14.|| HANYA BENALU YANG SELALU MENYUSAHKAN

138 23 29
                                    

14. Hanya Benalu Yang Selalu Menyusahkan

"GUSTI!!" Sepertinya benar yang dikatakan Aksa jika Rana ini sangat hobi untuk berteriak-teriak. Nadanya selalu melengking ketika memanggil seseorang.

"Kenapa Kak?" tanya Gusti. Adik kelas bertubuh tegap yang juga menjadi teman sekaligus anggota cyber. "Mintak tanda tangan ya?" lanjutnya asal yang membuat Rana sedikit menyubit lenganya.

"Tau Aksa nggak?" tanya Rana. Namun Gusti menggeleng. Kelihatanya sejak tadi di lapangan, Aksa tidak bersama dengan yang lain.

"Enggak tu. Bang Aksa kayaknya nggak masuk, kemarin aja nggak kumpul sama anak-anak. Pamitnya sih ke rumahsakit," ujar Gusti.

"Hah rumah sakit? Aksa sakit?" Rana panik mendengar ucapan Gusti. Apa mungkin dia sakit karena kehujanan setelah dia mengantar Rana kemarin. Jika ia dirinya akan merasa sangat bersalah, apalagi sampai masuk rumahsakit. Berarti sudah parah. Atau jangan-jangan Aksa rawat inap.

"Nggak tau aku kak. Aku cuman kekasih gelapnya aja jadi nggak tau pastinya gimana," ujarnya. "Eh," kata Gusti sambil menjeda kalimatnya. "Kakak bukanya pacar bang Aksa ya kan?" Gusti memastikan yang ada didepanya ini orang yang benar.

"Kenapa nanya-nanya? Kepo aja lo!"

"Idih mbaknya marah. Tapi kok kemarin yang diajak bang Aksa ke poska bukan kakak sih? Ada cewek lain," ucapnya mengingat beberapa hari yang lalu ketika Aksa mengajak Debia ke poska. Bergabung bersama teman-temanya yang lain. Tepatnya dua hari yang lalu.

Rana terdiam sejenak. "Ihh masak Aksa selingkuh dari aku sih?" gerutu Rana dengan sebal.

"Tambah lagi ya kak, si bang Aksa ngelus-ngelus rambutnya yang cewek," ujar Gusti memanas manasi.

"Gusti, lo kok gitu sih!"

"Dipinjemin jaket, trus dirangkul, pokok nya sweet deh mereka," timpalnya lagi lebih semangat.

Rana memerah padam. Tak habis pikir dengan adik kelas yang ada dihadapanya kini. Sebenarnya dia mendukung Rana atau Debia. "Gusti! Pergi lo dari sini!" usir Rana. Gusti terkekeh lalu beranjak pergi meninggalkan Rana yang masih berdiri sambil bergelut dengan pemikiranya tentang Aksa.

Kakinya dengan cepat menaiki anak tangga, mencari keberadaan teman-teman Aksa yang lain. Menurut keterangan Gusti tadi mereka sedang bermain sepak bola di dalam lab bahasa, dengan alasan lapangan yang basah karena baru saja diguyur air hujan. Ternyata benar, semuanya lengkap ada di sini kecuali Aksa yang memang nampak tak terlihat dari tadi. Rana mengintip dari jendela berharap ada seseorang yang melihatnya tanpa harus repot-repot untuk masuk. Jordan ternyata peka. Dia orang pertama yang menyadari kehadiran Rana.

"Rana? Loh ngapain ke sini?" tanya Jordan sambil membuka pintu. Sepertinya kehadiran Rana mengalihkan perhatian teman teman Jordan yang tadinya bermain kini ikut menghampiri Rana. Ternyata disana ada Damian juga. Cowok yang dulu mengajar ngejarnya.

"Jordan tau Aksa dimana?" tanyanya Langsung pada Jordan. Jordan mengernyit bingung, jadi Aksa tidak pamit pada Rana jika dirinya hari ini akan menjaga Debia.

"Aksa nggak pamit?" Bukan Jordan yang bertanya, namun beralih pada Aldo yang sedang memegang bola di tangan kanan.

"Enggak, emangnya dia kemana. Dari tadi Rana cariin nggak ketemu-ketemu," ujar Rana. "Aksa sakit?"

"Bukan Aksa yang sakit, tapi Debia. Dia kan kesayangan," imbuh Damian ketus. "Makanya Ran, sadar diri dikit jadi cewek. Jadi cewek kok nggak ada harga dirinya," hardik Damian. Rana yakin dia balas dendam karena beberapa waktu lalu Rana menolaknya habis-habisan. Hingga Damian sangat malu dibuatnya.

AKSARA (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang