Charles The Gaulle atau sering disebut Roissy Airport merupakan bandara internasional di Prancis yang letaknya 26 km sebelah timur laut kota Paris. Bandara itu menjadi tempat Naraya dan Bima dibantu kepolisian Prancis untuk menangkap Haris Dinata yang akan melakukan penerbangan ke London.
Naraya tahu jika Haris menyadari posisinya sudah terlacak. Gegabahnya, laki-laki itu menggunakan bandara terbesar kedua di Eropa tersebut.
Bandara yang memiliki tiga terminal tersebut, sudah dikepung aparat kepolisian.
"Kemungkinan akan melewati jalur hukum di mana?"
"Orang seperti itu tidak berhak menjalani hukum."
Jawaban Naraya membungkam mulut Bima. Tahu ke mana maksud wanita itu.
"Tim harus memikirkan tanah pemakaman yang baru."
Ludah Bima terasa kental di tenggorokannya. Naraya akan melemparkan Haris hidup-hidup ke liang lahat?
Lebih baik ia menutup mulutnya rapat-rapat, menghentikan pikirannya berkembang biak.
Matanya menatap Naraya yang tengah menjawab telpon. Selang lima detik, Naraya mengatakan jika Haris sudah berada di dalam mobil tahanan. Serta merta Bima mengikuti langkah atasannya.
Tepat di depan terminal utama, Bima melihat bagaimana petugas berseragam hitam menggunakan penutup wajah, menggelandang salah satu staf penting Prima Nusantara. Persis seorang teroris yang membahayakan negara.
"Sampai ketemu di Indonesia." itu bukan sebuah ucapan selamat. "Salam terakhirmu sudah saya sampaikan pada anak dan istrimu."
Ah Naraya lupa satu hal, "Cucumu menggemaskan. Tapi, sayang harus hidup dalam kubangan kemiskinan." yang disebabkan oleh kakeknya sendiri.
Bima menyaksikan bagaimana pucatnya wajah Haris. Bisa ditebak, jika laki-laki itu tidak tahu tentang cucunya.
Lima mobil dikawal petugas, mulai meninggalkan area bandara, artinya meninggalkan dirinya dengan Naraya.
"Berpikirlah tentang saya. Apapun yang kau mau."
Bima tertegun. Dia tidak sedang memikirkan kekejaman wanita itu. Tapi, berapa besar anggaran yang keluar untuk menangkap seorang Haris?
Sekedar info, Naraya memberitahukan, "Kita tidak bisa terbang malam ini. Ada hal yang harus saya urus."
Tidak apa-apa. Bima juga tidak buru-buru. Sadar diri, jika dirinya cunguk sang ratu kejam.
Kali kedua, Bima duduk di samping Naraya setelah penerbangan kemarin. Dari samping, ia bisa melihat lekuk wajah tak bercela itu. Hidung bak ratu Yunani, dengan kelopak mata terbingkai indah. Bentuk alis sempurna, menambah kesan jika wanita seperti Naraya tidak cocok dengan karakternya yang sekarang. Lihat saja bibir wanita itu. Merah alami dengan sedikit polesan lipstik, sepadan dengan kulitnya yang putih. Kenapa ia tidak mengikuti kontes Miss Universe? Bima yakin, juri tidak akan menilai dua kali untuk meletakkan mahkota kebanggaan di kepala wanita itu.
"Sudah?"
Dehaman Bima menyadarkan dirinya sendiri.
"Saya tidak tersanjung dengan penilaian kamu."
Lagi, Bima berdeham.
Mobil terparkir di depan sebuah hotel yang cukup besar.
"Kamu bukan pertama kali ke sini." ucapan itu dibenarkan Bima dalam hati. Tapi laki-laki itu belum tahu maksud dari kalimat Naraya.
Sebelum ia menanyakan, seorang laki-laki berkulit sawo matang dengan hidung menjulang tinggi, mendekati Naraya dan berbisik ke telinganya.
Bima berdiri di belakang Naraya, saat wanita itu membalikkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Penguasa (Tamat- Cerita Lengkap Di PDF)
General FictionJatuh, bangun. jatuh dan bangun lagi untuk berjuang hingga titik darah penghabisan. Bait ke berapa dalam sejarahnya, hingga wanita itu dikenal kejam dalam mengambil keputusan?