Setelah satu minggu berada di Solo, Bima dan Naraya kembali ke Jakarta. Banyak pekerjaan yang sudah menunggu mereka.
Kepada Bima, Naraya memberikan waktu 1x24 jam untuk memindahkan semua barang ke rumahnya. Kontrak yang dianggap batasan itu tidak tertulis. Bukankah seorang laki-laki yang dipegang omongannya?
Jam sembilan malam, Naraya keluar dari kantor. Prima Nusantara tak pernah sepi dari jam lembur malam. Mengemudikan mobilnya, wanita itu membelah keramaian lalu lintas malam.
Wanita itu tidak lupa dengan statusnya saat ini. Kewajaran atas sebuah kodrat, belum bisa dilakukannya.
"Saya menyiapkan makan malam."
Suara yang tidak asing didengar oleh Naraya ketika ia akan membuka pintu kamarnya.
Cukup menoleh, jawaban yang diberikan oleh Naraya pada Bima sebelum masuk ke kamar.
Bima menunggu di meja makan. Detak jarum jam menemani ruang sunyi itu.
Setengah jam berlalu, Naraya keluar dari kamar.
"Ini bukan lagi waktu makan."
Bima tahu. "Ini yang bisa saya lakukan selama menunggu Ibu."
"Saya tidak pernah makan malam." tapi tangan Naraya mulai mengambil piring yang sudah terisi sedikit nasi dan salad.
Bima senang, setidaknya Naraya menghargai usahanya. Laki-laki itu ikut makan. Makan malam pertama di rumah Naraya.
"Damar menunjukkan kamar?"
Bima mengangguk. "Lumayan bagus. Saya tidak suka ketinggian." Bima berkata jujur. Cukup apartemennya yang tinggi.
Dari Damar, Bima mengetahui kalau Naraya tidur di kamar bawah. Tepatnya di depan ruang keluarga. Tapi wanita itu sering menghabiskan waktu malamnya di lantai atas. Dan Damar mau Bima juga menempati kamar di bawah, yang dibatasi ruang buku.
"Dia mengatakan sesuatu?"
"Tidak," jawab Bima. Tidak semua hal harus disampaikan pada Naraya. Lagipula hal yang dikatakan Damar sedikitpun tidak berkaitan dengan perusahaan.
"Tidak perlu mendengarkan apapun yang dikatakannya."
Bima megiyakan. Malam ini ia sudah melakukan hal pertama sesuai info yang diberikan oleh Damar.
Nasi dengan salad. Itu makanan terbaik yang disukai Naraya. Kapanpun makanan itu dihidangkan, Naraya tidak akan menolaknya.
Bima membuktikannya malam ini.
"Istirahatlah," kata Naraya. Ia akan melakukan pekerjaan pertama sebagai wanita.
Membersihkan peralatan makan.
"Biar saya yang cuci."
Naraya tidak menahan tangan Bima yang membawa piring bekas makan mereka.
"Ini perintah!"
Bima menarik nafas pelan. Perintah. Ia mengingatkan dirinya.
Menarik bangku, ia duduk sambil melihat Naraya membereskan peralatan makan malam mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Penguasa (Tamat- Cerita Lengkap Di PDF)
General FictionJatuh, bangun. jatuh dan bangun lagi untuk berjuang hingga titik darah penghabisan. Bait ke berapa dalam sejarahnya, hingga wanita itu dikenal kejam dalam mengambil keputusan?