24. Jaelous

30 6 0
                                    

"Lyra, lo sebenarnya nganggap gue siapa lo? Lo percaya kan sama gue?"
.
.
.

JISUNG menarik lengan Lyra tak tentu arah. Ada rasa mengganjal di dalam dirinya yang tidak bisa diungkapkan dengan jelas, yang pasti perasaan itu muncul begitu saja saat dia mengetahui Lyra bersama dengan Jeno.

Lyra sudah beberapa kali memberontak, namun cengkraman tangan Jisung sangat erat, sampai kulitnya yang putih mulai terlihat jelas kemerahan. Ia meringis. Bukan terlalu berlebihan, tapi memang rasanya benar-benar menyakitkan. Sampai tak terasa air matanya metes, antara sakit akibat perlakuan kasar Jisung yang terus menyeretnya keluar pekarangan rumah Meallisa dan juga sikap Jisung yang tidak bisa ia mengerti.

Ia menghentakkan tangannya kasar. "Jisung, lo kasar! Lepasin tangan gue!!"serunya disertai tangisan.

Baru kali itu ia melihat tingkah Jisung yang sangat berbeda dari biasanya. Apakah Jisung cemburu dengannya? Tapi kenapa harus berlaku kasar seperti itu? Dan kini Lyra mulai menganggap bahwa semua cowok memang tidak ada bedanya, sekalipun Jisung—cowok yang dahulu terlihat begitu lugu.

Merasa Jisung masih tak henti menyeretnya, Lyra kembali menghentakkan tangannya, kali itu lebih kencang. "Jisung berhenti!!"serunya sekali lagi.

Berhasil. Jisung berhenti dengan nafas tersenggal-senggal, namun cowok berjaz hitam itu tetap tidak membalikkan tubuhnya.

Ada rasa kecewa saat Jisung tidak membalikkan tubuhnya, atau menatapnya lekat. Rasa kecewa itu begitu mendalam. "Jisung tatap gue,"perintahnya masih dengan suara lembut, seraya memegang sebelah pundak Jisung, bermaksud agar Jisung luluh dan ingin berhadapan dengannya. Tapi cowok itu masih tetap dengan tubuhnya yang menghadap kedepan, bahkan tidak berucap sama sekali.

Emosi Lyra mendadak memuncak. "Jisung tatap gue!!"bentaknya.

Lyra kira Jisung akan menangis selayaknya anak kecil yang dibentak pleh kedua orang tuanya, ternyata salah—cowok itu justru berbalik dengan cepat. Wajahnya datar, walau begitu tatapannya nyalang, tidak ada lagi kesan keceriaan di dalam diri cowok itu, yang tersisa hanya aura dingin.

Lyra yang melihat ekspresi datar Jisung hanya bisa tersenyum getir. Apa semua ini sudah berakhir? Apa sehabis ini Jisung akan pergi meninggalkannya? Secepat itu?

"Gue gak ngerti lagi sama sikap lo sekarang. Lo kacauin pesta Meallisa, Sung! Dan lo juga kacauin suasana hati gue!! Sikap lo ini bikin gue bingung, apa lo cemburu? Apa lo secemburu itu??"tanyanya dengan nada suara yang lama-kelamaan makin meningkat.

Tak ada jawaban, bibir cowok dengan rambut blonde itu masih mengatup.

Lyra tertawa getir. "Apa ini sifat asli lo?" Ia berdecih. "Makasih udah tunjukin sifat asli lo. Gue mohon lo jangan muncul dihadapan gue lagi." 

Lyra berdehem, sebelum akhirnya berjalan pulang seorang diri. Catat. Tanpa mengendarai kendaraan apa pun, alias berjalan kaki. Padahal ia tidak tahu arah jalan pulang agar sampai ke rumahnya. Sepertinya itu adalah balasan karena ia melanggar batasan yang kedua orang tuanya berikan, apalagi tanpa izin. Semuanya terjadi begitu cepat. Kalau tahu kejadiaannya akan begitu, Lyra lebih memilih tidak mendatangi pesta yang Meallisa adakan, dan tentu saja tidak mengenal Jisung lebih awal.

Disisi lain, Jisung masih dengan keterdiamannya. Menghabisi Jeno secara tiba-tiba hingga cowok itu menjadi lemah, membuat acara seseorang menjadi kacau balau karena sikapnya yang urak-urakan, dan tentu saja membuat Lyra—seorang cewek yang diam-diam sangat dia cintai menjadi kecewa padanya. Dia jelas tahu, perlakuannya memang salah besar. Menyesali pun sudah terlambat. Kalau sudah begitu, dia harus bagaimana? Dia tahu betul, jika ia meminta maaf kepada Lyra atas segalanya, cewek itu pasti akan segera memaafkan, tapi tidak untuk melupakan.

My Rabbit•Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang