2.|| PERSIMPANGAN JALAN

542 68 33
                                    

2. PERSIMPANGAN JALAN


"

Harga sepatu lo berapa?" Ucol menunjuk sepatu hitam yang dikenakan Jordan.

"60 ribu," jawab Jordan singkat lalu memfokuskan kembali pendanganya pada cup mie yang dipegang.

Serasa tak puas, Ucol beralih pada Vigo yang mengenakan merk berbeda dari Jordan."Kalo punya lo berapa Go?"

"100 ribu dp nya, sisanya kalo udah jatuh tempo."

"Dih, lo kire kulkas 5 pintu, dp segala." Putu yang kalah dari permainan kartu memilih ikut nimbrung bersama Ucol, meninggalkan Aldo dan Aksa yang masih seri bermain.

"Den, sini Den gue mau tanya," tangan Ucol melambai-lambai ke arah Raden yang sedang mengecek rantai motor ninjanya.

Ucol berdehem, menyingkirkan mangkuk bakso di sampingnya, dan mempersilahkan Raden duduk. "Sampek mana usaha lo deketin si Zira lambe turah tu," ceplos Ucol yang sedetik kemudian mendapat hadiah tatapan tajam dari Raden.

"Kayak jalan ke Bekasi, macet," ucap Raden dengan wajah gusar.

"Naik jalan tol aja biar nggak mancet."

"Nah bener tu, ngetol aja, kalo kagak gitu lo nebeng aja sama malaikat bersayap, tolong mintak anterin ke residence." Residence adalah tempat dimana Zira tinggal.

Akhir akhir ini, Raden menjadi budak cintanya Zira. Cewek ngehits dari golongan most wainted yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata orang normal, selain cantik Zira juga salah satu sahabat dari Rana. Tak heran sosok ini yang membuat hati Raden jadi luluh, senyumanya sangat manis, ditambah dengan behel gigi menghiasi.

"Den, harga sepatu lo berapa sih?"

"Si kodomo, nanya harga sepatu mulu. Lo mau nyaingin bapaknya Aldo yang punya toko sepatu?" Putu sudah geram dengan kata-kata yang dilontarkan Ucol pun mengomentari.

"Ye kok lo yang sewot sih Put, gue kan nanyanya ke Raden, napa lo yang nyautin."

"Buset, kalo manggil Put, putri malu lo," timpal Aldo yang sudah kalah dari kartu terakhir.

"Putri malu apanya, yang ada kagak tau malu. Masak kemaren dia nyolong mangga ngajak gue, ke rumah doi lagi kalo nyolong." Vigo yang dikedipi oleh Putu, berusaha tak mengindahkan tatapan Putu yang sudah semakin kesal, "beser ni perut, mencret mencret, keluar selai kacang tu. Orang mangganya kagak berkah," imbuhnya.

"Yang ngabisin tu mangga kan juga situ, noh berserakan sampahnya, kurang iman sih." Ledek Putu tak terima.

"Hih Raden, harga sepatu lo berapa?" pertanyaan itu lagi yang terlontar.

"250, kenapa sih lo ribet amat. Mau bukak pabrik sepatu lo kayak si Aksa?"

Sedikit Ucol berfikir mengetuk-ngetuk jidatnya. "Kira-kira sepatu kalian kalo gue jual, uangnya bisa dibeliin tas harmes buat Bia nggak ya?" Sontak semuanya kaget dan langsung menoleh ke arah Ucol.

"Lo mau jual sepatu gua col?"

"Sepatu gue juga?"

"Parah lo, ni sepatu belinya nunggu gue sunat, eh lo malah seenaknya aja jual jual, kagak boleh. Tapi Kalo di gadein boleh lah." Vigo mulai melepas sepatunya dan langsung dihadapkan ke muka Ucol.

"Buset, ni sepatu apa kandang sapi, baunya kek kentut kudanil lo tau," ujar Ucol sambil menutup hidung rapat-rapat.

"Trus lo jual sepatu kita buat beliin tas Bia yang harganya setinggi tugu pancasila?"

AKSARA (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang