1. Halo Odele

139 50 90
                                    

Happy Reading
.
.
.
Odele mamasuki gerbang SMA Tunas Bangsa dengan perasaan berbunga-bunga. Setelah tiga minggu libur semester, akhirnya Odele akan bertemu teman-temannya, senior ganteng, dan pastinya junior- junior yang masih unyu- unyu bau SMP. Satu lagi yang sangat Odele rindukan adalah kantin Buk Yayuk yang sangat terkenal karena makannya yang enak.

“Del!”

Odele berjalan tergesa ke arah mading, ketiga sohibnya sedang melambai- lambaikan tangan padanya.

“Halo Odele, kita berempat satu kelas dong di IPA unggulan,” Yuna cewek paling heboh diantara mereka merangkul pundak Odele. Ia menunjuk nama mereka termpamang di mading. “Nih, nama lo ada di bawah nama Jemy.”

“Iya nih, seneng banget deh gue,” balas Casya. “Bisa ngegibah bareng dong.”

“Isss ngegibah aja yang dipikirin. Kita ke kelas aja yuk.” 

Hana yang paling pendiam hanya tersenyum tipis sambil merangkul Yuna. Mereka berempat berjalan beriringan ke lantai dua. Untuk sampai di kelas sebelas IPA satu harus melewati barisan kelas IPS di lantai satu. Beberapa murid laki-laki melirik mereka dengan tatapan kagum, ada juga yang tidak malu menyuit- nyuiti mereka. Siapa juga di SMA Tunas Bangsa yang tidak kenal dengan empat serangkai.

“Eh, ada dek Hana lewat. Abang Baron nyesal deh milih IPS, jadi pisah sama dek Hana.”

Hana personil Empat Serangkai yang paling cuek dan rada-rada tidak peka, meolot pada seorang laki-laki yang cengengesan tidak jelas di depan sebelas IPS dua. Dia tidak lain adalah Baron, laki-laki tukang gombal tapi baik hatinya. 

Casya mencolek lengan Baron. “Bang Baron makin ganteng aja deh selama libur.”

“Lo, apaan sih Sya?” tanya Odele bingung.

Casya mengedikkan bahu tanpa merespon Odele. “Bang Baron ganteng, Arsen mana?”

Arsen yang dimaksud Casya adalah sahabat Baron, namun sikap mereka berdua bagai langit dan bumi, bagai keju dan singkong, bagai donat dan lemper. Arsen lebih kalem dan pendiam, beda dengan Baron yang kerjanya tebar pesona ke semua cewek di sekolah termasuk ke Buk Yayuk. Tapi yang paling aneh, dengan perbedaan sifat yang mencolok, Arsen dan Baron bisa tetap akur dan tenteram. Dimana ada Baron maka sudah pasti di sekitar situ ada Arsen.

Baron menyandarkan punggungnya di dinding. “Arsen belum masuk hari ini, masih di Bali. Nanti sore balik ke Jakarta, mungkin besok baru sekolah.”

Casya memayunkan bibirnya. Dia menyibak rambut panjangnya ke belakang. “Yahhh, yaudah deh Casya ke kelas dulu, salam sama Arsen.”

Baron mengangguk pada Casya. Tatapannya beralih pada Hana. “Dahhh dek Hana, jangan rindu sama bang Baron ya.” Baron cekikan melihat muka jutek Hana.

Sejak menginjakkan kaki di SMA Tunas Bangsa, Baron selalu saja menggoda Hana. Mereka satu kelompok saat OSPEK. Hana saat itu wajahnya selalu datar tapi pernah melawan senior sombong dan semena-mena. Ceritanya, ada kakak kelas mereka namanya Bianca, anak kelas dua belas yang menyandang jabatan sekretaris OSIS. Bianca menyuruh Baron yang ketahuan datang terlambat untuk memakan cokelat yang sudah ia ludahi.

Jelas hal semacam itu dilarang oleh sekolah tapi tetap dipaksa Bianca. Hana ternyata tidak suka pada ulah Bianca, awalnya mereka hanya beradu mulut, namun karena Bianca tetap tidak mau kalah, Hana menampar seniornya itu. Dua kali. Ternyata pembelaan Hana menarik perhatian Baron hingga saat ini.

Empat serangkai memasuki kelas, suasanya ternyata sudah ramai. Sebagian besar merupakan teman-teman mereka kelas sepuluh. Odele memilih bangku paling depan bersama Hana, sedangkan Casya dan Yuna di barisan kedua.

Before Empat Belas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang