Dua Puluh

45 5 4
                                        

Hayu gengs lanjottt!!!

***

Regan memasuki apartemen nya yang lengang. Ia melempar sepatunya asal ke arah rak sepatu. Insiden Ander di cafe tadi membuat ia sedikit lelah, karena Ander sampai minta di papah ke parkiran. Yang benar saja, dia setakut itu dengan cewek jabrik itu. Padahal awalnya ia akan pamer soal Caffeine yang selalu memperhatikan nya.

Menuangkan air di pantry, ia memasuki kamarnya. Menghempaskan tubuhnya di kasur dan menguap lebar. Badannya menyuruh ia langsung tidur, tapi keadaan Regan harus gosok gigi dan ganti baju dahulu.

Tubuhnya tiba-tiba menegang saat terdengar suara gemericik air dari kamar mandinya. Apa lagi ini? Regan menyembunyikan tubuh nya ke dalam selimut. Huh kenapa ia jadi parno gini sih? Gara-gara si Ander nih pasti.

Sreekk!

Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka perlahan. Regan makin mengeratkan selimut nya, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Tahu bakal di teror sama mahkluk kasar, Regan mending nginep di rumah Liam kali ya tadi.

"Kak Regan!" Teriak seseorang yang langsung memeluk tubuhnya posesif. "Dari mana malem-malem?!" Tanya nya langsung.

Regan memejamkan matanya lega. Ternyata adiknya yang datang. Regan membuka selimut nya dan menatap wajah adiknya yang memandangnya heran. Wajahnya pasti terlihat bodoh.

"Are you okay?" Gisha mengusap pelipis kakaknya yang berkeringat dingin dan mengabaikan pertanyaan nya.

"Kenapa kamu gak bilang kalau mau datang heh?" Regan mencubit pipi adiknya gemas.

"Hahha kakak ketakutan nih pasti! Hahaa!" Gisha bangkit akan berdiri, tapi Regan menariknya membuatnya kembali jatuh di tempat sama.

"Wait! Mau kemana?" Regan menaikkan satu alisnya. Jarak mereka terlalu dekat membuat Gisha kedip-kedip gugup. "Tanggung jawab, karena udah bikin kakak ketakutan."

Gisha terdiam, ia memperhatikan jakun Regan yang naik turun seiring napasnya yg berderu. Gila! Kakak gue ganteng banget.' bisik hati Gisha mengabaikan ucapan kakaknya, 'Pantesan aja gue jatuh cinta sama kakak sendiri.' batinnya berdegup kencang. Ia menarik napas dalam-dalam.

Keduanya terdiam dalam posisi yang sama. Saling menatap dan menyelami mata lawannya.

'andai Lo bukan adik gue...'

Entah ada angin dari mana, Gisha mengecup bibir kakaknya yang menegang tak percaya.

"Noh udah tanggung jawab." Seringai Gisha jahil tanpa dosa, "Cukup kan?"

Regan menggeleng kan kepalanya seperti orang bodoh, lalu menahan kepala Gisha dan mencium nya kembali. Mata Gisha membulat sempurna.

Ini salah! Yang mereka lakukan itu salah! Tapi apa yang terjadi dengan mereka?! Waktu seperti berhenti berdetak.

Gisha memejamkan matanya, saat Regan makin memperdalam ciumannya. Hawa panas dingin menjalar dalam tubuh mereka.

"Kak... Cukup." Lirih Gisha setelah kesadaran nya kembali. Ia berusaha melepaskan diri.

"Kak!"

"Kak Regan!" Gisha menggetok kepala Regan keras saat Regan belum berhenti dari kegiatannya. Keras banget malah.

"Aww! Anjir!" Regan mengaduh kesakitan dan memandang wajah di Gisha murung.

Gisha menghela nafas, ia menangkup kedua pipi kakaknya, "Gisha gak mau ngecewain papa sama mama. Kakak juga kan?"

Regan melemaskan badan nya di samping Gisha. Ia memandang langit-langit kamar, napasnya memburu.

"Gila Gi! Ini gila!" Rutuk Regan frustasi. Ia mengusap kasar wajahnya. Sedangkan Gisha masih menetralkan degup jantungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SECRETLY [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang