6

7.4K 1.1K 21
                                    

Kisruh mengenai pembatalan sebuah proyek yang sudah selesai dirancang oleh Tim proyeksi, menjadi bahan utama pendengaran Naraya ketika kakinya menginjak lantai gedung Prima Nusantara.

Damar sudah menunggunya di lobi dan mengabarkan kejadian tidak mengenakkan, lantaran keputusan Naraya. Damar tahu, ada alasan penting di balik pembatalan proyek tersebut.

"Tidak sebaiknya meeting diadakan? Mereka juga butuh penjelasan setelah bekerja keras dan dibatalkan secara tiba-tiba."

"Panggil kepala tim pengadaan, proyeksi dan penanggung jawab." dingin suara Naraya disambut sigap oleh Damar. "Siapkan ruang meeting emergency. Sistem keamanan perusahaan sedang diretas."

Tubuh Damar tegang mendapat kabar tersebut. Sesuatu yang besar telah terjadi, dan dirinya tidak tahu apa-apa.

Bukan Naraya, jika tidak tahu apapun terkait perusahaannya. 24 jam ia memonitor situs keamanan perusahaan. Ada campur tangan orang dalam, dalam masalah kali ini. Naraya tidak akan diam, akan diberikan ganjaran yang sangat menakjubkan bagi pelaku.

Sebelum desain Bauhaus diselesaikan,  Mefco, perusahaan yang menggunakan jasa Prima, sudah memasang penyadap pada rangka furniture tersebut. Perusahaan yang baru berdiri selama tiga tahun itu mengintai informasi penting perusahaan Prima. Tentunya, hal itu sudah disadari Naraya. Wanita itu menunggu puncak lena Mefco, sebelum meluluh lantakkan dalam sekali hentakan.

"Sejak kapan?"

"5 hari." termasuk hari ini. Tadi malam, saat Naraya pulang dari apartemen Bima, dirinya mendapatkan sesuatu yang lain. Rekaman yang terdengar dari layar laptop-nya, seseorang sempat menyinggung tentang kepala tim penyeleksi. Yang artinya desas-desus kelemahan Prima sedang diincar pihak luar.

Mereka lupa, siapa Naraya Balqisya.

Debi Simanjuntak sebagai kepala pengadaan, Bima Brawijaya sebagai kepala proyeksi dan Luhut Sudrajat kepala penanggung jawab, sudah berada di ruang meeting emergency. Ruang itu dilengkapi sistem keamanan yang cukup tinggi. Kinerja Prima dalam menjaga keamanan perusahaan tidak main-main, karena Prima juga menggandeng BIN (Badan Intelijen Negara) yang bekerjasama dengan kepolisan Kanada.

"Apa yang kalian lakukan satu minggu ini?"

Suasana mencekam sangat terasa dalam ruangan itu. Ruangan 20x20 itu cukup mengerikan jika hanya diisi oleh 4 orang.

"Selain menunggu isi rekening, tidakkah kalian menyiapkan lubang makam?"

Ketenangan suara Naraya keluar bersamaan dingin wajahnya. Ditatapnya ke tiga karyawan yang memegang posisi penting di perusahaan.

"Belum satu minggu usia hukuman kepala tim penyeleksi, haruskah saya mulai lagi?" tusukan demi tusukan dirasakan ketiganya. Ketegangan bercampur keringat semakin menekan keresahan.

"Proyek itu tidak sebegitu penting, dan dikerjakan oleh seluruh tim. Apa tidak mencurigakan?"

"Target waktu yang dipikirkan tim."

Mata Naraya membidik si pemilik jawaban. "Dari semua tim, tidak ada yang menyadari sesuatu?" diyakini oleh Naraya, jika Bima maupun kedua rekannya tidak ada yang tahu keadaan yang menimpa perusahaan.

Raut ketiga peserta rapat, terlihat meragukan di mata Naraya.

"Apa sedang terjadi sesuatu?"

"Desain itu sudah berada di ruangan saya. Tahu apa yang saya temukan?" kedinginan itu semakin menggerogoti keberanian kepala pengadaan juga penanggung jawab.

"Apa ada kesalahan?" tanya Bima hati-hati.

"Sangat sempurna, hingga informasi perusahaan hampir berada di tangan yang salah." mata Naraya tertuju pada Luhut, selaku kepala penanggung jawab. "Rumah tanggamu sedang kacau, dan kamu ingin mengacaukan Prima?"

Luhut menunduk dengan wajah bersalah. Ini keteledoran pertamanya. Ia tidak yakin, jika Naraya tidak akan mengakhiri hidupnya persis seperti kepala tim penyeleksi.

"Mefco Corp. Akan saya pastikan dalang yang berkaitan dengan proyek ini."  tidak ada yang bertanya, apa yang akan dipastikan pada orang-orang yang terlibat dalam rencana kejahatan ini.

Seolah mereka tahu. Sederhananya kekejaman Naraya adalah jeruji besi dan keadaan keluarga terluntang-lantung. Tragisnya, tubuh tak bernyawa dikeroyok binatang buas, atau saat jiwa sekarat, bumi ikut menelan raga tak berdaya itu.

Bukan ranah mereka untuk menghakimi kebengisan seorang Naraya. Selain tidak etis, yang dilakukan Naraya kadang memiliki alasan yang kuat. Mereka hanya terlalu bodoh untuk mengerti keadaan genting.

Baik Bima dan kedua rekannya terkejut dengan penjelasan Naraya. Ini bukan masalah sepele. Nasib perusahaan tergadaikan.

Satu hal yang membuat Bima takjub. "Siapa yang memegang situs penting Prima?"

Naraya tidak ambil pusing, jika dari tadi, Bima lah yang banyak bertanya.

"Semua sistem berada di bawah kendali saya."

Sekarang tiga orang penting tersebut menyadari jika sudah sepantasnya, Naraya tahu segalanya tanpa ada yang terlewatkan. Tatapan takjub jelas di raut ketiganya.

"Sekalipun ada kerabat kalian dibalik Mefco, tidak akan mengubah keputusan saya." Sebelum mengakhiri rapat tersebut, Naraya berkata tegas pada kepala pengadaan, "batalkan semua proyek yang akan diadakan bulan depan."

Lebih dari 900 proyek yang sudah disurvei dan siap diluncurkan, dan kini mendapat perintah mendadak, Debi hanya bisa menelan ludahnya. Satu tahun bukan waktu yang singkat menyelesaikan semua proyek dengan sempurna. Dirinya tidak ada kuasa karena masih menjadi kacung seorang Naraya.

Ketiganya baru mengeluarkan statement ketika telah jauh dari ruang rapat.

"Siapa yang berkhianat?" Luhut yang pertama kali bersuara.

"Siapapun itu, aku sumpahin mati di tengah ombak."

Jawaban Debi ditanggapi oleh Bima, "Sadis. Kenapa wanita akhir zaman pada kejam semua?"

"Wajar. Baca nggak bionya ibu Naraya? Sejarah hidupnya dimulai dari mana!?" Debi berang sendiri. "Bukan hanya sebatas duit. Ada ketulusan saat Prima menjulang. Kredibilitas ibu Naraya juga diakui dunia."

Ya ya. Bima tahu itu. Ia tidak lupa, jika dirinya juga akan menjadi mantan. Maksudnya mantan karyawan Prima Nusantara.

Sesaat Bima tertegun ketika menerima telepon dari sekertaris Naraya. "Maaf, saya harus pergi," pamitnya kepada kedua rekannya.

Sepanjang koridor ia berlari, masuk ke dalam lift dan menekan dengan terburu-buru tombol angka. Jantungnya berpacu dengan cepat. Inginnya segera tiba di ruangan Naraya.

Darah mengalir deras memasuki pembuluh, memompa kinerja jantung hingga detak tak normal mempengaruhi deru nafasnya.

Semoga tidak ada yang terjadi.
Semoga semuanya baik-baik saja.







Wanita Penguasa (Tamat- Cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang