1

22.2K 1.4K 40
                                    

"Pihak Royal  membatalkan meeting hari ini."

"Kalau begitu, silahkan ambil arsipmu juga gaji terakhir ke bagian Administrasi."

Laki-laki muda yang baru menikah 8 bulan yang lalu dan istrinya tengah hamil tua, tidak sanggup menatap wajah atasannya.

"Tutup pintu ruangan saya." itu sebuah pengusiran dari wanita yang menjabat sebagai direktur di Prima Nusantara. Dengan kata lain, dia adalah penguasa gedung raksasa yang dihuni dua ribu manusia bernyawa.

"Namanya Antoni, sudah 3 tahun bekerja di sini. Apa tidak ada kelonggaran?"

Wanita yang baru saja memecat salah satu karyawannya, mengalihkan tatapannya dari lembaran kertas, ke arah laki-laki yang sepuluh tahun ini mengabdi padanya.

Wanita itu .... Naraya Balqisya. Wanita dewasa penuh ambisi yang dikenal kejam oleh penghuni Prima Nusantara.

"Perlu aku mencabut selang oksigen papimu dan mengurusnya sebagai pasien BPJS?"

Damar tersenyum kecut, saat wanita yang mengalir darah yang sama dengannya menyebutkan nama papinya yang masih di rawat di sebuah klinik elit karena penyakit Stroke.

"Aku cuma ngasih tau. Seharusnya kamu cek dulu alasannya. Jangan selalu ngambil keputusan sekejam firaun!"

"Kamu mengajariku?"

"Aku ingetin, Na. Bukan ngatur," sanggah Damar masih dengan kesal. Bukan sekali ini sepupunya itu memecat karyawan tanpa mengecek detail masalah yang membuat karyawan melakukan kesalahan.

"Aku udah bayar keringat mereka, apa aku harus turun tangan juga cari biangnya?"

Damar meraup wajahnya. "Kamu bisa minta aku atau kepala direksi."

"Keluar!"

Satu kata itu menakutkan bagi Damar. Ia masih sayang papinya. Hanya Naraya yang bisa membantunya sekarang.

"Maaf atas kelancangan saya."

Baik Damar maupun Naraya menoleh ke asal suara. Seorang laki-laki, yang tidak begitu dikenali Naraya menerobos masuk tanpa mengetuk pintu.

"Kalau ada yang perlu di pecat, itu saya. Bukan bawahan saya. Karena saya yang menyerahkan tanggung jawab itu padanya."

Naraya menatap datar pada Damar. Satu tanya melalui tatapan itu, dimengerti oleh Damar.

"Ke ruangan saya."

Titah Damar ditolak sopan oleh laki-laki itu. "Maaf Pak. Saya sebagai atasan Antoni akan bertanggung jawab. Saya harus mendengar langsung dari ibu Naraya."

Ketika namanya di sebut, mata Naraya menatap awas laki-laki yang aneh menurutnya.

"Kamu ingin menggantikan bawahanmu?"

"Iya Bu," jawab laki-laki itu.

"Jabatanmu apa di perusahaan saya?"

"Kepala proyeksi."

Mata Naraya semakin awas. Kepala proyeksi yang menangani segala aktifitas ketika produk di luncurkan. Apa tidak salah, tim mempercayakan jabatan itu pada  laki-laki ini?

"Baiklah. Urus perlengkapanmu dan pergi dari sini."

Masih berdiri di depan atasannya, laki-laki itu menyanggah penuh kesopanan.

"Dua bulan lagi proyek terbaru akan diluncurkan. Izinkan saya menyelesaikan tanggung jawab saya. Sketsa Royal sedang saya kerjakan. Namun akan saya selesaikan dalam waktu dua bulan ini.

Naraya tidak merespons. Ia akan membantai habis tim yang dibentuk olehnya terkait pembentukan kepala tim di perusahaannya.

"Semoga Ibu mau mempertimbangkan." usai mengatakan kepentingannya, laki-laki itu permisi.

"Kepala Proyeksi?" tatapan datar Naraya sangat tidak enak untuk dipandang.

"Bima Brawijaya, usia 31 tahun. Lulusan Harvard seleksi beasiswa unggul, sudah bekerja selama 5 tahun di Prima dan mendapat 12 prestasi gemilang. Royal mempercayakan sketsa proyek padanya. " Damar memberikan informasi lengkap tentang laki-laki yang keluar dari ruangan itu sepuluh detik yang lalu.

Berprestasi tapi ceroboh. Prima tidak butuh.

"Percepat pemecatannya."

Dan Damar harus meneguk ludahnya. Seorang Bima sangat dikenal oleh kalangan proyektor. Bagaimana jika perusahaan lain mengambil alih jasa laki-laki itu?

"Meeting darurat sepuluh menit lagi!"

Dengan cepat Damar mengirimkan pesan ke group tim. Serasa kiamat akan segera datang. Jantung Damar bertalu-talu, menabuh genderang sebagai pengingat untuk mawas diri.

...New

Wanita Penguasa (Tamat- Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang