggal ikutin aja alurnya."

Lyra meneguk salivanya susah payah, ia sangat tak mampu membayangkan jika ia akan menjalani aktivitas sehari-hari tanpa adanya kehadiran Jisung disisinya, mungkin hidupnya akan hampa.

Sebulir air mata menetes dari mata Lyra, namun dengan cepat ia menyekat air mata selanjutnya agar tidak menetes. "Terus gue harus gimana?" tanyanya frustasi.

Jaemin memasang aerphone ke telinganya, dengan santai dia menjawab, "Lyra sepupu gue, kalo jodoh itu gak bakal kemana, dan kalo dia setia sama lo dia pasti bakal berusaha terus. Percaya sama gue."

SRRAAK!

Lyra dan Jaemin kompak menoleh ke belakang, pasalnya suara tersebut memang berasal dari arah belakang, tepatnya dari bangku Hendrey dan Chenle yang masih berdebat argumen.

"Guys, kalian denger suara gusrak-gusruk gak?" tanya Jaemin kepada Chenle dan Hendrey.

Chenle bangkit, dia sedikit menjinjit agar dapat melihat tas mereka yang di taruh diatas. "Eh? Iya gue denger, kok di tas Bang Hendrey kayak ada yang nendang-nendang dari dalem? Lo bawa apa sih, bang? Binatang? Kenapa harus di—"

Dengan cepat Hendrey membekap mulut Chenle dengan erat. "Jangan berisik dong!" selanya.

"Lo bawa apa dulu, bang? Kalo dia berisik kayak gitu, nanti bisa di curigain sama petugas," ujar Jaemin.

My Rabbit•Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang