5. PACAR?

Perasaan ini akan segera mengalahkan ego mu yang mungkin
sekarang masih menolak kata cinta dan rasa ~ Rana Kirani"Woi kalian pada. Sini maju satu-satu lawan gue!" Jordan dengan langkah santai menyeret tongkat kasti kayu yang sengaja dia bawa dari rumah. Dia membawa tongkat itu bukan dengan niat lebih memperkeruh suasana. Tapi hanya untuk melindungi nyawa anak cyber lainya yang sewaktu waktu bisa terancam oleh anak buah Langit. Sedangkan Jordan, Putu, Vigo, Raden dan beberapa anak cyber lainya menangani Beatrix, Ucol dan Aldo berusaha menghubungi Aksa yang sedari tadi tak aktif.
"Cuih, apaan lo. Beraninya main keroyokan, bawa batu lagi. Nih tongkat gue, udah haus sama darah. Maju kalian pada." Tetap sama, tak ada yang berkutik diantara mereka. Semua terkapar lemas dipinggir jalan karena kalah bertarung dengan Cyber. Tapi yang membuat Jordan heran, kemana Langit. Mengapa dia tak ikut menyerang, padahal dia kan ketua. Apa jangan-jangan, langit sudah tau jika Jordan membawakan tongkat kematian? ah sudah lah, yang terpenting sekarang dia harus berpikir bagaimana cara menghindar dari pria bertubuh gempal yang berusaha meraih batu bata, dan Jordan yakin dalam waktu dekat batu itu akan terlempar ke arah mukanya yang tampan.
Dan benar saja, batu itu hampir mengenai muka tampanya. Untung saja segera Jordan menghindar. "Welah bang. Percuma tu badan gede kek gajah kebun binatang. Segitu doang tenaganya. Makanya bang jangan sok-sokan ikut tempur. Tidur aja sono di kasur sambil liat dangdut akademi."
"Gue nggak nyangka aja, si Langit punya anak buah anak buah yang kurang vitamin kayak lo lo pada." Jordan menunjuk dengan tongkat kasti yang dia pegang. Perkelahian setengah jam lalu, sepertinya benar-benar menguras tenaga Jordan dan anak anak yang lain. Keringat dan peluh yang sedikit bercampur dengan darah mengalir menjadi satu. Buru-buru mereka mengelap, tak mau jika dibilang mereka pejantan lemah. Hanya masalah begini saja sudah berkeringat.
"Ketua lo mana?" Raden menendang perut musuhnya walaupun sudah tak berdaya. Namun dia masih bersikeras melawan Raden dengan melayangkan beberapa bogeman. Membuat Raden jengkel, seperti inikah kerja keras mereka mengalahkan cyber, walau sudah lemas dengan tinjuan-tinjuan maut cyber, mereka tak henti-hentinya juga membalas. Berarti seperti ini juga kerja keras mereka meyakinkan mantan agar bisa kembali lagi kepelukanya walau jelas-jelas sudah ditolak mentah-mentah.
"Apa urusan lo sama ketua kita?" tanyanya balik membalas Raden.
"Pernah sekolah taman kanak-kanak kagak sih. Ni gua tebak, lo kelas 1 sd kagak naik kan? makanya bro, pas disuruh belajar sama mama ya belajar, jangan nyolong rambutan di rumah pak camat. Gini kan jadinya kagak nyambung," seloroh Raden mengunci pergerakan orang dihadapanya ini.
"Bukan urusan lo Langit dimana. Yang penting sekarang dimana Aksa," ucap balik cowok itu yang bernama Lintang.
"Apa urusan lo ama si Kasep hah? gue ganti tanya sekarang," tanya Raden yang malah semakin mempererat cekalan.
"Gue tanya dimana Aksa!" Lintang yang juga sudah kesal ikut memberontak pada tanganya yang dicekal.
"Buset... kan gue dulu yang tanya. Lo juga kagak mau jawab, kalo gitu gue juga ogah jawabnya," jawab Raden.
"Kasih tau nggak, di mana Aksa?"
"Kagak!"
"Gue bakal gebukin lo kalo lo nggak mau ngaku," sungut Lintang pada Raden. Sedikit menolehkan kepalanya karena posisi Lintang sekarang membelakangi Raden.
"Heh kucing persia, tangan lo aja gue borgol. Gimana bisa nggebukin gue," ucap Raden. Lintang yang tersadar jika tanganya masih terkunci hanya bisa menggerutu sebal.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA (Sudah Terbit)
Ficção AdolescenteSelamat datang di kisah Aksa dan Rana💓💓 Aksa Dabian Zaferino. cowok berparas indah dan menawan. Seakan memiliki magnet tersendiri yang membuat semua orang tertarik padanya. Banyak yang menggambarkanya bak malaikat. Namun sayang, parasnya ini berba...