18. Akhir Yang Bahagia

1.5K 252 42
                                    

〰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi sayang!"

"Astaga Kak Abin!" Si pemuda manis lantas terlonjak kaget, saat Changbin dengan tiba-tiba datang dari balik pintu dapur dengan keadaan yang err—Jogja, kenapa kekasih Felix di pagi hari kali ini terlihat begitu tampan dan seksi?

"Ish ngagetin! Mana Kak Abin gak pake baju lagi!" Gerutu Felix dengan kesal.

Iya, bagaimana si pemuda manis tak terlonjak, jika penampilan kekasihnya saat ini hanya menggunakan handuk yang dililitkan ke sekeliling pinggang untuk menutup bagian bawahnya. Dan lihatlah Jogja, bahkan Changbin tak memakai baju atasan.

"Kakak baru aja selesai mandi—"

"Ya kenapa malah ke dapur? Kamar mandinya 'kan ada di kamar. Apa susahnya pake baju dulu Kak Abin sayang." Lagi, Felix menggerutu dengan wajah manisnya.

"Untung aja tangan aku gak kepotong piso!" Lanjut si pemuda manis yang kini menjeda acara memotong coklat batangnya.

"Tapi gak kena beneran 'kan?" Changbin panik, pemuda dengan rahang tegas itu lantas berlari mendekat. Raih satu tangan Felix dengan lembut dan hati-hati.

Lantas Felix terkekeh kecil, "Aku gak papa Kak, gak usah lebay." Balas si pemuda manis yang kini satu tangannya merambat naik usap dada bidang Changbin.

"Aku udah siapin sarapan, pake baju dulu sana." Ujar felix seraya mendorong dada bidang Changbin dengan pelan. Namun si pemuda rahang tegas tetap pada posisinya.

"Kak, jangan susah di bilangin—"

"Peluk dulu..." Gumam Changbin seraya membuka kedua tangannya dengan lebar yang langsung di balas dengan dengusan geli si pemuda manis.

"Kenapa hari ini Kakak manja banget—" Meski Felix terus menggerutu, tak alih ia juga bergerak mendekat, peluk tubuh polos kekasihnya dengan erat. Dagu kecilnya ia tumpu di bahu lebar Changbin, lalu dengan perlahan mendaratkan kecupan-kecupan ringan di sekitar leher hingga bahu kekasihnya.

"Kak Abin pake sabun mandi Felix?" Tanya si pemuda manis saat menyadari aroma tubuh Changbin kini serupa dengan sabun mandi yang selalu Felix pakai, wangi buah stroberi.

Changbin mengangguk pelan, kedua tangannya melingkar di sekeliling pinggang sempit Felix dengan nyaman. "Iya, soalnya sabun mandi Kakak abis."

Cup

Felix daratkan satu kecupan kilat di bibir si pemuda rahang tegas, lalu mundurkan sedikit tubuhnya untuk tatap sepasang tinta kesukaannya. "Aku beresin dulu buat kukisnya, Kak Abin pake baju dulu, terus kita sarapan."

Changbin mengangguk setuju, namun satu tangannya masih setia mendekap pinggang sempit Felix. Dan lihatlah Jogja, kelakuan putramu yang satu ini. Satu tangan Changbin yang lain kini mulai membuka dua kancing teratas kemeja putih yang Felix kenakan. Lantas, si pemuda manis melotot tak percaya.

Levant ¦ ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang