3.|| LORONG LEKSMANA

367 50 27
                                    

3. LORONG LEKSMANA

Seperti biasa, keenam teman Aksa itu masih setia menunggu Aksa dari kelas tambahanya. Mereka berjajar duduk dengan tidak rapi di kursi panjang lorong SMA Leksmana. Sesekali Vigo mengeluarkan suara sambil bernyanyi disusul Putu dan Ucol berdendang mengiringi. Di antara mereka anggota cyber, Aksa lah yang paling rajin dan paling pintar diantara mereka berenam yang otaknya bobrok cap kakap. Jadi tak heran jika sepulang sekolah mereka selalu menunggu sang ketua yang sedang mengikuti jam tambahan.

"Ck, lo tau nggak Johan kemaren ketangkep." Semua menoleh ke arah suara yang ternyata berasal dari Raden.

"Ketangkep satpol pp? kapok sukurin, ketauan kan kalo manusia jadi jadian."

"Iya tu manusia jadi jadian. Siapa tau pas naik motor kepalanya banteng, badanya manusia," ucap Jordan menambah-nambahi.

"Serem juga sih kepalanya si Johan jadi banteng ada sungunya, trus badanya manusia."

"Kalian nggak inget bapaknya siapa?" Seakan teringat sesuatu mereka semua tertawa.
"Hoi kalian nggak kenal siapa bapak gua. Bapak gue polisi bintang lima. Jangan berani lo pada sama gua," ucap Raden menirukan kata-kata Johan ketika waktu itu mereka akan membogemnya.

"Sekalian bintang tuju aje biar kayak obat masuk angin."

"Bintang kejora aja biar kayak Lesti."

"Bintang-bintang apa yang ada di hati?" tanya Jordan menepuk nepuk pundak Raden. "Yang bisa entar gue beliin vapor," lanjutnya tak tanggung tanggung memberikan taruhan hanya menebak jenis bintang.

"Ogah, entar lu yang bayar dp gua yang bayar angsuran." Tolak mereka semua. Mengingat sifat Jordan yang hanya manis diucap tapi tidak dengan kenyataan.

"Nanti malem minggu," celetuk Putu tiba tiba. "Yah beginilah nasip gue sebagai jomblo abadi," gerutunya sendiri sambil menekuk bibirnya kebawah.

"Kalo gue sih seperti biasa jam malam," ucap Ucol merasa bangga karena sekarang dirinya tidak jomblo lagi.

"Ngapelin anaknya pak Rt lagi lo Col?" tanya Aldo yang belum mendengar berita huru-hara ketika Ucol menyatakan perasaan pada Bia. Dan demi apapun, Bia menerima Ucol dengan senang hati bahkan dengan lapang dada.

"Dih, selera gua bukan si Fatimah lagi," ucap Ucol. "Gua udah jadian ama yayang Bia!" teriak Ucol begitu lantang hingga ke sudut sudut lorong. Ucol loncat-loncat dengan kegirangan mengingat momen-momen dipinggir danau kemarin. Peristiwa seklai selama delapan belas tahun. Menyatakan perasaan pada sang pujaan hati.

"Sabar ya Col, gue tau lo cinta ama Bia. Tapi jangan sampek lo jadi setres gini. Inget umur kita masih panjang, perjalanan masih jauh bro." Layaknya penasihat, Putu merangkul tubuh Ucol dan membawanya kembali duduk ke tempat semula.

"Gue nggak halu Put."

"Iya sabar ya, mungkin bukan halu, tapi lebih tepatnya setres." Ucol dibuat kesal karena teman-temanya tidak percaya jika dia benar benar sudah resmi berpacaran dengan Bia. Dia mengeluarkan ponsel, mengotak atik room chat nya memperlihatkan kontak Bia yang terpampang dengan indah di layar ponsel Ucol.

"Anjir beneran." Semuanya meneguk ludah, kagum dengan spesies seperti Ucol yang bisa menaklukan Bia. "Wah gilak, si Ucol nyuri start duluan anjir." Putu menepuk-nepuk pundak Jordan yang hanya berekspresi biasa saja diantara mereka berlima.

"Dan, Jordan. Si Ucol udah jadian ama si Bia, kok lo nggak kaget gitu sih?" tanya Putu heran.

"Lo ketularan si kasep ya, ganteng-ganteng tapi flat gitu mukanya. Ini berita hot Jordan masak lo cuman lempeng aja sih," imbuh Vigo yang juga berekspresi sama seperti Putu.

AKSARA (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang