28

1.4K 130 4
                                    

"Jadi selama ini Jasmine yang udah nggak ada ?" tanya Jisung mengusap wajahnya kasar yang dijawab anggukan oleh June. Jisung bingung antara harus senang ataukah harus bersedih, karena Jasmine adalah Kakak sulungnya. Ia tak mengerti dengan jalan pikiran kedua orangtuanya yang merahasiakan hal sebesar ini selama belasan tahun. Terutama Ayahnya, mungkin benih benci sudah mulai tumbuh dibenak Jisung, karena dia sudah memisahkan anak dari orangtuanya.

"Ada yang lebih parah dari itu," kini Jaehyun membuka suara. Jisung harus tahu apa yang terjadi pada Rosè. Dan Jaehyun berharap mereka bisa bekerja sama untuk mengungkapkan topeng yang selama 3 tahun ini ditutup rapat-rapat oleh Rosè kepada semua orang, tanpa membuat salah satu diantara mereka merasa dikecewakan.

"Rosè depresi, karena terus mikirin dampak dari perjanjian dia sama Jasmine," sambungnya. Jaehyun melihat raut wajah Jisung langsung berubah seketika, ia paham betul apa yang tengah Jisung rasakan saat ini, karena ia sudah lebih dahulu merasakannya.

Jisung mengacak-ngacak rambutnya sendiri, beban apa yang mampu membuat saudarinya begitu tersiksa. Jisung langsung ingat, siapa dalang dari semua ini. Park Chanyeol, seorang ayah yang selalu ia bangga-banggakan kepada semua orang, ternyata memiliki hati yang sangat busuk. Jika bukan karena dia, tidak mungkin Rosè akan menanggung beban yang begitu berat seperti ini. Bukan hanya Rosè yang merasa sangat dirugikan, tetapi orangtua dan saudari kembarnya.

"Ini semua karena Park Chanyeol, malu sendiri gua ngaku dia bapak, cih," ucapnya. Jisung menarik ujung bibir kanannya ke atas, menunjukan bahwa ia sedang tersenyum miris. Mungkin, Jisung tidak akan pernah mau berbicara ataupun melihat batang hidung Park Chanyeol. Jisung dibuat heran dengan Yoona—ibu kandungnya— mengapa ia mau merahasiakan hal sebesar ini dar putrinya
—Rosè— jika dia memiliki saudari kembar.

Guanlin terdiam, mencerna kalimat yang baru saja musuh bebuyutannya katakan. Semarah itu Jisung, sampai mengatakan bahwa dia malu memiliki seorang ayah yang bernama Park Chanyeol itu. Park Chanyeol, itulah yang tengah ia pikirkan. Namanya tidak asing ditelinganya. "Park Chanyeol yang lo maksud ... guru biologi ?" tanyanya. Jisung tidak menjawab, tetapi dijawab anggukan oleh Jaehyun dan June, karena mereka berdua alumni SMA Guanlin dan Jisung. "Jadi dia yang bikin kakak gua menderita. Awas aja, mau guru kek, dosen kek gua nggak peduli. Kalau besok liat dia disekolah gua tonjok tuh bokap lo," sambungnya.

"Kalau kalian saling dendam, sampe kapan masalahnya kelar ? bukannya selesai, tapi memperumit keadaan. Kita selesain masalah ini, tanpa ada salah satu pihak yang dirugikan, gimana pun caranya," ucap Jaehyun. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, dua pria yang masih belum bisa mengontrol emosi itu mengucapkan semua kata-kata yang membebani pikirannya tanpa berpikir terlebih dahulu.

"Yang dimaksud Jaehyun bener. Kalau kita saling nyalahin disini, masalah ini pasti makin gede. Jadi, sekarang kita lupain masalah mereka, kalau bisa maafin aja. Karena setiap orang nggak pernah luput dari kesalahan," ucap June membenarkan perkataan Jaehyun. Kedua pria di depannya terdiam, karena merasa terlalu menuruti egonya daripada hati nuraninya.

"Maaf Bang, gua ngaku salah" pinta Jisung. Ia masih menundukan kepalanya, tidak berani menatap dua orang pria dewasa dihadapannya. Sedangkan Guanlin, ia terkekeh dengan perminta maafan dari Jisung, dan berkata, "Ya emang lo salah, durhaka sama bokap lo sendiri."

"Guanlin," ucap June menatap adik angkatnya dengan nada sedikit tinggi. June tak habis pikir dengan Guanlin, yang terlalu membenci Jisung sampai berbicara seperti itu padanya. Secantik apa gadis itu, hingga dua pria itu mengibarkan bendera permusuhan.

"Sorry, Bang," sahutnya. Guanlin menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, lebih tepatnya ia takut jika June memusuhinya. Gara-gara mendengar ucapannya kepada Jisung barusan.




















Bobrok-Jaeros ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang