3. Empat Serangkai

80 40 91
                                    

Gavin menyusuri koridor dengan santai karena jam bel masih dua puluh menit lagi. Ia tersenyum saat menoleh ke arah kelas Odele di lanta dua. Sebelumnya ia sama sekali tidak tahu gadis itu sekolah di SMA Tunas Bangsa, namun semesta sangat baik hati mempertemukan mereka kembali. Jika dua tahun lalu Odele menolaknya hanya karena ia menyatakan cinta di urutan ketiga belas, maka sudah saatnya Gavin melunakkan gadis kepala batu itu.

"Cepet banget lo, Vin," sapa Baron.

"Iya nih bro, kesambet kali ya," Gavin meletakkan tasnya lalu melirik teman sebangku Baron.

"Halo, gue Arsen," sapa Arsen sambil mengulurkan tangan.

"Hai bro, gue Gavin, pindahan dari Jogja."

Baron memutar bangkunya agar bisa melihat Arsen dan Gavin dengan jelas.

"Vin, lo kok bisa kenal sama Odel empat serangkai?" tanya Baron.

"Gue pernah satu SMP."

"Keren lo bisa satu SMP sama salah satu personil empat serangkai," sambung Baron.

Gavin memutar bola mata. "Empat serangkai apaan sih?"

"Kumpulan empat cewek yang terdiri dari Odele, Hana, Casya, dan Yuna," jawab Arsen.

"Jadi bro, empat serangkai itu personilnya cantik, manis, berprestasi plus aktif organisasi."

Baron menarik nafas sebentar sebelum melanjutkan penjelasannya. "Si Odele cuek tapi ramah banget kalo udah dekat, anak fotografi, ahlinya olimpiade Biologi."

"Terus Ron?" Gavin mulai tertarik mendengar kisah Empat Serangkai.

"Kalo si Hana, itu mah kesukaan gue. Tomboy tapi menggemaskan, muka datarnya itu sukses buat gue meleleh. Paling sering ikut debat OSIS, urusan ilmu Kimianya mah enggak usah diragukan."

"Ron pinjam pulpen dong," potong Arsen.
Baron melempar tasnya pada Arsen lalu kembili fokus dengan ceritanya.

"Yang paling manis Vin, ada Casya, gemulai banget khas anak tari, selain itu dia juara nulis puisi se kota Jakarta bukan anak olimpiade sih, terakhir si Yuna, tinggi, ayu banget, otak Fisikanya encer, kalo dia jomblo, gue tembak tuh."

"Amit-amit deh Yuna mau nerima lo," cibir Arsen.

"Mentang-mentang cinta lo pada Yuna tak pernah terbalas," Baron menjulurkan lidah pada Arsen.

Arsen merasa terhina hanya bisa diam pasalnya Yuna pernah menolaknya dan memilih jadian dengan salah satu siswa dari SMA lain.

Gavin terbahak melihat interaksi Arsen dan Baron yang sifatnya berbanding terbalik.

"Odele udah punya pacar Ron?" selidik Gavin.

Baron mengangkat bahu. "Enggak tau Vin, atau gue ajak pacaran aja kali ya."

Gavin menimpuk Baron dengan gulungan buku. "Sebentar lagi Odel akan jadi cewek gue."

"Arsen...."

Arsen menoleh, menatap Odele sudah berdiri di pintu kelasnya. Baron dan Gavin ikut-ikutan memandang Odele.

Odele melirik Gavin sejenak lalu menghela nafas, ia berdiri di depan Arsen.

"Ar, ke lapangan yuk, disuruh Kak Genta ngenalin fotografi ke anak kelas sepuluh kelompok dua." Pandangan Odel beralih pada Baron. "Lo juga anak fotografi kan, gerak sekarang yuk," ajak Odel.

"Dek Odel itu pipinya kok datar banget mirip papan cucian?" tanya Baron sambil mencolek lengan Odele.

"Del, nggak ngajak aku?" tanya Gavin sok imut.

Before Empat Belas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang