07. Bring back memories

780 79 0
                                        

Lisa POV

.

.

.

Selepas dari sungai Han,
Kakiku terus melangkah tanpa arah membawaku pada sebuah rumah kumuh yang tak terurus.

Aku berhenti di depan rumah itu. Rumah yang sebagiannya telah ditutupi tumbuhan liar.

Perlahan ku raih gagang pintunya berusaha membuka pintu rumah tersebut yang alhasil menghasilkan bunyi deritan yang sangat nyaring.

Ku edarkan pandanganku pada setiap sudut rumah itu,meresapi kenangan-kenangan lama yang tak terlupakan. Kakiku kembali melangkah mendekati meja-meja yang berjatuhan. Meja-meja panjang yang ditutupi alas bermotif mawar.

'Lisa-ah kamu sembunyi disini sayang,jangan keluar. Eomma mohon."

'Tapi eomma,mengapa? Hiks-hiks Appa..Eomma eothoke? Hiks-hiks..'

'Jangan menangis Lisa-ah, Appa dan Eomma harus keluar menghadapi orang-orang itu. Hmm Jangan menangis ya,sshh."

"Hiks-hiks Eomma Kkajima!"

Ku sentuh ujung meja itu,menghapus sebuah debu kenangan lama yang menjadi awal dari semuanya. Mataku beralih menatap sebuah pintu kamar usang Yang di pintunya tertulis 'Lisa's Room'

Bibirku berkedut mengulas sebuah senyuman miris. Aku memasuki kamar itu,kamar dengan percikan-percikan darah orang tak berdosa. Kamar yang terlihat bagai kapal pecah tak ada harapan hidup didalamnya. Percikan-percikan darah kering mewarnai lantai putih berdebu ini.

"Sudah ku bilang aku tak tahu dimana wasiat itu berada."

Buagh..

Prang..

Buagh..

"Kau dan istrimu sama saja,katakan dimana wasiat itu brengsek?"

Buagh..

Brak..

Slashh..

Door!

"EOMMMA...APPA..!"

"LISA LARI NAK!"

Door!

'Lari bawa mimpimu sayang jangan berhenti meskipun kau lelah,tumbulah besar kau adalah pewaris satu-satunya.'

Aku menunduk,ujung jariku menyentuh darah itu. Ku keluarkan pisau lipatku lalu menggores darah kering itu,menggambar sebuah pola abstrak.

"Eomma Sedikit lagi aku akan lulus sekolah,disaat itu tiba aku akan pergi mencari orang-orang itu dan membunuh mereka sama seperti apa yang mereka lakukan pada kalian,aku janji. Dan ketika itu semua selesai aku akan menampakan diriku sebagai pewaris sah."

Ku dongakan wajahku menatap
jaring laba-laba yang bertebaran di setiap sudut ruangan.

Lagi sedikit.

Kriet..

Aku keluar dari rumah itu,mengebas-ngebas ujung jaketku yang berdebuh. Namun betapa terkejutnya aku begitu aku mendongakan wajahku irisku mendapati Jungkook,berdiri didepan jalanan rumah kumuh ini. Sambil bersandar pada mobilnya,ia menatapku tajam. Aku memasang wajah dinginku lalu berjalan menghampirinya.

"Ada apa lagi? Lama-lama kau seperti seorang stalker yang selalu menguntitku."

Ia tetap menatapku tajam tanpa berkedip. Rahangnya mengeras,aku tahu tanda itu,tanda bahwa seseorang sudah sampai pada ambang kemarahannya.

"Coba ulangi,Kau bertanya seolah-olah kau tak tahu apa yang terjadi? Kau begitu naif Lisa-ssi."

Samar-samar aku menyerngitkan keningku,tak mengerti dengan ucapannya. Seingatku terakhir kali aku meninggalkannya,aku tak membuat kesalahan.

"Apa maksudmu? Aku benar-benar tak mengerti."
Balasku tenang.

Buagh..

Satu tonjokan dengan tiba-tiba ia layangkan pada pipiku membuatku terhuyung kebelakang.

Laki-laki ini?

Tak sampai disitu ia juga menarik kerah jaketku.

"Kau pikir kau hebat bisa melukai seorang anak kecil,seharusnya kau menggunakan akal sehatmu untuk berpikir bahwa kulit anak kecil itu lebih tipis di banding kulitmu,satu goresan saja bisa menyisakan tangisan hingga malam hari. Jika keponakanku sampai terinfeksi karena pisau bodohmu itu,kau lah orang pertama yang akan ku bunuh. Dan satu hal lagi,aku tidak takut memukuli seorang cewek. Terlebih orang sepertimu."

Brak..

Ia mendorongku hingga membuatku terjatuh di pinggir jalan.

Aku mengerti. Senetral mungkin aku mencoba bersikap biasa dan bangkit berdiri namun ia telah terlebih dahulu mengendarai mobilnya pergi meninggalkanku. Aku tersenyum kecut tak menyesali perbuatanku.

Ah sial,tubuhku kembali bergetar.

Obat itu sudah tidak ada aku harus bagaimana? Ku layang pandanganku pada seorang pria botak yang sedang menelfon di pinggir jalan?

Apa aku harus menghampirinya dan meminjam mobilnya? Ku rasa itu pilihan yang buruk.

Dengan tubuh yang bergetar ku paksakan diriku untuk berjalan,menengok kesana kemari berharap sebuah taksi segera muncul. Aku benar-benar tak tahan. Kepalaku seakan mau pecah,keringat dingin mulai membasahi tubuhku. Ku harap aku tak pingsan di jalan ini.

'Ya aku berha-

Brughh..

-rap.'

.

.

Someone Pov

"Boss aku menemukannya,aku menemukan anak si brengsek itu,ini kesempatan kita boss setelah 11 tahun pencarian."

"Benarkah? Bagus,awasi anak itu aku yakin surat wasiat itu ada di tangan anak itu. Jangan gegabah dekati ia secara perlahan. Aku tak ingin gagal untuk kedua kalinya."

"Siap Boss!"

Tut...

Dunia kejam itu akan kembali terulang.

Sedikit lagi..

***

Bersambung..

My BAD GIRL! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang