Mau nangis atau ketawa baca part ini silahkan😌 author sendiri nano nano gitu tapi kebanyakan jengkel nya sama Regan😂***
Inilah yang aku benci. Melihatmu tersakiti dan akulah penyebabnya.
***
Suara heboh dari koridor membuat Regan sedikit penasaran. Walaupun ia memakai earphone tapi pendengarannya yang melebihi kapasitas manusia nya langsung on time.
"Paan tuh?" Liam yang excited banget langsung cabut keluar.
Regan mengikuti dengan ogah ogahan sambil melepaskan earphone nya. Ia sedikit melongo tak percaya melihat koridor nya penuh sesak oleh siswa yang mengikuti seorang cewek yang santai duduk di kursi roda, dibelakang nya seorang wanita 40 tahunan mendorong kursi tersebut. Emang apapun yang dilakukan Gisha selalu menghebohkan sekolah mereka.
"Gisha..." gumamnya tak percaya.
"Adek lo kenapa bro? Kok pake kursi roda? Sakit? Ahh lumpuh? God! Dia baru jalan sama gue kemarin!" Liam berkata heboh. Ia menatap Gisha yang menatap kosong kedepan. Ia terlihat lelah dengan lingkaran mata yang menghitam.
"Pikir aja sendiri." Malas nya. Ia memakai kembali earphone nya. Liam bungkam, ia sudah tau Regan sedang tak baik baik saja dengan adik tercintanya.
Regan memperhatikan Gisha yang tetap santai dengan duduknya. Semalas itukah dia jalan sendiri? Ahh Regan ingat, papa mama selalu menuruti kemauan nya. Tanpa kecuali dan kursi roda pasti salah satunya.
"Gisha sakit apa ya...?"
"Lumpuh kali."
"Syukur deh. Semoga dia tobat."
"Gak bisa bully lagi dong. Hha."
"Mana Regan udah gak peduli lagi."
"Ck."
Regan menggemeletukan giginya mendengar perkataan yang entah keluar darimana, yang jelas keluar dari makhluk bernama human. Ia kembali menatap Gisha yang semakin mendekat kearahnya. Sekarang fokusnya ganti karena seseorang yang mendorong kursi roda itu bukan seorang Maid tapi sahabatnya, Zyan William yang baru datang.
"Kak Zyan gausah, ngerepotin." Ucap Gisha tak enak.
"Gapapa, biasanya juga ngerepotin." Zyan terkekeh yang entah sejak kapan terdengar menyebalkan ditelinga Regan.
"Gak ikhlas ya. Yaudah." Gisha merajuk. Ia memainkan ponselnya malas. Zyan terkekeh lagi, ia mengacak rambut Gisha gemas dan Regan semakin melihat tak rela. Ia yang harus ada disana menggantikan Zyan tapi... Ia gengsi.
Liam menatap Regan yang menatap tajam Zyan. Hell itu terlihat menyeramkan. Liam bergidik ngeri.
Kursi roda yang diduduki Gisha berhenti tepat didepan Regan yang masih berdiri dekat pintu.
Gisha tersenyum riang, ia berdiri dari kursinya. "Morning kak Regan! Kakak Gisha satu satunya ehem yang paling Ganteng!" Gisha berkata sok malu malu. Regan diam saja seperti ia biasa lakukan selama dua minggu ini."Kak Regan lagi sariawan? Gak ngomong nih yee... Ahh Gisha baru ingat Gisha bawa obat khusus sariawan!" Gisha mengubek ubek isi tasnya mencari sesuatu.
"Gak perlu." Suara dingin Regan membuat Gisha terpaku. Tiba tiba hatinya ngilu, air mata langsung bertengger dikediamannya. Ia menatap ujung sepatu nya yang berwarna putih mengkilap. Sebisa mungkin Gisha mendongak menatap Regan yang menatapnya dingin.
"Yakin? Papa mama nanti marah loh kak Regan sakit." Gisha menyembunyikan rasa sakit yang ia terima selama dua minggu ini dari kakaknya. Cukup tadi malam Regan berlaku kejam padanya, membiarkan adiknya tidur di undakan tangga darurat lantai 10. Dingin dan takut yang diterima Gisha semalam hampir membuat Gisha putus asa. Semalaman ia ketakutan, ia kira Regan akan mencarinya tapi ternyata tidak. Saat pagi terbangun Gisha malah mendapatkan seorang ibu ibu yang menatapnya khawatir.

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETLY [ON GOING]
RomansaRank #1 Trail 2020 Rank #2 complex April 2022 Rank #1 secretly April 2022 *** Sebuah Fakta yang mengejutkan membuat Regan hampir kehilangan adik satu-satunya, Gisha. Regan pikir menjauhinya akan membuat ia melupakan perasaannya, namun obsesi adiknya...