17.|| AKSA DAN BOBBYPINS MERAH MUDA

141 25 47
                                    

17. Aksa Dan Bobbypins Merah Muda

Aksa D Zaferino: Udah tidur?

Rana yang sedang memainkan ular tangganya di lantai, dengan malas mendongak melihat nonthifikasi dari dalam ponsel. Mood yang tadinya jelek, kini tiba-tiba berubah menjadi baik, jauh lebih baik malah dari pada tadi. Senyumnya perlahan mengembang ketika nama Aksa tertera disana. Sungguh, Rana ingin berteriak. Terhitung sudah beberapa bulan Rana mengenal Aksa, namun baru kali ini Aksa mau mengirimkan pesan padanya. Sebelum-sebelumnya jika Rana mengirim pesan hanya dibaca, tanpa ada tanda-tanda Aksa ingin membalas.

Rana Narissa: Belum kok Sa, kenapa malam-malam chat?

Tak berselang lama, Aksa membalas pesan Rana. Tapi sebelum itu, Rana terlebih dahulu mengunci pintu. Bila nanti sewaktu- waktu kakak tirinya yang tak tau diri itu masuk dan menghancurkan mood nya lagi.

Aksa D Zaferino: Nggak boleh?

Rana Narissa: Boleh kok, boleh banget malah. Tapi aneh aja.

Aksa D Zaferino: Besok siang gue jemput, ikut gue.

Tubuh Rana seakan menegang membaca isi pesan dari Aksa. Rasanya ingin berteriak, jungkir balik, salto, hingga kayang. Benar-benar sebelumnya tak pernah merasa sebahagia ini. Rana berusaha masih biasa membalas chat dari Aksa.

Rana Narissa: Iya, Rana bisa. Bisa banget, banget, banget!

Setelah itu yang dilakukan adalah memeluk ponselnya dengan erat. Padahal yang direncanakan Aksa masih besok siang. Ingat besok siang. Tapi Rana sudah mempersiapkan baju yang akan dia kenakan besok malam ini juga, pikiranya sekarang, besok dia harus tampil semaksimal mungkin dan semanis mungkin. Ingat jika Aksa tidak suka dengan cewek yang make up berlebihan. Takut jika hal yang terjadi pada Tiara, juga akan terjadi padanya. Beberapa menit bergelut dengan pakaian yang dia keluarkan dari almari, tubuhnya di rebahkan di atas kasur. Sesekali matanya melirik jam yang tergantung di dinding, seolah juga melihat Rana.

"Ayo dong, cepetan paginya, udah nggak sabar ini!" gerutunya. Mana bisa waktu diatur atur, ini saja masih pukul 20.30 wib Tetap saja, hati Rana seperti berolahraga. Berlebihan memang, tapi inilah yang dirasakan oleh Rana. Hatinya bergemuruh, ada angin apa Aksa memintanya untuk pergi bersama.

****
"Potek hati abang neng!" Raden mendengus sebal. Teman-temanya hanya tertawa sangat kencang tanpa dosa. Melihat drama di depanya kini, lebih tepatnya senetron. Antara Zira, Mawar dan Tama. Mereka memperebutkan sebuah kotak yang di berikan Tama pada Zira, sedangkan Mawar, cewek yang berdandan seperti tante-tante itu cemburu.

"Waduh si Raden kenak azab!" Vigo mengolog sambil tertawa. Raden menatap sinis ke arah mereka sambil sesekali mengumpat.

"Sep! Belain gue sep, gue di bully," adu Raden. Cowok itu kini berpindah tempat duduk menjadi di samping Aksa. Sedangkan Aksa, hanya cuek menanggapi gelagat Raden.

"Stok cewek lo masih banyak," ucap Aksa ketus. Enggan berpaling dari ponsel yang dari tadi dia genggam. Dapat dibaca dari raut wajahnya, seperti memikirkan sesuatu.

"Kenapa sih Sa? Mikir harga kuota yang naik?" Putu yang berada di sampingnya sadar akan ekspresi Aksa.

"Ehh! Mana ada si Kasep gundah cuman karena kuota. Blackcard coy!! Sultan!!" Aldo menepuk pundak Aksa. Seakan bangga pada temanya ini yang terlahir dari keluarga terpandang. Sedangkan Aksa biasa saja. Bukan berarti sombong. Tapi memang menurutnya tak ada bedanya hidup kaya maupun sederhana, toh sama-sama makan nasi juga.

"Hari demi hari udah gue lewati, tapi kenapa tetep nggak bisa ngambil hati Zira sih?" gerutu Raden. "Apa salah hamba tuhan?"

"Kalo nggak bisa hati kan masih ada usus, kalo nggak gitu paru- paru. Biar bisa jadi separuh napas," ucap Jordan.

AKSARA (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang