Jaehyun tengah menunggu seseorang di dalam kafe ini, ada hal penting yang ingin ia bicarakan.
Sudah beberapa kali ia melirik benda hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, dan kaki yang terus ia ketuk pelan di atas lantai.
Ia ingin membicarakan semuanya secara baik, tanpa ada emosi yang melingkar, dan menjadi kobaran api yang tak bisa dipadamkan. Walaupun ia sendiri sudah kehabisan kesabaran kepada gadis licik itu yang terus menerus menghasut ibu bahkan ayahnya.
"Maaf ya, nunggu lama. Tadi aku bingung pilih baju yang mana kalau ketemu sama calon suami," jelas Yeri. Ia pun langsung duduk di hadapan Jaehyun yang ia tebak dia sudah menunggunya begitu lama.
Jaehyun menghela nafas kasarnya, dan menahan emosi yang menggebu-gebu. Bisa-bisanya Yeri berkata seperti itu kepadanya, bukannya membuat Jaehyun senang, tetapi semakin membencinya. "Gua nggak mau basa-basi lagi. Intinya mulai sekarang kita udah gaada hubungan lagi," jelas Jaehyun, "Ralat, dari dulukan emang nggak ada hubungan. Jadi, gua mohon sama lu jangan ganggu-ganggu gua lagi."
Bukannya marah, Yeri malah tertawa seperti anak kecil yang melihat atraksi seorang badut ketika berada di pesta ulang tahun. "Jaehyun Jaehyun, kamu pikir aku mau?" tanyanya dengan menegaskan kata 'mau'. Ia menajamkan matanya supaya leluasa menatap manik-manik mata Jaehyun.
Daripada harus memperpanjang topik yang sedang ia bicarakan, lebih baik Jaehyun mengganti topik itu. "Oh ya, kita bakal tunangan, mungkin minggu depan." Jaehyun memalingkan pandangannya keluar jendela karena malas menatap gadis tidak tahu diri yang sudah mengatakan Rosè gadis gila di hadapan ibu dan ayahnya.
Seketika Yeri terbatuk-batuk mendengar ucapan Jaehyun barusan. Matanya langsung berbinar, ternyata Jaehyun hanya sedang bercanda tadi. Buktinya dia mempercepat tunangannya. "Jadi pertunangan kita dipercepat, Jae?" tanyanya dengan penuh harapan. Dan tentunya mengganti raut wajah kesalnya dengan begitu gembira.
Jaehyun menggeleng, dan menjelaskan, "Kita yang gua maksud itu, Jaehyun sama Rosè. Dan bukan Jaehyun sama Yeri."
"Oh ya? Tante Tiffany sama om Siwon pasti nggak bakal restuin kalian. Mau kawin lari? Nggak bakal bahagia." Ia kembali menatap tajam pria yang ada di hadapannya. Dalam hatinya ia memaki-maki Rosè yang sudah merebut Jaehyun darinya.
"Kebalik, justru kalau gua nikah sama lo walaupun dapet restu dari kedua orangtua gua, kita nggak bakal bahagia. Tau kenapa? Karena hati lo licik," jelasnya. Lalu berjalan pergi meninggalkan gadis gila itu sendirian. Ia salah untuk menahan diri supaya tidak mengeluarkan emosi, ternyata menahan emosi kepada gadis itu jauh lebih sulit daripada kepada kedua orangtuanya.
Setelah pulang dari kafe, Jaehyun melajukan mobilnya menuju rumahnya. Namun, ia kesal karena jalanan mulai macet. Rasanya ia ingin turun dan meninggalkan mobilnya di sini.
Seketika rasa kesalnya hilang setelah membayangkan jika dirinya benar-benar bertunangan dengan gadis yang sangat ia cintai. Namun sebelum itu, ia harus meyakinkan kedua orangtuanya, dan menyingkirkan Yeri supaya tidak mengusik hidupnya lagi.
Ia menghela nafas leganya ketika jalanan sudah mulai lancar. Tidak butuh waktu lama. Jaehyun sudah tiba di rumahnya. Ia pun langsung turun dari mobilnya, namun sepertinya nasib baik tidak berpihak kepadanya.
"Jaehyun! Apa-apaan kamu," tegur Tiffany ketika melihat putranya yang baru saja pulang. Pasti dia sudah dari rumah gadis gila itu, pikirnya.
Untung saja Yeri memberitahuinya jika Rosè masih hidup, awalnya ia bahagia karena kebahagiaan putranya sudah kembali, namun ia menarik kata-katanya lagi ketika Yeri menjelaskan kembali jika Rosè hidup tetapi dengan keadaan tidak waras. Ia pun semakin berpikir keras untuk segera menjodohkan Jaehyun bersama Yeri, tetapi Jaehyun terus menolak perjodohan itu.
Jaehyun hanya tersenyum, melihat drama yang sebentar lagi akan di mulai, atau sudah di mulai terlebih dahulu oleh gadis gila—Yeri, pikirnya. "Mah, Jaehyun ke kamar dulu," pamitnya.
Ketika ingin melangkahkan kakinya, namun terhenti ketika ibunya menahan tangan kirinya. Jaehyun semakin sebal, bukan kepada Tiffany, tetapi kepada Yeri yang sudah berhasil menghasutnya.
"Orangtua lagi ngomong malah langsung pergi. Mending kau jauhin dia, kamu kayak gini pasti karena gadis gil—"
"Rosè nggak gila!" serunya. Ia pun mengacak-ngacak rambutnya frustrasi karena sudah gagal dua kali ketika ingin menahan emosi.
"Gila!" tegas Tiffany yang tak kalah tinggi dari suara putranya.
Sedangkan Yeri, dia hanya bisa diam melihat pertengkaran ibu dan anak itu. Walaupun dalam hatinya ia tersenyum penuh kebahagiaan ketika ibu dari calon suaminya terus membelanya, pikirnya.
Irene yang tengah membuat teh panas untuk dirinya, langsung keluar ketika mendengar suara ibu dan adiknya yang seperti tengah bertengkar. Dan benar saja, mereka tengah bertengkar. Irene yakin di balik semua masalah ini pasti karena Rosè dan Yeri, pikirnya.
"Mah, Jeff, masa berantem," ucap Irene yang mulai gelisah ketika kedua orangtuanya terus memarahi Jaehyun karena menolak perjodohannya.
"Adek kamu ini, lebih milih gadis gila daripada Yeri yang jelas-jelas waras," sahut Tiffany kepada putrinya.
"Buka mata Mamah, liat siapa yang gila dan siapa yang waras. Kemakan omongan dia sih, makanya kayak gini," jelas Jaehyun kepada ibunya. Ia pun langsung tersenyum sengit ketika matanya bertatapan dengan Yeri.
Akhirnya Yeri berdiri, ketika dirinya mulai disangkut pautkan. Dan ia pikir ini adalah waktu yang tepat untuk berdrama di deoan calon kakak ipar dan ibu mertuanya.
"Tante, jangan berantem sama Jaehyun cuma gara-gara aku. Kalau emang Jaehyun mau sama Rosè, gapapa kok. Mungkin Rosè yang bisa bikin Jaehyun bahagia," ucapnya. Tidak lupa, ia pun mulai mengeluarkan air mata buayanya supaya mereka mengasihaninya.
"Enggak usah nyari muka deh lo. Jiji gua liatnya," ucap Jaehyun yang terus terang kepada gadis itu.
"Jaehyun! Kamu yang harus buka mata, bukan mamah. Buka mata kamu, dan liat kalau Yeri itu cewek baik-baik," jelas Tiffany.
"Mah, udah," ucap Irene yang mencoba menenangkan ibunya. Sebenarnya ia sependapat dengan Jaehyun. Ia tahu bagaimana sifat asli Yeri, bahkan dirinya sampai tak percaya jika adiknya di jodohkan dengan gadis itu. Namun ia hanya bisa diam, dan mendoakan semoga kedua orangtuanya segera sadar.
"Biarin aja, Kak. Nanti juga tau sendiri," ucap Jaehyun kepada Irene. Lalu pergi ke dalam, dan menaiki anak tangga menuju kamarnya. Setelah sampai, ia langsung mengunci pintu, dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan mencoba untuk mentralkan emosi yang sudah meluap-luap.
"Kamu kenapa belain dia terus, sih?" tanya Tiffany kepada putrinya.
"Mah, Jaehyun udah dewasa. Dia tau mana yang baik dan buruk buat dirinya sendiri. Kita sebagai keluarga cuma bisa doain yang terbaik buat dia, bukannya jodoh-jodohin dia," jelasnya, "Coba pikir, kalau Mamah ada di posisi Jeffrey gimana perasaannya? Contoh kecil, misalkan Mamah jadi Rosè, Jaehyun jadi papah. Kalian berdua saling sayang, tapi papah mau dijodohin sama orang lain. Siapa yang kesiksa? Dua-duanya, Mah.
"Mamah pasti maukan Jaehyun balik lagi kayak dulu? Semenjak kabar Rosè meninggal Jaehyun sepatah apa waktu itu, tapi sekarang Rosè udah balik. Jaehyun ceria lagi, Mah. Aku juga bisa ngerasain gimana bahagianya Jaehyun. Walaupun Rosè depresi, bukan berarti dia gila total. Dia pasti sembuh, Mah. Kalau kalian tetep mau jodohin Jaehyun sama Yeri, aku takut kondisi Rosè semakin parah."
Irene menghela nafasnya setelah mengucapkan kalimat yang sudah mengganjal pikirannya. Dan akhirnya ia sudah mengeluarkan unek-uneknya selama ini. Ia pun langsung pergi meninggalkan ibunya yang tengah mematung, dan juga Yeri yang raut wajahnya sudah masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bobrok-Jaeros ✔️
AléatoireTerkadang, setiap masalah dalam sebuah hubungan itu datang dari luar. Sebagaimana, kisah dua orang yang saling mencintai ini. Haii, ini karya pertama aku di sini. Jadi, mohon maaf banyak penulisan yang salah di awal chapter. ^^ Aku harap kalian ngga...