23.|| ASING

167 28 123
                                    

23. Asing

"Jika kamu saja bisa menyakiti hatiku, mengapa aku tidak?"

Ternyata yang dikatakan Rana buan main-main. Rana sudah tidak lagi jumpa dengan Aksa. Dia tidak pernah lagi berkunjung ataupun menyapa. Selama satu minggu ini juga Rana hanya bicara seperlunya saja. Banyak yang berubah pada cewek ini. Dia menjadi lebih pendiam, dan menghabiskan waktunya ber jam-jam di perpustakaan. Mungkin kejadian beberapa waktu lalu yang membuatnya berubah. Jujur, ini bukan Rana yang teman-temanya kenal. Bahkan sekarang, Rana sudah mulai berani menginjakan kaki di tempat hiburan malam. Beberapa waktu lalu, Jordan melihatnya turun dari taksi online yang memberhentikanya di depan sebuah klub di daerah Wisma Mulia. Tak tahu pasti apa yang dilakukan Rana di dalam sana. Tapi sangat jelas, seratus delapan puluh derajat Rana telah berubah, seolah dengan sekejap kepribadianya menjadi asing. Bukan yang teman-temanya kenal.

Sikap Rana ini berhasil membuat Aksa resah setiap malamnya.

"Suit, ahay! Neng Rana sini dong!" Goda Sena. Adik kelasnya itu tetap saja menggodanya. Apalagi setelah berita putusnya hubungan Aksa dan Rana, dia semakin gencar. Hampir tiap hari dia dan teman-temanya menghampiri Rana ke kelas. Tapi, Rana adalah Rana. Tidak pernah mau membalas apa yang dikatakan oleh Sena, dia sebisa mungkin untuk tetap diam dan tutup mulut.

"Neng Rana makin cantik aja sih!" Sena bangkit lalu dengan tidak sopanya membelai rambut Rana.

Plak!

Rana dengan sangat berani menampar pipi Sena. Semua yang ada disana ikut terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Rana. Dengan raut yang sangat yakin dan tidak ragu, Rana seakan puas dengan apa yang dia lakukan. Sungguh, selain berubah menjadi pendiam, Rana yang dulu dikenal sebagai cewek feminim dan kalem, bahkan jauh dari kata berani untuk berbuat, kini seolah bermertamofosis menjadi seseorang yang sangat berani untuk melakukan apapun. Bahkan bermain fisik dengan siapapun yang berani mengusik atau mengganggu ketenanganya.

"Sep! Itu beneran Rana?" Tak sengaja segerombolan anak laki-laki sedang melewati koridor. Mereka melihat apa yang dilakukan Rana, semua tentu terkejut. Begitupun dengan Aksa.

"Hah anjir, nyesel lo Sep!" ejek Jordan. Cowok itu terkekeh karena kembali mengingat jika Rana sekarang sudah mengenal dunia malam. "Gue aja kemarin liat Rana di blowfish," lanjut Jordan. Punggungnya dihadiahi pukulan oleh Raden. Hanya Aksa saja sepertinya yang tidak begitu tertarik dengan arah pembahasan mereka. Sedangkan yang lain, begitu serius menyimak Jordan.

"Mulut lo! Jangan sembarangan ya, mana mungkin dia kayak gitu," ucap Raden. Di masih tidak percaya dengan apa yang Jordan katakan.

"Si Raden kagak percaya, bilangin Put, bilangin," ujar Jordan. Putu menoleh ke arah mereka. Waktu itu memang Jordan tidak sendiri, dia juga bersama Putu.

"Hooh, tapi awalnya gue nggak yakin kalo itu Rana. Mana mungkin jam segitu keluyuran, selama ini dia kan cewek baik-baik. Tapi setelah lama gue amati, beneran anjrit. Si Rana ke sana, tapi dia sendiri," ujar Putu semakin mantab dengan jawabanya.

Mereka bergelut dengan pemikiran masing-masing, masih dengan tanda tanya besar di dalam otak.

"Parah sih Sep, efeknya lo putus sama Rana," ujar Aldo. Berita putusnya Aksa dan Rana sudah mereka dengar. Reaksi dari banyak murid pun berbeda-beda, ada yang biasa juga karena memang tidak akan berpengaruh pada hidup mereka. Ada juga yang syok karena tiba-tiba tahu jika Aksa dan Rana ternyata berpacaran.

"Mantan makin aktif sep!"

"Mantan makin cantik, Rana makin hari dia makin berubah Sep. Sedangkan Debia, ya cuman gitu-gitu aja. Tau kalo akhirnya kayak gini, gue pepet Rana dari dulu." Tamparan keras di dapat oleh Aksa dari teman-temanya. Mereka memang tidak menyerang lewat fisik, tapi lewat kata-kata pedas untuk menyindirnya.

AKSARA (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang