Happy reading ❤
.
.
.
Odele mengetuk- ngetuk layar laptopnya. Sejak tadi ia berusaha menjawab soal Fisika di salah satu situs try out online namun belum satupun soal yang ia jawab. Odele berdecak lalu menyuruh kembali otaknya agar tetap fokus, hasilnya masih sama, pikirannya lari entah kemana. Percakapan dengan Arsen dan Baron dua hari yang lalu kembali mnegusik ketenangannya.“Yang bener aja gue badmod karena gue ngeliat Gavin gendong Mira. Enggak mungkin deh,” Odele bergumam sendiri.
Odele menggeleng keras-keras menyangkal pikiran aneh yang terlintas di kepalanya. Odele menutup situs soal lalu beralih membuka galeri foto dua tahun lalu. Odele tersenyum menemukan gambar dirinya dan Gavin sedang nyengir ke kamera. Odele ingat foto itu saat dirinya berulang tahun. Gavin menyatakan perasaannya yang ditolak mentah-mentah oleh Odele. Alasannya cuma satu, karena Gavin bukan orang keempat belas. Saat itu tinggi mereka masih sama, beda dengan sekarang Gavin jauh lebih tinggi dan lebih tampan.
Odele menepuk kepalanya. “Ih, kok gue malah makin kepikiran Gavin sih.”
“Tapi bener sih dia makin keren, tapi gue kan jadi apes banget setelah nolak dan ketemu dia lagi,” sambung Odele.
Drrtttt….
Odele meraih HP di nakas lalu berbaring di pinggir tempat tidur. Kening Odele berkerut melihat nomor baru terpampang di layar, awalnya Odele ragu untuk menjawab tapi ia tetap menerima panggilan, mungkin saja penting.
“Halo.”
“Halo mantan gebetan!”
BRUKKK
Odele meringis kesakitan. Ia merasa menyesal mengangkat telfon dari nomor asing itu. Ternyata pelakunya tidak lain adalah Gavin. Dia mengganti nomor padahal nomor lama sudah diblokir Odele saat insiden keselek bakso.
“Tuh kan apes lagi deh gue,” Odel kembali mendekatkan HP ke telinganya sambil naik kembali ke kasur.
“Emang kamu kenapa Del?”
Odele berdecak kesal sambil memegang bibir bawahnya yang bengkak. “Gue nyungsep dari tempat tidur, nyium lantai deh.”
Odele dapat mendengar suara Gavin terbahak.
“Seneng banget kan lo, buat gue apes.”
“Del kamu jangan mikirin aku terus ya, aku bersin terus nih.”
“Dihh, siapa yang mikirin elo sih, geer banget lo keong,” suara Odele meninggi.
“Yaudah deh. Aku kira kamu cemburu aku nganterin Mira. Udah malem, kamu tidur ya, enggak usah mimpiin aku, ntar tambah kangen, besok masih libur.”
“Dasar aneh.”
Odele mematikan sambungan telfon secara sepihak. Daripada tambah kesal, Odele memilih tidur membayangkan wajah Shawn Mendes lebih baik daripada Gavin.
Drttt…
Odele keluar dari selimut. Ia memicingkan mata melihat nama pengirim WA, takut jika pesan dari Gavin lagi. Ternyata kali ini bukan laki-laki menyebalkan itu.
From Kak Rayn: Del besok aku mau ngajak kamu makan siang bareng. Nggak boleh nolak.
“Ih siapa juga yang rela nolak ajakan Kak Rayn, nerima cinta dia, gue juga rela,” Odele terkikik sendiri.
***“Vin, di ruang tamu ada temen lo tuh,” Rayn menarik selimut Gavin.
Gavin membuka mata malas-malasan karena biasanya hari libur ia akan bangun menjelang siang. Rayn menimpuk kepala Gavin dengan bantal dan ternyata pukulannya manjur menyadarkan adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before Empat Belas
Teen Fiction[ON GOING] Odele Amanda, siswa kelas 11 SMA IPA yang manis dan berprestasi namun memiliki kepala sekeras batu dan hati yang super gengsian. Ia berjanji akan menerima pernyataan cinta dari orang keempat belas yang menyatakan perasaan padanya. Kenapa...