26.|| KEPERGIAN RANA

300 30 86
                                    

26. Kepergian Rana

"Maaf untuk rasa yang pernah hadir, memaksa masuk walau akan berakhir."

"Syifa, gue suka sama lo. Lo suka nggak sama gue?" Syifa tersentak kaget dengan apa yang dikatakan Aldo barusan. Cowok yang sedari tadi berdiri di depan kelas itu tiba-tiba mengungkapkan perasaanya dengan sangat frontal dan santai.

Aldo yang tak kunjung mendapatkan balasan akhirnya kembali bertanya. "Gimana, mau nggak jadi pacar gue? Kalo mau pas promnight lo dansa sama gue," bujuknya lagi. Aldo pikir Syifa ini cewek apaan, yang dengan gampangnya menerima cinta Aldo.

"Tolak aja Fa, cowok kayak Aldo mah nggak tanggung hawab. Tuh, liat si Zidni, perasaanya digantungin kayak jemuran," ujar Raden. Teman-temanya yang lain juga ikut terkikik geli melihat aksi Aldo barusan.

"Gara-gara nih! Kebanyakan gaul sama Raden, jadinya ketularan. Saraf otaknya satu persen di bloutuht ke Aldo. Fuckboy jadinya," kekeh Jordan. "Jangan mau Fa, lo cuman dibuat pamer pas acara sunmori minggu depan," ucap Jordan lagi mengompor-ngompori. Cowok itu sepertinya tidak suka jika sahabatnya memiliki pasangan.

"Kasian lah Jor, biarin aja si Aldo pacaran. Sekali-kali dia boncengan ama cewek, masak setiap jalan dia boncengin angin, kan serem."

"Setiap sunmori si Aldo insekiur mulu kerjaanya, liat si kasep boncengan ama Rana, trus si Ucol ama Bia, yang lain kan udah pada gandengan. Lo tau, si Aldo kayak banser di belakang anjir," kekeh Putu mengingat setiap peristiwa saat mereka sunmori.

"Gue mau lo kasih apa kalau lo gue terima?" sengit Syifa.

"Ada hati, ada jantung, ada paru-paru. Syifa maunya apa?" tawar Aldo sambil menyenderkan kepalanya di pintu.

"Pegadaian apa gimana neng? Nawar segala."

"Tapi Do! Gue nggak suka sama lo, gimana dong?" desis Syifa resah. Pasalnya Aldo ini selalu saja mengejar-ngejar dirinya. Dimanapun dan kapanpun, seolah tidak membiarkan Syifa hidup dengan tenang.

"Cinta tu datang karena telah terbiasa. Lo lama-lama deket sama gue jadinya juga bakal suka," ujar Aldo percaya diri. "Ayo! Gimana? Mau nggak?"

"Gak! Gue nggak mau! Sana sama Zidni aja," tolak Syifa lalu beranjak pergi, wajah Aldo yang masam menambah kegemasan teman-temanya untuk menggoda.

"Masih ada yang lain. Jangan kayak gitu ah, malu gue jadinya. Di tolak sekali aja lo kayak tahu udah basi," ujar Vigo.

"Apa tu Go?"

"Asem"

"Sep! Sini atu, jangan belajar mulu. Ini ujianya udah selesai." Ucol melambaikan tangan pada Aksa. Terlihat cowok dengan beberapa lembar dokumen di tangan sedang keluar dari arah ruang guru. Dapat ditebak jika yang ada dalam dokumen itu adalah sertifikat prestasi Aksa selama ini di Leksmana, hari ini dia berniat untuk membawanya pulang. Karena memang sudah tak lama lagi dia disini, takut jika benda berharga itu hilang.

Sejenak mereka semua terdiam. Entah bagaiman, bisa serempak menatap lapangan basket dihadapanya kini. Lapangan yang sudah berganti cat menjadi biru, dulu ketika mereka masih kelas satu, lapangan itu berwarna hijau. Artinya, sudah panjang masa mereka disini, mereka sudah melewati masa-masa remaja yang sebentar lagi akan usai.

"Kalian inget nggak? Pas kita dihukum sama si Cakra?" tanya Vigo sambil tersenyum. Mengingat awal pertemuan mereka hingga menjadi sahabat sampai detik ini. Tak pernah menyangka jika hukuman menyapu dan mengepel itu menjadi jalan dimana keenam siswa ini mengenal satu sama lain. Berawal dari Jordan dan Raden yang selalu bertengkar waktu itu, dan selalu ada Aksa yang melerainya. Hingga terbentuklah sebuah geng motor ber alamamter cyber dengan burung elang kebangganya yang selalu menjadi maskot junjungan tertinggi.

AKSARA (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang