00. Prolog

6.3K 546 142
                                    

〰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, Bandar udara Internasional Soetta rasanya semakin ramai di waktu senja. Puluhan mungkin ratusan manusia yang lengkap dengan kopernya berlalu lalang menimbulkan suara keributan kecil yang terkadang menganggu konsentrasi.

Hari ini, dari sekian banyaknya manusia bumi yang baru saja datang dari luar negeri, hanya pemuda dengan surai pirang yang mendapatkan banyak perhatian. Tak jarang orang-orang di sekitarnya akan memekik tertahan kala si pemuda manis melempar senyum indahnya.

"Bukannya itu Felix si model terkenal anak dari keluarga Susanteo ya?"

"Astaga, dilihat secara langsung ternyata makin tampan."

"Lihat! Dia tersenyum sangat manis!"

"Tuhan! Rasanya aku mau mati aja lihat senyumnya."

"Mak! Dia manis banget!"

Yang di lontarkan pujian hanya tersenyum simpul sambil terus berjalan santai seraya mencari sang kembarannya. Hingga langkah si pemuda manis tiba - tiba terhenti saat seorang anak kecil menghadang jalannya.

"Kak Felix, boleh foto bersama?"

Pemuda manis yang dipanggil Felix itu dengan senang hati mengembangkan garis bibirnya serupa kurva sederhana, hingga kedua matanya menyabit sempurna.

Ahh manisnya.

"Kak Ruga, bisa pegangin tas aku?"

Changbin hanya mengangguk kecil lalu mengambil alih tas milik gadis yang sedari tadi sibuk dengan papan berisi tulisan timbul yang sekarang ia angkat di atas kepalanya.

Heyyo Felix! Welcome home!

"Hati-hati Sya, itu papannya biar gue aja yang pegang ya."

Pemuda dengan rahang tegas itu meringis pelan kala kepala Chaewon terbentur ujung papan yang runcing. Ketika sang pemilik surai hitam legam akan mengambil alih papan, gadis itu lebih dulu memekik senang kala matanya menangkap sang kembaran tengah berjalan ke arahnya.

"Felix! Di sini!"

Pemuda dengan setelan boyfie itu berlari kecil menuju sang kembaran, menggiring kopernya dengan penuh semangat.

Changbin melihatnya, bagaimana surai si pemuda Felix bergerak kesana kemari karena tempo berlarinya. Semakin dekat hingga Changbin bisa melihat wajah mungil itu mengulas senyum sempurna hingga taburan bintang di bawah matanya ikut mencuat terkena terangnya cahaya lampu bandara.

"Caca! Kangen!"

Keduanya berpelukan, membuat beberapa pasang mata memekik gemas dengan interaksi adik kakak kembar itu. tak terkecuali Changbin, pemuda itu mengulas senyum tulusnya.

Levant ¦ ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang