02. Insiden tak terduga.

1.2K 102 0
                                    

Jungkook Pov

.

.

.

Aku bertemu dengannya. Aku benar-benar melihatnya. Ku akui parasnya cukup cantik untuk rata-rata cewek namun seperti yang mereka katakan jangan tertipu dengan wajahnya.

Ku sesap cairan hitam beraroma khas itu dengan dalam,menikmati detik-detik dimana cairan itu mengalir didalam kerongkonganku.

Tuk..

Tuk..

Jari-jari panjangku bergerak pelan mengetuk bibir gelas berisi kopi hitam pekat yang ku minum.

Mataku memandang lurus kedepan. Menatap punggungnya yang terlihat rapuh. Sangat rapuh hingga rasanya punggung itu akan roboh jika tidak di lindungi.

"Yak Jeon Jungkook,apakah kau mendengarkan perkataanku?" Pertanyaan Taehyung menyentakku.

Aku menoleh menatapnya. "Tidak,bisa kau ulangi?" Pintaku.

Ia menghela nafasnya kasar.

"Mengapa sedari tadi kau menatap Lisa? Kau tahu? Di sekolah ini tidak ada seorang pun yang berani padanya. Ia sangat menakutkan jadi berhati-hatilah."Beritahu Taehyung sambil menepuk pundakku.

Aku terkekeh kecil. "Tak ada seorang pun yang berani? Termasuk kau?"

Taehyung mengangguk yakin. "Ya termasuk aku bahkan seluruh guru dan penghuni sekolah ini."

Aku terdiam. Ku kembali layangkan pandanganku padanya. Benarkah ia sangat menakutkan?  Aku penasaran semenakutkan apa dia?

***

Ku langkahkan kaki jenjangku di sepanjang koridor,bel pulang telah berbunyi semenit yang lalu.

Saat ini Koridor terlihat sangat ramai. Sesekali aku menyapa beberapa siswa yang ada di koridor. Mereka balas menyapaku sambil tersenyum ramah.

Aku suka suasana ini. Suasana dimana banyak yang tersenyum dan menganggap keberadaanku.

"Sushh-Suii..~" Aku bersiul kecil.

Namun tiba-tiba.

Brak..

Seketika aku terjengit kaget begitu seorang siswa terjatuh di depanku dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Ia menahan kakiku sembari menangis.

"Jungkook-ssi tolong temui Lisa sunbae di belakang sekolah,ku mohon! Ini menyangkut nyawaku Jungkook-ssi,sekali lagi ku mohon!"

Air matanya terjatuh membasahi lantai melewati pipinya yang Penuh dengan memar. Aku menatapnya prihatin. Ku menunduk memegang kedua bahunya,mengajaknya berdiri.

"Aku akan menemui Lisa. Kau segera obatilah lukamu di UKS. Berhenti menangis lagi,kau aman sekarang."

Siswa itu mengangguk paham. "Gomawo Jungkook-ssi."

Aku menatap kepergian siswa itu dalam diam. Murid-murid di koridor menatap kami dengan berbagai pandangan. Aku mengepalkan tanganku kuat. Aku benci yang namanya kekerasan dan pembullyan. Aku tidak menyukainya karena aku tahu rasanya. Dengan langkah lebar aku berjalan menuju belakang sekolah.

"Kau datang?" Perkataan Lisa menyambutku. Ia menatapku dingin lalu menyandarkan tubuhnya di pohon mapple yang ada.

Aku menyeringai kecil.
"Ya aku datang,aku bukan pengecut."

Ia menatapku datar. "Kenapa kau berdiri disana? Kemarilah!"

Aku terkekeh kecil.

"Kau pikir aku bodoh? Aku tahu jika aku melangkah ke arahmu selangkah saja maka akan ada sebuah anah panah yang meleset  kearahku. Jujur aku tidak tahu dimana ranjaumu jadi aku harus berhati-hati."

Mendengar jawabanku Lisa menatapku terkejut. Ia bertepuk tangan dingin seraya. menegakan tubuhnya.

"Tak kusangka kau lumayan pintar." Pujinya tanpa ekspresi.

Aku tersenyum tipis,baru kali ini ku lihat pujian seseorang tanpa ekspresi. Dalam diam aku memperhatikan tingkahnya. Ia sedikit merunduk seperti melepaskan sesuatu dari bawah tanah.

Srek..

Wussh~

Aku benar-benar terkejut begitu sebuah anah panah meleset dengan cepatnya didepanku. Aku yakin jika saja tadi aku tidak mundur,pasti bahuku yang menjadi sasarannya.

Aku menatap Lisa tak percaya. Apa sekolah tidak mengetahui hal ini? Hei,ini berbahaya.

Ku lihat kali ini ia akan melakukan hal yang sama. Dengan cepat aku berlari menahan tangannya dan dengan sekali gerakan aku membalikan tubuhnya, memojokan dirinya di pohon mapple tadi.

Ia menatapku dingin. "Kenapa? Bukankah kau pintar?"

"Lalisa! Aku benar-benar tidak tahu apa salahku padamu,ku rasa kita baru bertemu siang tadi. Aku bahkan tidak mengenalmu sama sekali."

Ia menyeringai kecil lalu menatapku angkuh.

"Kau tidak perlu mengenalku tapi satu yg harus kau tahu,kau sendiri yang menggali nerakamu."

"Oh ya? Tcih.. Aku tidak tahu itu."

"Kau tidak perlu tahu hal itu, kau hanya perlu menyadarinya."

Aku menatap matanya dingin.
"Apakah kau tipikal orang yang suka menyerang lawanmu karena hal yang sepele?"

"Aku tidak tahu jika hal itu merupakan hal yang sepele untukmu tapi jujur aku tidak suka seseorang mengusikku."

Aku tersenyum tipis. "Benarkah?"

Aku semakin mendekatkan wajahku padanya hingga hidung kami bersentuhan Ia  tidak terlihat takut sama sekali. Ia bahkan masih setia menatapku dingin.

Aku balas menatapnya dingin.

"Kalau begitu sama aku juga tidak suka seseorang mengusikku karena hal yg sepele." Ucapku dan tiba-tiba menciumnya.

Ia terbelalak kaget. Baru kali ini aku melihat ekspresi lain di wajahnya. Ia meronta kuat. Aku menahan kedua tangannya. Ku miringkan kepalaku,semakin memperdalam ciuman kami. Ku gigit pelan bibir bawahnya hingga ia memekik kaget,ku gunakan kesempatan itu untuk melesekan lidahku kedalam gua hangatnya. Ia menggeleng kuat namun aku semakin kasar menahan kedua tangannya.

Apakah ini perasaanku saja.

Aku merasa mengecap sesuatu yang sudah ku hindari  begitu salivaku bercampur dengan salivanya.

Apakah dia...?

***

Bersambung..

My BAD GIRL! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang