Lisa POV
.
.
.
Aku membuka mataku dengan perlahan,menyesuaikan diri dengan cahaya yang ada.
Aku dimana? Tempat ini terasa sangat asing. Dengan sedikit linglung aku pun bangun,duduk di samping ranjang tersebut.
Irisku begerak pelan menyisiri ruangan tempatku berada. Ruangan yang berdominasi alam bawah laut ini benar-benar terasa sangat asing bagiku.
Clek..
Bunyi pintu yang di buka berhasil mengalihkan perhatianku. Aku menoleh,menatap sumber suara.
"Kau sudah bangun?"
Tanya sosok yang membuka pintu tersebut. Aku berdehem pelan menyembunyikan rasa terkejutku."Seperti yang kau lihat." balasku dingin.
Sosok itu dengan perlahan berjalan menghampiriku dan duduk disampingku.
"Aku tidak tahu apa yang kau lakukan semalam di bawah pohon dekat sungai Han tapi satu hal yang dapat ku pastikan kau masih mengonsumsi 'obat itu'. Bukankah aku sudah mengingatkanmu? Tubuhmu bagus jangan rusaki itu."
Aku tertawa hambar mendengar ucapannya,senyum mengejek jelas terpatri di wajahku.
"Hei Jeon Jungkook,tak usah menceramahiku. Terimakasih telah memberikanku tumpangan di rumahmu namun itu tak berarti kau bisa dekat denganku,mengenalku lebih jauh,dan berbicara seenaknya."
Ia terkekeh kecil seakan mengejekku.
"Kau tahu? Aku juga tak berniat untuk dekat denganmu dan mengenalmu lebih jauh. Kau terlalu percaya diri Lisa-ssi"
Aku tersenyum hambar,tanda bahwa aku benar-benar ingin membunuhnya saat ini juga. Namun aku masih waras untuk tidak membunuhnya di rumahnya sendiri setelah ia menyelamatkanku dari dinginnya angin malam.
Aku mengedarkan pandanganku ke setiap sudut ruangan.
"Dimana jaketku?" tanyaku spontan begitu aku tak mendapati jaket hitamku di ruangannya.
Jungkook bergumam pelan lalu beranjak dari tempatnya menuju kaca besar di ruangannya. Ia menggeser kaca itu lalu mengambil jaketku.
"Maaf,pil-pil itu telah ku buang." beritahunya sambil melemparkan jaket hitam itu ke pangkuanku.
Aku menatapnya tajam. Ia berbicara seolah-olah aku tak membeli pil-pil itu dengan uang.
Terlalu santai dan memuakan. Aku benci itu.
"Jeon Jungkook,ku rasa kau terlalu jauh mencampuri urusanku. Pil-pil itu sangat berarti bagiku,kau pikir kau siapa sampai berani-beraninya kau membuang barang berhargaku? Ku ingatkan sekali lagi ini hidupku,ini pilihanku." Tukasku tepat menatap matanya.
Ia balas menatapku dingin. "Ya itu hidupmu,itu pilihanmu. Namun harus kau ingat pilihanmu itulah yang akan membawamu pada kehancuran."
Aku tersenyum tipis. Terlalu muak mendengarkan perkataannya. Ku tepuk pundaknya pelan.
"Terimakasih telah mengingatkanku,ini pilihanku,resiko apapun itu akan ku tanggung meskipun itu akan membawaku ke ambang kehancuran sekalipun."
Ucapku lalu melangkah keluar dari kamarnya,tanpa berpamitan aku berjalan pulang.~
Batu-batu kerikil tajam di sepanjang perjalanan menemani setiap langkahku. Tatapan dingin khasku aku layangkan pada setiap pejalan yang berpapasan denganku.
Ku sibak saku jaketku namun aku tak mendapati benda tajam yang mampu menghabisi nyawa seseorang itu.
Ah.. Aku baru ingat,semalam aku menjatuhkannya di dekat sungai Han.
Ya pisau lipat itu yang ku cari.
Sesegera mungkin aku berbalik arah menuju sungai han. Mungkin karena hari ini adalah akhir pekan,sungai han terlihat sangat ramai.
Sebisanya aku mulai melangkah,membaur bersama orang-orang yang ada. Mataku dengan teliti menyusuri setiap cela-cela rerumputan berharap benda tajam itu segera tertangkap pandanganku.
Langkahku terhenti begitu melihat seorang anak kecil memegang pisau itu,memainkannya seakan pisau itu adalah mainannya.
Perlahan tapi pasti aku berjalan menghampiri anak itu. Ia berdiri di balik pohon yang semalam ku singgahi. Aku menunduk di depan anak itu,memegang kedua tangannya.
"Nuguya?" tanya anak itu dengan mata hitam besarnya.
Aku tersenyum simpul.
"Adik manis maukah kau memberikan pisau itu pada Eonnie?"
Tanyaku tanpa berbasa basi.Anak itu melepaskan peganganku lalu menyembunyikan pisau itu di belakang roknya. gadis kevil menggeleng kuat.
"Ini milikku Eonnie,aku baru saja menemukannya."
Aku makin tersenyum lebar dengan sekali gerakan aku mencekal tangan anak itu lalu merebut pisau itu darinya.
Ia menatapku dengan mata berkaca-kaca bersiap untuk menangis. Namun sebelum itu terjadi,aku mengambil tangan kecil anak itu lalu menggoreskan pisau itu ke pergelangannya,ia hendak menangis namun dengan cepat aku menempelkan pisau itu di bibirnya.
"Sshhh! Diam adik kecil,beritahu pada orangtuamu goresan ini adalah tanda perihnya kehidupan."
Ia mengangguk pelan sambil menggit bibir mungilnya menahan isakannya. Aku tersenyum puas lalu melepaskan cekalanku,membiarkannya berlari pergi.
Aku tahu tidak ada yang memperhatikan pergerakanku karena semua orang yang ada disini larut dalam kesenangannya masing-masing.
~
'Kau terlalu berani,kejam,dan sadis. Kau pikir tak ada yang memperhatikanmu? Kau salah. Kau menakuti mental dan melukai fisik seorang anak kecil,kau pikir itu perbuatan terpuji? Jangan kau coba torehkan sakit masa kecilmu pada anak itu. Anak itu adalah keponakanku. Kau berurusan denganku Lisa-ah..'
.
.
.Bersambung..

KAMU SEDANG MEMBACA
My BAD GIRL! [END]
RomanceLalisa! Hanya mendengar nama itu satu sekolah bisa meringkuk ketakutan.Kalian jangan tertipu dengan wajah malaikatnya. Untuk orang yang sudah mengenalnya lama pasti mereka akan mengatakan ia adalah titisan iblis. Pembullyan hingga berujung kematian...