Enam Belas

117 8 0
                                    

***

"Sayang, kamu ikut pertemuan nanti kan?" suara Mama mengalun merdu dari seberang telepon. Regan menghela napas saat mengingat undangan yang dua hari ini mengisi nakas nya tanpa ia lirik.

"Iya Ma. Regan ikut ko." jawabnya lesu. Emang selama beberapa minggu ini semangatnya turun drastis.

"Bagus, mau dijemput atau datang sendiri?" tanya Mama lagi. Suaranya terdengar berbanding balik dengan Regan.

"Datang sendiri aja Ma. Biar gak ngerepotin."

"Mama sayang Regan." suara Mama membuat dada Regan bergemuruh. Hampir tiga minggu ini ia tidak bertemu dengan kedua orang tuanya. Regan sangat merindukan nya.

"Miss you Mom." lirihnya. Regan buru-buru menutup telepon nya, bisa-bisa dia menangis mendengar ucapan selanjutnya dari sang Mama. Kenapa ia cengeng sekali.

Regan membaca undangan yang tergeletak di nakas. Hanya undangan pertemuan beberapa kolega yang diharuskan membawa anggota keluarga. Sudahlah tak ada alasan untuk ia menolak nya, lagian disana ia bisa bertemu dengan Papa Mama dan tentunya Gisha, Adik tercinta nya.

Dalam waktu Lima belas menit Regan sudah siap dengan tuxedo yang melekat indah ditubuh nya. Mengoleskan gel di rambutnya lalu menyemprotkan parfum andalan nya ia berlalu menuju lobi.

Regan mengendarai mobil yang ia beli dua hari lalu. Tak perlu bertanya uang nya dari mana, semuanya mudah bagi nya. Mobil melaju dengan tenang menuju tempat acara dilangsungkan.

Regan tersenyum kecut mengingat sikapnya akhir-akhir ini, akuilah ia pengecut, membiarkan hatinya berkuasa dan mendikte dirinya lalu merepotkan semua orang. Membiarkan orang lain tersakiti hanya keegoisan hatinya. Ahh ingin sekali ia mematikan perasaan ini lalu kembali ke keluarganya dan menjadi kakak yang baik untuk adiknya. Sampai kapan ia bertahan begini?

Regan memarkirkan mobilnya di lobi hotel sesuai yang tertera di undangan. Ia melihat mobil keluarganya juga sudah ada disana, rupanya mereka datang lebih awal. Regan sekali lagi merapikan penampilannya, sebagai calon pewaris perusahaan Keluarga Dellan ia harus bisa tampil lebih baik didepan kolega masa depannya.

Keadaan Restauran hotel masih lengang, rupanya mereka terlalu awal datang. Regan mengedarkan pandangan mencari kursi yang ia kenali. Terlihat dari ia berdiri Mama melambaikan tangannya, Regan langsung tersenyum dan berjalan kearah meja keluarganya.

"Kamu datang juga sayang." Mama tersenyum kearahnya saat Regan sudah menduduki kursi yang hampir penuh ditempati keluarga nya.

Regan mengangguk kecil, "Iya Ma. Gisha mana?" tanya nya pelan saat matanya tak menemukan sosok gadis manja itu. Papa menatap Regan tanpa ekspresi. "Papa sama Mama apa kabar?" tanya nya saat sadar tatapan Papa.

"Ck! Baik. Kamu lupa jalan pulang Regan?" Papa berdecak dengan sindirannya. Mama menghela napas menatap dua lelaki yang ia cintai itu. Bau-bau permusuhan nih...

Regan meringis kecil. "Nggak Pa, Regan sibuk."

"Sibuk ngurusin cewek maksud kamu?" Regan gelagapan mendapat pertanyaan tak berdasar dari Papanya. Heyy Papa nya salah besar, mana mungkin ia sibuk ngurusin anak orang.

"Pa..." bisik Mama tak enak. Ia ingin berbincang dengan putranya yang hampir tiga minggu tidak ia temui bukan menghujat keberadaannya.

"Udah punya cewek lupa rumah kan kamu?" Papa melotot tajam. Regan menggigit bibir dalamnya. Apa maksud pertanyaan Papanya ini?

"Gak sekalian aja pindah planet?" Papa berdecih sinis.

Suasana meja keluarga itu tampak canggung. Tak ada yang bersuara, terutama Regan yang kebingungan. Bibir nya kelu takut salah menjawab, tangannya saling meremas dibawah meja.

SECRETLY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang