20.|| KAHAWATIR

144 22 103
                                    

20. Khawatir

Semenjak Rana suka pada Aksa, dia sekarang memiliki hobi baru. Di jam-jam tertentu, biasanya ketika cowok itu sedang melakukan penelitian di lab, Rana dengan cara bersembunyi memfoto Aksa dari balik mading. Dengan berbekal kamera polaroid yang Rana miliki, banyak jepretan dari gerak tak sengaja Aksa. Cowok itu tetap tampan walau pose yang tertangkap kamera adalah gerakan refleks tubuhnya. Rana buru-buru menyimpan kameranya di belakang tubuh, ketika tanpa sengaja Aksa melihat ke arahnya. Sadar kamera. Dia dapat melihat jika Aksa akan menghampirinya, buktinya lembaran yang Aksa pegang kini dia berikan pada Muzam, teman sekelasnya.

"Kenapa?" tanya Aksa mendapati Rana yang sedang menyembunyikan benda berwarna merah muda di belakang tubuhnya. "Lo motoin gue diem-diem?" desak Aksa karena tidak mendapat jawaban dari Rana. Rana yang tertangkap basah hanya mengangguk malu-malu.

"Sini liat," ucap Aksa memerintah.

"Tapi hasilnya jelek Sa, nanti Aksa nggak suka. Jangan ya," tolak Rana semakin menyimpan kameranya.

"Udah sini,"ujar Aksa lagi. Kali ini sambil mencoba meraih kamera Rana. Setelah benda itu berada di tangan Aksa, matanya mulai melihat hasil jepretan Rana. Hampir semua tentang dirinya, pose tidak sengaja Aksa yang hampir semua tertangkap kamera. Bahkan sejak beberapa bulan yang lalu, Rana memiliki gambarnya. Jika dipikir-pikir bagus juga hasilnya, Aksa ingin membawa pulang satu saja untuk ditaruh kamar.

"Jangan marah ya Sa. Soalnya Rana nggak berani kalo mintak langsung ke Aksa. Yaudah jadinya gini, Rana moto diem-diem," ucap Rana merasa tak enak.

"Ini namanya nggak sopan, lain kali jangan gini," ujar Aksa. "Madep sini." Aksa menarik tangan Rana agar lebih mendekat. Jantung Rana berdetak seratus kali lebih cepat. Dia grogi. Aksa memegang pipinya dan mengarahkanya seperti layaknya photograper. Membiarkan rambut Rana bergerak alami mengikuti alunan angin.

"Jangan tegang, biasa aja," kata Aksa santai begitu melihat pose Rana seperti sedang poto ktp. Mana sempat, sudah terlanjur Rana menegang dan tidak bisa santai. Satu jepretan lolos, menghasilkan poto berlatar belakang kelas-kelas. Ditambah seorang gadis di depanya yang menatap kamera, sebagian rambutnya melambai ikut terlihat.

"Aksa ini jelek, Rana malu. Jangan ya!" mohon Rana melihat hasil poto Aksa. Sebenarnya ini tidak jelek, hanya saja Rana yang tidak pd karena belum siap.

"Yang poto gue mana?" Aksa mengulurkan tangan meminta lembaran polaroid hasil dari jepretan Rana. "Gue mintak." Aksa begitu saja merebut poto dari tangan Rana.

"Aksa kenapa bawa poto Rana juga? Oh Rana tau, pasti mau di pajang di kamar kan ya? Atau mau di taruh di belakang cassing hp Aksa?" tanya Rana begitu percaya diri.

"Mau gue bawa ke dukun. Gue santet," ucapnya lalu memasukan poto Rana dan dirinya ke dalam saku celana.

"IHH AKSA KOK JAHAT! HARUSNYA DI SIMPEN BIAR KAYAK ORANG-ORANG," ujar Rana sambil menghentak-hentakan kakinya ke lantai. "Emang Aksa nggak mau nyimpen poto Rana? Rana aja mau nyimpen poto Aksa. Entar di pajang di kamar," ujar Rana antusias. Cewek itu begitu senang mengisahkan dirinya dengan Aksa.

"Selain centil, lo itu juga bodo," hardik Aksa. "Lo bodo karena lo cinta sama gue," lanjutnya yang membuat Rana terdiam.

"Aksa kenapa? Kemarin katanya bilang Rana cantik, bilang kalo mau belajar sayang sama Rana, trus kenapa sekarang berubah lagi. Aksa bener-bener bunglon ya? Bisa mimikri gitu." Gadis polos itu masih saja menenangkan dirinya. Dia pikir Aksa sedang becanda.

"Rana. Lo tau semuanya tentang gue, gue nggak suka sama lo! Mau belajar kayak apapun, mau di paksa kayak apapun nggak akan pernah bisa. Jadi stop! Jangan ngejar-ngejar gue lagi," ucap Aksa panjang dan menohok hati Rana. Cowok itu mengucapkanya dengan penuh penekanan. Seolah-olah memang selama ini Rana adalah beban hidupnya, benalu yang selalu merecoki dan merepotkan Aksa. Tapi, bukan Rana namanya jika tidak tetap tersenyum, walau cacian dan hinaan selalu keluar dari mulut Aksa yang pedas.

AKSARA (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang