Sepuluh

148 16 1
                                        

Selama ini belum pernah dapet readers yang bener bener. Selain dark readers mungkin😌

***

"Rasa ingin menghisap, rasa ingin menerkam, rasa ingin menghabisi, rasa ingin mencabik cabik. Kukira aku akan menjadi pshycopath ternyata aku.... lapar."

***

Gisha mengejar langkah Regan didepannya. Ia berjalan cepat untuk sampai didekat kakaknya. Ia butuh penjelasan, ia lelah melihat kakaknya terus menghindari nya tanpa sebab. Apapun itu ia ingin mendengar alasan Regan.

Hap!

"Kak Regan." Lirih Gisha tak percaya saat tangannya langsung dihempas kasar. Itu tangan baru bersentuhan sedetik. Kak Regan!!! Jerit Gisha dalam hati.

"Apa." ucap Regan datar dengan sorot tak peduli. Kedua tangan ia masukan ke dalam saku.

"Kenapa kak Regan jauhin Gisha?" Gisha menundukkan kepalanya. Ia takut Regan marah.

Gisha memilin tangannya, baru kali ini ia setakut ini menghadapi Regan apalagi Regan hanya diam tak menanggapinya. "Gisha tau Gisha suka ngerepotin, tapi Gisha juga pengen tau alasan kak Regan jauhin Gisha."

Regan masih menatap gadis didepannya dalam diam. Ia tak tau harus menjawab apa. Ia juga bingung, yang ia tahu bahwa menjauhi adiknya adalah yang terbaik untuk kesehatan jantung dan hatinya.

"Kak Regan marah sama Gisha? Gisha minta maaf kalo Gisha salah." lirihnya, ia terisak dan tersenyum getir. Lalu mendongakkan kepalanya menatap Regan.

Tak kuasa menahan naluri hatinya, Regan berlalu meninggalkan Gisha tanpa kata. Hatinya selalu luluh melihat adiknya.

Gisha menggemeletukkan giginya. Hatinya kembali sesak. Kesalahan apa yang sudah ia buat hingga Regan benar benar menjauhinya?!! Ingin sekali Gisha meneriakkan pertanyaan itu, tapi ia cukup tau diri. Sekarang ia harus sadar sendiri.

Mata Relyn tak lepas dari pandangan didepannya. Ia menatap Regan yang pergi tanpa berbalik lagi.

Gisha menoleh ke kiri, ia menangis lagi. Ia benci ini!

Matanya tak sengaja melihat Laura yang baru saja lewat disamping tubuhnya.

Laura!

Gisha menatap gadis yang melewatinya dengan penuh kebencian. Ia harus menghabisi cewek itu. Orang yang menggantikan posisi nya harus enyah!

Gisha menarik tangan Laura ke gudang. Gudang memang tempat terbaik untuk menghabisi musuh.

"Mau apa lo?" tanya Laura, gaya bicaranya berubah karena tidak ada Regan disana. Laura berusaha melepaskan tangannya yang dicengkeram Gisha kasar.

Gisha menghempaskan tubuh Laura kelantai. Ia tak bisa menahan emosinya. Ia mendekati wajah Laura dengan tatapan tajam "Katakan apa yang lo lakuin ke Regan?" desis Gisha didepan wajah Laura. Ia mencengkram rambut Laura kasar.

"Kenapa? Lo iri lihat gue sama Regan?" balas Laura dengan tatapan mengejek.

"Jangan bikin gue semakin membenci lo!" Gisha mengeratkan jambakannya. Matanya mengkilat marah.

"Cih! Terima aja kalo Regan udah punya seseorang yang lebih baik dari lo."

Plak! Plak! plak!

SECRETLY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang