Delapan Belas

85 5 0
                                    


Baru up😭
Sumpah gw hampir lupa sama ini alur cerita, tapi gw yakin gw masih inget. Jadi gimana donggg😭😭😭

***

"Kak... Aku juga cinta sama kak Regan. Cinta banget malah, kak Regan adalah satu-satunya keluarga yang paling aku cintai." tutur Gisha dengan kepala tertunduk. Ia tak tahu harus menjawab apa, ia harus ingat yang menyatakan cinta itu kakak nya bukan orang lain. Kenapa harus Regan? Kenapa?!

Regan tersenyum paksa, benar mereka keluarga. Ga bisa berubah, ikatan darah mengalir deras di tubuh mereka. "Makasih Gi udah di jawab. Kakak lega denger nya." Tangan Regan mengacak rambut adiknya.

Gisha mengalihkan pandangan matanya ke penjuru taman, detak jantungnya bertalu-talu. Harus nya ia senang, tapi nyata nya emang gak bisa sesenang itu.

"Jika tuhan memberi satu permintaan buat kita, kamu bakal minta apa Gi?" tanya Regan menatap hamparan langit yang semakin gelap. Di samping nya, Gisha menikmati camilan kesukaan nya.

Mereka duduk di rerumputan yang menghadap langsung ke danau. Setelah pergulatan hati yang memakan waktu, keadaan mereka emang sedikit canggung, tapi mereka berusaha untuk tetap cool dan menganggap semuanya baik-baik saja.

"Aku yang gak labil." Gisha tersenyum manis, penuh pengharapan. "Kalo kakak?"

"Kaka pengen terlahir kembali, bukan sebagai kakak kamu Gi." Gisha langsung menggemeletukan gigi nya. Apa maksud Regan?

"Maksud kak Regan nyesel punya adik kaya Gisha?" tanya Gisha kecewa. Regan menatap manik adiknya dalam.

"Kakak pengen kamu jadi pasangan hidup kakak."

Deg!

"Hahahahhh Aamiin deh yaaa." Gisha tertawa. Iyalah emang dia harus gimana? Jingkrak-jingkrak. Jujur saja dia senang, bahkan hatinya dag dig dug gak keruan tapi semesta punya kenyataan bukan?

Regan tersenyum, ucapannya memang makin ngawur sih tapi itu fakta. Pantas saja Gisha tertawa, mungkin baginya hanya lelucon belaka.

Gisha menghentikan tawa nya, ia membuang bekas camilannya lalu menatap Regan. "Boleh peluk kakak gak?" pinta Gisha hati-hati. Catet, dia pernah sakit pelukan nya ditolak kaka nya.

Regan merentangkan kedua tangannya, tanda ia mengijinkan. Gisha langsung berhambur ke dada Regan, ia senang tentu saja.

"Kangen bangetttttt..." lirih Gisha tak menutupi nya. 

Regan tersenyum lebar, ia dapat merasakan apa yang adiknya rasakan. "Kakak punya sesuatu buat kamu gi."

Sontak Gisha melepaskan pelukannya, "beneran ka?"

"Kamu pengen kakak bohong?"

"Nggak gitu maksud Gigi." Gisha mencebikkan bibirnya. Terdengar tawa Regan yang renyah.

"Kamu tuh yaaa bikin kakak geregetan."

"Yaudah iya, mana yang kata kakak "sesuatu" itu?" Tagih Gisha misuh-misuh.

Regan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak beludru berwarna putih telihat indah di tangan cowok itu.

"Kamu tau kan ini apa?"

Gisha mengangguk antusias, "kalung?" Tebaknya seraya bertanya.

"No." Regan menggeleng tanda jawaban Gisha salah.

"Cincin?" Gelengan kedua dari Regan membuat Gisha berpikir keras.

"Baiklah aku menyerah," pasrah Gisha akhirnya. Firasat kakaknya nge'prank gitu ya kann? Jangan bilang ga ada isi nya lagi.

"Nih," Kotak beludru itu terbuka dan Gisha menelan ludah melihat apa yang ada di depan matanya.

"Ya ampuuunnn cuma batu!" Pekik Gisha tak percaya.

Regan menjitak kepala adiknya. "Ngaco!"

"Lahh iya kan cuma batu! Mulung dimana tuh batu ka?"

"Ngeremehin nih ceritanya?" Regan makin mendekatkan batu hitam itu di depan wajah Gisha.

"Nggak, cuma agak aneh aja tidak sesuai ekspektasi."

Regan tertawa, ia gemas sendiri melihat wajah adiknya yang kayak kecewa, menahan kata-kata hujatan untuk kakaknya. "Makannya jangan kebanyakan halu, ekspektasi kamu tuh kurangin."

"Ya lagian gak masuk akal aja gitu. Aku? Regisha? Dapat hadiah batu dari sang kakak?" Gisha menutup mulutnya seperti menahan tawa. "Wow, so exactly and i am so excited." Mata Gisha berbinar-binar.

"Mau nggak? Banyak cing cong kamu Gi."

"Ya mau lah. Kapan sih Gigi nolak pesona kak Regan." Sindirnya.

Regan menggelengkan kepalanya, Gisha baru saja menyindir adegan satu bulan lalu. Regan meraih tangan Gisha dan menempatkan kotak nya di telapak tangan Gisha  "Nih simpen. Batunya hasil mulung di selokan deket sekolah. Kotak nya nyolong punya nyokap Zyan. Harga nih batu kalau dirupiahkan sekitar sekian."

"Boong bangettt," cibir Gisha yang mendapat pelototan dari kakak nya. Dengan terpaksa Gisha memasukkan kotak itu kedalam tas selempang nya. Baru kali ini di dalam tas nya masuk batu.

"Awas hilang. Mahal tuh batu."

"Yailah batu doang sampe segitu nya.
Iya kan, orang mah ngasih cewek tuh cincin, kalung, atau duit." Gerutu Gisha mengundang tawa Regan.

"Gigi... Untuk apa semua itu? Kamu sudah memiliki semuanya. Kakak udah ngasih lebih dari apa yang kamu sebutkan tadi. Kakak bosen ngasih hal kaya gitu sama kamu."

Gisha terdiam, ia tau Regan selalu memberikan segalanya untuk dia, dan batu yang baru ia terima mungkin emang batu berharga. Gisha memandang wajah kakaknya dengan senyum riang. "Oke ka. Thank you so much." Gisha mengecup pipi kakaknya singkat.

"Urwellcome. Just for you."

Bahagia itu sederhana, kau hanya perlu bersama orang yang kamu cintai. Jika orang itu juga mencintai kamu, sempurna lah kebahagiaan kamu. Jangan lupa bersyukur.

Sejenak mereka melupakan apa yang sebenarnya terjadi sebelumnya. Seperti tidak terjadi apa-apa namun bom waktu selalu menjadi hal menakutkan.

***

"Pagi Ma..." Gisha mengecup pipi orang tuanya satu persatu.

Papa nya menyimpan iPad yang bertengger di tangan nya ke meja makan. "Pagi sayang, jangan lupa semangat."

"Oke Papa, thank you." Gisha memasukkan roti ke mulutnya hingga penuh.

"Apa yang kalian lakukan semalam? Kamu pulang larut lho Gi." Mama memasukkan potongan Roti ke mulutnya.

Senyum Gisha tersungging, ia mengingat kembali bahwa ia dan Regan sudah berbaikan. Tapi ada sesuatu yang ia masih penasaran maksud dari pengakuan Regan semalam yang mencintai nya. "Cuma ngobrol aja ma, kita kan udah lama gak ngabisin waktu berdua."

"Kamu seneng?" Tanya papa dengan tatapan teduhnya.

Gisha mengangguk semangat, jika berhubungan dengan kakak nya itu adalah mood booster baginya. "Bangett!"

"Jangan gangguin Abang mu tapi ya, dia udah mau fokus ujian." Peringat mama.

"Ngga lah ma. Selagi Regan gak punya cewek, dia aman."

Orang tuanya berpandangan, lalu menggeleng kan kepalanya. "Kenapa memang?" Tanya papa.

"Ka Regan cuma buat Gisha, nggak boleh ada yang gantiin posisi Gisha."

"Posesif banget Regan punya adek." Komentar mama gak ngerti lagi dengan pikiran anaknya.

***

TO BE CONTINUED

Stay tune gaisss, sorry udah lama ga up story, dan sekalinya up ga panjang.  Secepatnya author update lagi ko guys. Thank you and enjoy it❤️

SECRETLY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang