18

10.1K 1.1K 76
                                    

“Kenapa tidak istirahat saja?”

“Aku Cuma masuk angin. Bukan kanker ganas.”

Damar menggeleng kepalanya. Mendekat, ia menempelkan punggung tangannya di kening wanita itu.

Tidak demam.

Lantas kenapa wanita itu seperti orang kesakitan?

“Hari ini tidak ada jadwal meeting kan?”

“Tidak.”

“Temani aku.”

“Ke mana?”

Naraya tidak menjawab. Mengambil tas nya wanita itu bangun dari bangkunya.

“Ayo.”

“Aku ada janji makan siang.”

“Batalkan,” titah Naraya.

Enak saja. Sudah lama Damar menguntit seorang anak magang, dan siang ini jadi kencan pertamanya

“Suamimu ke mana?”

“Aku mengajak---“ Naraya tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Ia terburu-buru masuk ke kamar.

Ada yang tidak beres. Damar menghubungi Bima. Ke mana laki-laki itu? Damar mengumpat. Dia sendiri belum bersiap-siap, kenapa harus mengurus istri orang?

Setelah mengirimkan sebuah pesan pada Bima, Damar keluar dari ruangan itu.

Di dalam, Naraya melihat dirinya di cermin. Wajah pucatnya terlalu kentara. Jangankan memakai, mencium bau Cushion saja sudah membuatnya mual.

Ia akan menjalani kodrat ini. Anugrah, begitu kata mereka yang sudah menjabat sebagai orang tua.

Ketika Naraya keluar dari kamar, dirinya tidak melihat Damar. Keluar dari ruangannya, Naraya pergi ke tempat tujuannya.

Kantin yang berada di lantai empat, tujuan Naraya. Di sana ada Nugget yang disukai Naraya beberapa hari ini. Satu-satunya cemilan yang aman dari penciuman wanita itu.

Satu kotak kecil Nugget siap santap, sudah ada di tangan wanita itu. Pemandangan langka bagi karyawan Prima melihat atasan mereka pergi ke kantin khusus membeli makanan, biasanya wanita itu hanya lewat saja. Tidak untuk satu pekan ini. Ketika sampai di pintu keluar, wanita itu berpapasan dengan Bima sekretaris baru lelaki itu.

Naraya bisa menguasai diri dengan baik. Langkahnya tidak terhenti.

Sebelum masuk ke dalam lift, Naraya bertemu dua karyawan. Satu kotak kecil Nugget diberikan kepada mereka. Seleranya mendadak hilang.

Nasi dan salad bukan lagi makanan pokok wanita itu. Selembar roti tawar, Nugget dan olesan Saos yang bisa dikonsumsi untuk saat ini. Anjuran minum susu setiap pagi, dialihkan menjelang siang hari.

Membuka pintu ruangannya, Naraya masuk ke kamar. Dari dokter, wanita itu tahu, jika mood ibu hamil sering berubah karena hormon yang tidak lagi seimbang.

Naraya ingin melawan rasa yang melanggar kata logikanya, tapi tubuh wanita itu memilih memeluk hangatnya kasur.

Karena dari pagi perutnya belum terisi, wanita itu menjadi lemah. Belum lagi muntah tadi pagi yang hanya mengeluarkan air karena tidak ada makanan di perutnya.

Saat lapar mendera, air putih yang hanya bisa diminum oleh Naraya. Ia hanya berdoa supaya dia yang ada dalam kandungannya menjadi teman bukan petaka.

Jam lima sore, Bima keluar dari ruangannya. Selama satu minggu ini ia bekerja keras menghilangkan jejak samar yang sering kali menggalaukan hatinya. Laki-laki itu sudah membeli sebuah apartemen baru, tidak jauh dari perusahaan.

Wanita Penguasa (Tamat- Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang