Empat Belas

108 13 0
                                    

***

Regan menghela napas kasar, lalu mengusap wajahnya. Menatap sahabatnya yang sedang membopong tubuh adiknya ke ruang UKS. Untung saja adiknya memiliki kakak selain dirinya, ya walaupun bukan kakak kandung sepertinya tapi mereka seperti kakak pada umumnya.

Regan kembali menatap keempat orang itu dengan wajah masam. Ia tau ini kesalahan nya yang mengabaikan adiknya, tapi ia juga terlalu malu untuk mendekati mereka. Zyan pasti akan menghabisinya, atau Liam yang akan mengatainya dengan pedas, atau Endra yang menyindirnya dengan wajah tengilnya. Regan belum siap dengan semua itu.

"Bego..." Regan menggetok kepala nya sendiri kesal. Kesal dengan dirinya yang pengecut.

"Kak Regan lihat Gisha?" tanya seorang gadis  dengan kacamata minusnya. Disampingnya ada gadis yang menatapnya memuja.

Regan tersentak sedikit. Inget sedikit ya. "Gak." Ia menatap Fizaar dan Qian datar.

"Duh dimana sih dia..." keluh Qian.

"Bell bentar lagi, tapi ni anak malah ngilang."

Regan bergeming, ingin memberi tahu tapi... Kebanyakan tapi.

"Yaudah kak, duluan ya... Makasih." Fizaar berlalu dari sana.

"Kak Regan ngapain disini?" berbeda dengan Fizaar, Qian malah nempel disampingnya.

"Cuma lewat ko." Regan memasukan tangannya ke saku celana.

"Kelas bareng yuk. Sekalian." Qian tersenyum malu-malu. Mumpung gak ada Gisha. Pikirnya.

Regan hanya bergumam dan mulai berjalan diikuti Qian yang sesekali berceloteh.

Qian, gadis itu emang terhitung ceria. Mengagumi kakak sahabatnya yang malah membuatnya mencintai nya. Sejak pertama melihatnya ia sudah mengagumi sosok Regan. Qian sadar ia hanya remahan diantara seribu cewek yang mengejar Regan, tapi bukankah cinta itu harus diperjuangkan?

"Kak Regan ada masalah sama Gisha?" tanya nya.

Regan terdiam sebentar, "Gak kok."

"Iya ya, mana mungkin kakak adik ada masalah apalagi kalian itu bikin iri semua orang. Termasuk Qian." Qian tersenyum kecil.

Regan mengedikkan bahunya, "Hemm, ya gitu deh. Dia gak bisa tanpa gue, dan gue gak bisa tanpa dia."

"Kadang aku pikir kak Regan sama Gisha tuh kayak Sodara rasa pacar, hehe." Argumen Qian membuat Regan menelan ludahnya.

"Aku aja yang punya kakak cowok dua, cuek semua. Ralat, bukan cuek tapi dingin banget kayak gak peduli gitu." cerocos nya.

"Gak aneh sih, secara mereka umurnya jauh banget sama Qian." curhatnya. Regan diam saja sambil jalan santai.

"Qian suka ngayal andai kak Regan itu Kakak impian Qian yang menjadi nyata. Hahha..." lanjutnya.

"Semua orang berbeda beda. Kadang dari mereka gak nunjukin perasaan sayang nya secara langsung kan?" Regan berucap tenang.

"Iya sih. Walaupun begitu, kakak aku emang baik semua." Qian tertawa membayangkan wajah dingin kedua kakaknya.

"Nah itu. Qian cuma iri aja sama Gisha yang punya kakak overprotektif, Possesif, the best pokoknya." pujian Qian terdengar semangat ditelinga Regan.

"Ya syukuri aja, lo punya dua kakak sedangkan Gisha cuma punya satu. Anggaplah satu dari mereka sebagai kelebihan biar lo gak iri sama Gisha."

Qian menatap Regan kagum. Ia terkesima Regan berbicara panjang padanya.

"Why?" tanya nya.

Qian tersenyum canggung. "Hehe enggak kak. Maaf tadi malah curhat." ia menyempilkan anak rambutnya.

SECRETLY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang