16

6.3K 803 39
                                    

"PT. AHP mengajukan gugatan atas laporan kita."

"Kalau tidak bisa kamu tangani, tinggalkan Prima."

Damar meralat dengan cepat. "Aku sudah membuat laporan tambahan terlampir pernyataan saksi."

"Sudah kukatakan. Aku malas berurusan dengan hukum. Kenapa tidak kau gali saja kuburnya."

Damar menelan ludahnya. Siang ini kali pertama ia bertemu wanita itu setelah insiden panas tadi malam. Dari tadi pagi ia menyibukkan diri agar tidak bertemu Naraya, tidak untuk kasus baru yang satu ini.

"Beritahu Briston, kita kekurangan lahan pemakaman. Masih ada beberapa jasad yang akan aku eksekusi."

Keringat Damar menarik perhatian Naraya. "Kamu sudah bekerja keras, tidak ada rencana pensiun?"

Sumpah Damar ketakutan. "Aku satu-satunya walimu yang hidup."

"Kamu menikamku dari belakang."

"Apa maksudmu?"

Naraya sedang tidak bermain-main. "Aku tidak punya maksud tersembunyi."

Mereka harus menghentikan pembicaraan serius saat mendengar ketukan pintu dari luar.

Bima yang datang dengan seorang wanita yang mencuri perhatian Naraya.

"Saya akan melihat lapangan untuk proyek skala baru."

Naraya meneliti dengan cermat laporan yang diserahkan Bima. Proyek skala Gulford.

"Saya dan Mita mewakili perusahaan. Sore nanti kami berangkat. Saya sudah mengurus surat resmi akomodasi Prima."

Perhatian Naraya tidak bisa lepas dari wanita berpakaian formal namun cukup menggoda kaum adam. Karyawati tersebut juga terlihat ceria dan cantik. Sejak masuk, senyum di wajahnya tak pernah pudar.

"Secepat ini?"

Bima mengangguk. "Survey selama dua hari, setelah itu saya akan mengirim tim ke sana."

Kalimantan tidaklah jauh.

"Ibu cukup menandatangani, kami akan mengadakan rapat dua jam sebelum saya berangkat."

Tidak ada waktu yang tersisa. Proyek skala baru cukup penting untuk perusahaan, tapi Naraya tidak ingin membahasnya lagi.

"Apa yang kamu tunggu?" bukannya tidak tahu, jika Damar sedang memperhatikannya. Naraya menyuruhnya keluar dengan nada dingin.

"Tidak ada tambahan orang?" tanya Naraya setelah Damar keluar dari ruangannya.

Bima tidak mengerti. "Maaf."

"Saya rasa skala baru akan menguras energi tim, sebaiknya kalian berangkat tiga atau empat orang. Satgas khusus akan mendampingi."

Bima masih tidak mengerti. Tapi ia akan membuat pernyataan agar Naraya tidak perlu khawatir karena kegagalan tugas mereka.

"Mita lulusan arsitek terbaik. Banyak proyek berhasil di bawah pengawasannya."

Wanita Penguasa (Tamat- Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang