Malam ini Jaehyun sedang duduk di salah satu kursi dengan semua anggota keluarga Rosè—yang terus bertanya mengenai gagalnya pernikahannya dengan Yeri—yang duduk di sana.
Bahkan, Jisung yang sudah tertidur pun terpaksa bangun karena Guanlin yang menyuruhnya untuk segera bangun. Matanya terlihat begitu lelah, hingga kesulitan untuk membuka matanya yang terasa sangat berat.
Sudah hampir kesekian kalinya Jisung menguap, padahal secangkir kopi hitam sudah habis ia teguk, namun rasa kantuk itu terus menghantuinya.
Sedangkan Jaehyun, pria itu sedang menjelaskan pada mereka sebab-akibat gagalnya pernikahannya. Keheningan ruangan ini seakan memberi luang untuk pria tampan itu untuk menjelaskan semuanya.
"Gua salut sama yang namanya Mingyu Mingyu itu," potong Guanlin di sela Jaehyun yang masih bercerita. Semua mata tertuju padanya, bahkan Donghae yang sedaritadi menyimak langsung menghirup udara malu melihat putranya itu.
"Tapi pasti kerenan gua dibanding dia," sambungnya membanggakan diri, bahkan alis kirinya ia naik turunkan dengan senyuman bangga, "kalau gua jadi dia, sebelum laporin ke polisi udah gua ombrak-ambrik dulu perutnya yang kayak celengan babi, terus mukanya pada ungu-ungu hasil tangan Guanlin. Baru laporin ke polisi," jelasnya serius, "keren 'kan aku, Pah?" tanyanya, seraya menatap bangga ayahnya.
Donghae membulatkan matanya menatap ke arah putranya yang berlagak sok pandai mengambil suatu keputusan.
"Guanlin! Tidur sana. Anak kecil kayak kamu bisanya berantem terus, nggak bisa mikir jernih," serunya, seraya menggerakkan jari telunjuknya menuju kamar inap Guanlin.
Sedangkan ibunya, Yuri menghirup udara pasrah seraya menutup matanya sekilas. Kelakuan Guanlin semakin hari semakin tak terkontrol, lebih parahnya Guanlin membuat onar tak memilih tempat, seperti sekarang ini.
Semua orang terkekeh pelan—kecuali Jisung karena dia sudah kembali ke alam bawah sadarnya, melihat tingkah laku Guanlin yang menurutnya sangat menghibur itu. Terlebih Yoona, wanita itu tersenyum bahagia melihat tingkah laku Guanlin, bahkan ia sempat berpikir untuk bertukar putra dengan Yuri.
Guanlin mendengus kesal. "Papah nggak asik, ah. Apa kata Somi kalau dia tau aku tidur jam segini," sahutnya, "malu, Pah," sambungnya lagi.
"Lebih malu papah punya anak yang otaknya ditaro di mulut, nyerocos terus. Masih mending kalau bermutu," terang Donghae.
Guanlin berdecak pelan, lalu menarik Jisung untuk ikut bersamanya masuk ke dalam kamar. Jisung yang benar-benar tak sanggup terbangun, hanya pasrah tubuhnya di tarik Guanlin layaknya seperti seekor kucing.
Setelah menyaksikan bermacam-macam iklan, akhirnya Kakek Rosè mengucapkan, "Kakek harap nggak ada lagi yang halangin kalian berdua. Walaupun ujian kalian berdua terbilang cukup berat, tapi kalian bisa hadapinnya."
Jaehyun tersenyum. "Kita nggak mungkin bisa ngehadang tanpa kepercayaan yang ada di dalam hati masing-masing," sahutnya.
"Tante juga berharap Rosè diperlakuin baik sama keluarga kamu nanti, " ucap Yoona yang masih takut jika putrinya diperlakukan buruk oleh Taeyeon.
Jaehyun mengangguk mantap, seraya menjawab, "Jaehyun yang bakal turun tangan kalau itu semua keulang lagi. Lagipula, waktu itu mereka terhasut omongan Yeri. Mungkin, setelah kejadian tadi pagi orangtuaku akan menyesal sudah berbuat buruk."
Setelah selesai membahas itu semua, Jaehyun meminta izin pada keluarga Rosè untuk mengajak Rosè berbicara empat mata.
Kini mereka berdua sedang duduk di kursi besi yang berada di halaman belakang.Sedaritadi Rosè terus memeluk Jaehyun, dan Jaehyun mengusap-usap punggungnya lembut. Gadis itu memejamkan matanya, dengan hidung yang menghirup dalam aroma pria yang selama ini ia rindukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bobrok-Jaeros ✔️
РазноеTerkadang, setiap masalah dalam sebuah hubungan itu datang dari luar. Sebagaimana, kisah dua orang yang saling mencintai ini. Haii, ini karya pertama aku di sini. Jadi, mohon maaf banyak penulisan yang salah di awal chapter. ^^ Aku harap kalian ngga...