26

1K 132 2
                                    

Diruangan terang dengan cat abu yang membuat ruangan ini terasa nyaman, lebih tepatnya ruangan milik saudara kembarnya yang sudah lebih dulu pergi meninggalkannya.

Rosè merasa seperti hilang ingatan dengan apa yang meimpanya kemarin, rasanya seperti ada orang yang membuang ingatannya kemarin. Ia tak ingat apapun, hanya ingat bagaimana dirinya berbaring diranjang putih dengan obat diatas nakas, entah siapa yang sedang membutuhkannya, ia tidak tahu.

Saat ingin mencari tahu apa yang terjadi tiba-tiba kepalanya menjadi pening, dengan segera ia meminum air putih yang entah sejak kapan ada disana. Matanya terfokus pada beberapa obat yang ada disana, siapa yang sedang sakit ? Ayahnya ? Ibunya ? Atau adiknya ? Tetapi, mengapa ada didalam kamarnya.

Saat ingin mengambil obat tersebut, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan menampakan Yuri yang tersenyum kearahnya dan dengan cepat ia balas senyuman manis ibu-tiri-nya. Bagaimana dengan Yoona ? Ibu kandungnya yang sudah lama tak bertemu, rasanya ia seperti menjadi anak yang sangat durhaka kepada kedua orangtuanya yang terus-terusan menipu mereka tiada akhir.

"Masih pusing nggak ?"tanya Yuri pada gadis dihadapannya, ia pun mendekatkan diri dengan gadis yang ia tahu adalah Jasmine, kemudian mengelus rambut milik Rosè.

Rosè mengerutkan keningnya, mengapa Ibunya tahu dirinya sedang pusing ?, "Lumayan sih, Mamah kok tau ?"

"Kamukan lagi sakit, masa Mamah nggak tau," Rosè hanya mengangguk mendengar jawaban dari Ibunya itu.

"Kok bisa aku sakit, emang aku sakit apa ?" Yuri terdiam, mengingat kejadian semalam yang membuatnya ingin menjerit.

"Cuma kecapean doang, dokter bilang kamu nggak boleh banyak pikiran, biar cepet sembuh," bohongnya, karena tidak mungkin juga ia mengatakan hal yang sebenarnya pada  gadis itu.

"Aneh nggak sih Mah," Rosè seperti sedang berpikir apa yang terjadi padanya.
"Maksudnya, masa aku nggak inget kemarin ngapain, seenggaknya aku inget sedikit, tapi nggak sama sekali," lanjutnya.

Yuri sudah menduga jika putrinya akan menanyakan hal itu, untung saja Donghae suaminya sudah lebih dulu membuat rencana agar putrinya tidak terlalu curiga, "Masa nggak inget sih. Kemarin, kamu sakit sampe nggak mau keluar kamar. Mamah ajak kedokter aja kamu jawab nggak mau terus, yaudah Papah nyuruh dokter kesini," ucapnya.

"Oh, pantes aja ada obat disini"

"Makanya makan cepet biar cepet sembuh !"

"Kalau bisa sih nggak usah sembuh, biar aku deket terus sama Mamah," ucapnya tanpa sadar. Kalimat itu hanya ia ucapkan kepada Yoona ketika ia sedang sakit. Rosè mengerutkan bibirnya menahan rindu pada seorang wanita yang sangat ia cintai.

"Mulutnya nggak bisa dijaga !" ucap Yuri yang geram dengan ucapan putrinya, kemudian mencium keningnya dengan penuh sayang.

"Becanda kok Mah"

Rosè pun mengekori Yuri dari belakang menuju dapur yang lokasinya cukup jauh dengan kamarnya. Mau tidak mau ia harus berjalan cukup lama agar bisa cepat duduk dikursi dan sarapan bersama keluarganya, lebih tepatnya keluarga Ayahnya.

"Udah mendingan ?" tanya Donghae sebelum memasukan roti yang dioles oleh selai kacang kedam mulutnya.

"Udah kok," jawabnya. Kemudian, mengambil 2 lembar roti tawar yang sudah disediakan oleh Yuri dan mengoleskan selai kacang, entah karena favoritnya atau mungkin keturunan Ayahnya yang sama-sama pecinta selai kacang.

"June kesini nggak kemarin ?" tanya Rosè. Guanlin menelan kasar ludahnya, entah apa yang harus ia jawab kebohongan lagi ataukah kebenaran.

"Mau dia kesini ataupun nggak, gua nggak peduli," tidak Guanlin tidak Jisung bisanya membuat Rosè ingin mencekik leher kedua adiknya bersamaan. Terkadang, melihat Guanlin rasanya seperti melihat Jisung. Entah apa yang sedang dilakukan oleh adiknya sekarang, rasanya 3 tahun ini seperti hidup dineraka bagi Rosè.

Bobrok-Jaeros ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang