Dua

456 40 3
                                    


***

"Mama tau gak kemarin kak Regan ngajakin aku ke rumah kak Zyan yang mirip oppa oppa itu!". kata kata Gisha membuat mama dan papa nya tersenyum.

Saat ini mereka sedang sarapan pagi, sebelum berangkat sekolah dan sebelum papa nya ke kantor.

"Kamu yang pengen ikut bukan kakak yang ngajak!" Regan berucap fakta.

"Ahh itu gak penting. Yang penting Gisha seneng bisa deket deket gebetan Gisha yang unyu unyu itu!" Gisha menangkupkan tangannya di dada seperti menghayati sesuatu.

"Tapi kamu harus tau batasan Regisha!" tegas papa nya, ia tau anak nya yang satu ini sangat pecicilan jika berhubungan dengan cowok.

Regan membersihkan mulutnya dengan tissue. Gerah ia dengar omongan Gisha tadi, "Iya pa, dia itu nyari kesempatan mulu!" gerutu nya.

"Ihh kak Regan harusnya dukung Gisha sama kak Zyan dong!" Gisha membanting sendoknya.

"Gak!" apa Regan sudah mirip orang yang cemburu?

"Kak Regan itu harus nya comblangin Gisha sama kak Zyan!" gerutuan itu tak luput dari pandangan Regan.

"Ogah!" tukasnya cepat.

"Cih! Nanti kalo jadian mah minta PJ-pajak jadian-" Gisha mendengus sebal. Biasanya Regan mendukung apapun itu keinginannya, kecuali masalah cowok sih. Itu mutlak jika Regan tidak mendukung, tapi masa iya gak ngedukung adiknya sama sahabatnya?

"Kamu mau ngancurin persahabatan kita?" tanya Regan, ia rasa ini cukup masuk akal jika jadi pertanyaan.

"Bukan gitu! Tapi Gisha itu udah naksir kak Zyan dari jauh jauh hari!" Gisha membela dirinya. Emang gak niat ngancurin persahabatan kak Regan kok.

Cih dari jauh jauh hari?! Gue yang mendam perasaan sama lo dari SMP kemanain?!- ingin rasanya Regan ngomong itu, tapi gak mungkin ada orang tua mereka disana.

"Mending kalian berangkat deh. Mama pusing denger ocehan kalian!" Mama nya menatap keduanya tajam. Walaupun ini bukan pertama kalinya mereka debat tapi ia jengah juga lama lama.

"Hati hati!" pesan papa nya saat Regan berlalu dengan muka kusut dan Gisha yang menyusul kakaknya dengan menghentakan kakinya, tanpa pamitan pastinya.

***

"Kak! Kak Regan!" panggil Gisha tak ingat sekitar sedangkan yang dipanggil hanya diam dan berjalan tanpa mengindahkan panggilan adik nya.

Entah kenapa Regan badmood level tinggi sama adiknya ini setelah insiden di rumah tadi, bahkan dijalan pun Regan diam dan Gisha yang ngoceh ia abaikan hingga sekarang.

Regan tahan! Dia adik lo, lo gak boleh egois! Gak boleh cemburu! Gak boleh kekanakan!- mati matian Regan menahan emosi nya yang sungguh menakutkan.

"Kak Regan ihh!"

Keduanya menjadi perhatian seantero sekolah, karena biasanya mereka itu akrab dan berjalan sambil berangkulan itu sudah biasa. Tapi sekarang? Mereka seperti sepasang kekasih yang lagi marahan atau lagi main kejar kejaran.

"Kak!" Gisha memeluk kakaknya dari belakang. Napas nya ngos ngosan demi mengejar kakaknya yang ngambek tanpa alasan.

"Kakak kenapa sih?" tanya nya saat tak ada pergerakan dari kakak nya.

"Gak papa" jawabnya santai.

"Hah? Lalu ngapain kakak gak nyahut panggilan aku?!" teriaknya kesal ia melepaskan pelukannya kasar, menghentak lengan Kakaknya, lalu pergi dengan seribu kedongkolan. Kemarahannya udah nyampe ubun ubun, ia tak peduli Regan benar benar tak punya hati! Capek tau ngejar dari parkiran sampe ke lapang futsal untuk menyebrang kekelasnya, harus lewat beberapa kantor, lewat 10 ruangan kelas tempat KBM ditambah musholla yang genjreng itu, dan hasilnya cuma kata kata "gak papa". Shittt!

SECRETLY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang