01. Manis

3.4K 458 168
                                    

〰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah Sakit Jiwa Susanteo

Masih cukup pagi, tetapi suasana rumah sakit kali ini sedikit lebih ramai dari biasanya.

"Tau gak, katanya anak cowok keluarga Susanteo mau mulai kerja di sini." Heboh salah satu wanita dengan seragam perawatnya yang rapi.

Ketiga wanita lainnya yang berkumpul di meja reseptionis menatap rekan kerjanya berbinar.

"Oh ya? Aku denger sih kemarin dia sempet bikin heboh di bandara. Banyak yang bilang, dia manis banget."

"Huum. Tapi ada yang aneh, Ruga ikut ke bandara buat ngejemput Felix. Memangnya mereka deket ya?"

"Kayaknya Ruga lebih deket ke Chaewon deh. Mereka 'kan satu universitas." Tukas salah satu wanita bersurai pendek.

"Omong-omong, Ruga ganteng ya? Cocok buat Chaewon yang—"

"Selamat pagi."

Tiba-tiba suara bariton datang menyapa, membuat keempat wanita di sana menghentikan obrolan mereka dan menatap sang pemilik suara tak percaya.

"Fe—Felix. Ah, maksudku psikolog Lee."

Felix terkekeh pelan, suaranya terdengar berat dan halus secara bersamaan. Membuat keempat wanita di sana terdiam sejenak menikmati kesempurnaan makhluk tuhan.

"Uh, kalian belum balas sapaanku tadi.." Felix berpura pura merajuk, membuat keempat wanita di sana ingin menculiknya sekarang juga.

Kenapa ada makhluk semanis ini, Tuhan.. Batin salah satu perawat wanita di sana.

Bagaimana tidak manis. Lihatlah Jakarta, penampilan Felix sekarang. Pemuda surai pirang itu memakai kemeja putih polosnya yang di padukan dengan celana bahan kotak-kotak berwana krem dan coklat muda. Terkesan manis saat bahan selembut kulit bayi itu membalut tubuh mungil Felix. Oh, jangan lupakan dengan surai pirangnya yang ia sisir rapi menutupi dahinya dan sesekali akan bergoyang kesana kemari karna gerakan kepalanya.

Ayolah Jakarta, Anak tk saja rasanya kalah manis oleh pesona Felix.

"Selamat datang, Psikolog Lee. Senang bisa bertemu denganmu." Ucap salah satu perawat wanita kucir kuda.

"Terima kasih, semoga kita bisa jadi rekan kerja sekaligus teman baik yaa." Ucap Felix penuh dengan nada semangatnya sebelum ia pamit menuju ruangan sang Ayah.

Setelah peninggalan Felix, Keempat wanita itu tak bisa mengalihkan tatapannya dari punggung kecil pemuda surai pirang. Sampai akhirnya salah satu dari mereka bergumam pelan. 

"Kayaknya, Ruga lebih cocok sama Felix deh."

Felix mengamati satu persatu benda yang ada di ruangan sang Ayah. Mulai dari lukisan besar yang terpampang rapi di dinding putih, lemari yang penuh dengan berkas berkas penting, hingga sampailah sepasang netra Felix berhenti pada tulisan yang tertera di atas meja sang Ayah.

Levant ¦ ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang